13 - Accident

1.6K 165 0
                                        

Aku memandang pagi yang cerah ini dengan sendu. Mentari yang menyinari bumi telah hadir sejak tadi. Orang-orang mulai melakukan rutinitas mereka sehari-hari. Mungkin hanya aku yang pemalas disini.

Tiga hari telah berlalu dengan membosankan. Hanya ada aku dan Yoongi di apartemen saat ini. Jungkook dan Kyungmi? Entah dimana sepasang kekasih itu, berbulan madu mungkin?

Kehilangan mentari sangat berefek buruk. Hoseok, belum ada satu niatan pun timbul untuk menemuinya. Kurasa, ia masih butuh waktu untuk sendiri. Aku tahu waktu yang tepat untuk mengakhiri masalah.

Walau aku tahu, lebih cepat lebib baik.

Kuhirup harum tubuh Taehyung yang melekat pada jaket hitamnya. Mungkin saat ia singgah disini untuk kuobati, jaket ini tertinggal. Kusimpan didalam lemari, lupa mengembalikan hingga akhirnya membuat Hoseok menuduhku macam-macam.

Aku sendiri tak tahu siapa yang kucintai saat ini. Setiap Jimin bergandengan tangan bersama wanita lain, hatiku merasakan perih yang sama saat ia mengkhianatiku malam itu. Bercinta dengan seorang gadis didepan mataku.

Namun pertemuanku dengan manusia pluto itu begitu membekas di memoriku. Kehadirannya nampak tak asing, tapi aku tak mengenalnya. Benar-benar aneh. Tapi itulah yang kurasakan. Bualan-bualan manisnya berhasil membuatku rindu kalau tak bertemu sehari. Seperti pagi yang cerah ini, namun redup bagiku.

"Yoo, apa kau belum menemui kakakmu?" pertanyaan Yoongi membuyarkan lamunanku.

"Belum, Yoon. Aku masih ragu untuk berbicara dengannya"

"Jangan dipendam lama-lama, Yoo. Itu akan terasa sakit"

Walaupun aku tak tahu apa yang Yoongi maksud, aku tetap mengangguk mengiyakannya. Mungkin, inilah saatnya aku pergi menemui Hoseok dan meminta maaf padanya. Aku ingin dia menangis dipundakku. Aku ingin dia menceritakan keluh kesahnya padaku. Aku ingin dia kembali melembut seperti biasanya padaku.

"Apa kau memiliki masalah, Yoon?"

Yoongi menatapku datar "untuk apa kau menayakan itu? Semua orang pasti memiliki masalah"

"Apa masalahmu?" setidaknya, hari ini aku ingin berbincang dengan Yoongi. Sedikit mengobati rasa rinduku pada Hoseok.

Yoongi mengalihkan pandangannya ke jendela "Hanya masalah cinta seorang pria. Kau tidak perlu tahu"

Cinta? Mungkinkah seorang gadis telah mengambil hati Min Yoongi?

"Apa kau menyukai seorang gadis?"

Ia mengedikkan bahunya "lupakan. Ia tidak akan pernah membalasnya"

"Bagaimana bisa kau se-pesimis itu? Kau bahkan belum mencoba"

"Untuk apa? Percuma saja. Dia menyukai namja lain. Aku selalu mengamatinya dari jauh" hawa dingin menyeruak diantara kami. Langkah kaki Yoongi yang menjauhiku memecah kesunyian.

"Kalau menurutmu dia akan menerimaku, suatu hari akan kucoba. Tunggu saja" Yoongi mengangklek ranselnya lalu melenggang keluar apartemen.

Aku benar-benar tak mengerti dengan sikap pesimisnya tadi. Setahuku, Yoongi adalah pria dengan kepercayaan diri yang penuh. Ulangan harian tanpa belajar saja ia percaya diri akan mendapat nilai yang bagus. Tapi kenapa sekarang lain?

Kalau tadi ada Yoongi, sekarang sepasang kekasih yang pulang berbulan madu entah dimana-Jungkook dan Kyungmi - itu meriuhkan pagi ini. Bersama Jackson dan Namjoon, mereka membuatku terhibur dengan cerita serta lelucon yang mereka bicarakan. Mereka datang disaat-saat yang tepat.

"Yoorae-ya, apa kakakmu maih marah padamu?" Jackson berbisik padaku. Tak ingin mengganggu keasyikan tiga orang yang sibuk menertawakan drama komedi di televisi.

"Entahlah, Jack. Aku berniat menemuinya sore nanti. Kuharap dia belum kembali ke Gangnam"

"Yoo, kuharap perselisihan kalian cepat berakhir ya" Kyungmi mengusap punggungku. Entah sejak kapan mereka yang asyik menonton duduk berhadapan denganku.

"Dan kuharap, kau dapat berdamai dengan Park Jimin. Kalian kan memiliki marga yang sama, akan lebih baik jika.." Jungkook menggantungkan kata-katanya begitu melihat sorot mata tajam Kyungmi.

"Hari ini juga kau harus menemui Hoseok, Yoorae-ya" ucap Namjoon.

Alisku bertaut "Kenapa?"

"Ia akan kembali ke Gangnam sore ini"







&&&







Ya! Ya! Ya! Seokjin bilang Hoseok akan berada di Seoul selama satu minggu. Belum genap tujuh hari, ia akan pergi ke Gangnam dengan masalah yang belum terselesaikan.

Haruskah siang ini menemuinya? Aku harus membawakannya apa? Mungkin sebuah buku tentang rap membuat suasana hatinya membaik.

Aku menghela napas perlahan sembari menikmati pemandangan kota Seoul siang ini dari balik jendela. Sebelumnya aku sudah meminta izin tak masuk kerja pada Seokjin karena aku akan kerumahnya. Lekas aku naik bus yang akan membawaku ke toko buku langgananku terlebih dahulu sebelum menemui Hoseok.

Rasanya ada yang kurang disini. Kulirik kursi penumpang disampingku yang kosong. Kupejamkan mataku, berharap saat aku membukanya, seseorang menduduki tempat tersebut.

Hasilnya nihil. Tidak ada seorangpun yang duduk disampingku saat aku membuka mata. Bahuku serasa ringan bagai kapas. Tak ada Taehyung yang menyandarinya.

Ah, lupakan Kim Taehyung Yoorae. Dia kecewa padamu.

Apa yang Tae pikirkan saat itu? Mungkinkah ia mengira kalau aku adalah gadis jalang? Kuharap tidak.

Tak ada buku yang kucari setelah aku mengelilingi semua rak di toko ini. Barangkali buku bukanlah ide yang bagus. Lebih baik aku membeli tteobokki saja.

Siang ini sangat panas. Ah, sial. Aku lupa membawa air minum dari apartemen. Beruntung aku mendapat antrian yang tak terlalu jauh dari antrian sebelumnya. Kuputuskan untuk mampir ke mini market yang ada diseberang untuk membeli beberapa snack.

Pandanganku mengarah ke pria berambut merah muda yang ada diseberang. Kacamata hitam menutupi matanya, namun aku tahu kami sedang bertatapan. Pria itu menoleh pada gadis kecil yang melepas genggamannya lalu berlari ke arahku. Bukan untuk menghampiriku, tapi mengambil balonnya yang terbang.

Pria berkaos hitam itu berubah panik dan menyebrang menyusul gadis yang kini berada disampingku. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan diatas rata-rata saat aku menoleh ke kiri. Aku tak berniat menolongnya, bahkan aku ingin menyaksikan dia terkapar di jalanan dengan noda darah.

Namun aku tak setega itu. Hati nuraniku mendominasi kinerja otakku saat ini. Dengan cepat pula aku berlari ke seberang dan mendorong pria itu menjauh dari posisinya.

Brakk! Ckiiiit!!

Rasa sakit pada kepala dan tangan kiri membuatku ingin berteriak. Namun keadaanku sekarang tak memungkinkanku untuk itu. Badanku seringan kapas. Pandanganku mulai mengabur. Orang-orang mulai mengerubungiku. Pria berambut merah muda itu menahan kepalaku dengan tangannya.

"Yoorae-ya?! Yoorae?! Apa kau bisa mendengarku?!"

Walau pandanganku semakin kacau, aku tahu betul siapa pria yang menelponkan ambulans dengan keadaan panik itu.

Ia mengusap rambutku "Kau akan baik-baik saja, Yoo. Bertahanlah"

"Ji-minh.."

Tubuhku semakin ringan saat ia menggendongku. Masih kudengar suara hidungnya yang menarik lendir ke dalam diiringi suara sirine ambulans hingga semuanya berubah menggelap.

PREPOSSESSING [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang