20 - Truth

1.4K 143 3
                                    

Tak terasa, hanya berkeliling kebun binatang dan makan dibawah pohon membutuhkan waktu selama ini. Aku dan Taehyung sampai di pelataran gedung apartemen malam hari. Sebenarnya aku ingin pulang saja setelah penjaga kebun binatang menginformasikan penutupan tempat itu. Namun Taehyung mengajakku pergi ke restoran seafood. Tentu sulit untuk menolaknya sedangkan perut meronta ingin memakan makanan laut tersebut.

"Terima kasih untuk hari ini, Taehyung-ah"

"Eh? Setiap haripun aku mau asal bersamamu, aish!" ia mengusap lengannya yang kucubit.

"Dasar tukang rayu!"

"Tapi kau suka, kan" aku terkekeh pelan saat ia memamerkan gigi putihnya.

"Goodbye Tae.. I love you"

Cup.

Aku berlari meninggalkan Taehyung yang memegangi pipinya dengan wajah blank. Kurasa dia terkejut karena aku berani menciumnya lebih dulu. Ekspresi konyolnya selalu membuatku gemas.

Memasuki lobi sampai lift aku berhenti berlari. Tentu aku tak ingin orang-orang yang lewat berpikir aneh terhadap sikapku. Bisa-bisa mereka mengira bahwa aku gila. Dan aku memang gila akhir-akhir ini. Gila akan cinta Kim Taehyung.

Tubuh yang lelah membuatku melangkah lebih cepat melewati lorong apartemen. Malam ini terasa panas sekali. Bau masam dibadan akan menghilang dengan berendam di bathtub.

PRANGG!!!

Oh God. Suara apa itu?!

Aish, terlalu paniknya, aku tak dapat menekan password apartemen dengan benar. Hingga ketiga kalinya, pintu apartemen itu terbuka juga.

Mulutku mendanga melihat apartemenku yang semula bersih, rapih tanpa debu itu, kini porak-poranda. Terlebih, pecahan-pecahan botol bir berserakan dimana mana. Mataku tertuju pada pria berkulit pucat yang hendak mengiris pergelangan tangannya sendiri.

"YOONGI!"

Secepat mungkin aku berlari dan membuang kaca yang dipegangnya. Bau alkohol semakin menyengat hidungku saat aku berusaha mengangkat tubuh Yoongi yang telungkup ke sofa. Bibirnya berdarah, pipi kanannya terluka. Apa yang sebenarnya pria ini lakukan?

"Mmmrrgh" Yoongi mengeram. Dengan sekali dorongan, ia memojokkanku disudut ruangan. Mata sipitnya sedikit terbuka.

"Yoorae.. Kau dimana? Kenapa belum pu-hik-lang.."

"Yoon..! Yoongi!" aku berusaha menyadarkannya dengan cara menampar pipinya beberapa kali. Tenang saja, tamparannya tidak terlalu keras.

"Yoo.. Kenapa kau memilik pergi bersama dia?! KENAPA!"

"Yoongi! Harusnya aku yang bertanya kau kenapa!"

"Yoo, kau menyakitiku.. Hiks. Aku sakit, Yoo"

Tidak ada gunanya menanyai pria mabuk. Jawabannya selalu melenceng. Ia terus menyebut namaku tanpa membiarkanku pergi dari sudut ruangan itu. Aku sangat heran. Kenapa dia mabuk di apartemenku? Siapa yang akan membersihkan kekacauan ini nanti?

"Yoorae, kenapa.. Kenapa kau mengira bahwa aku akting waktu itu? Aku- hik tidak suka akting"

Maksudnya?

"Park Yoorae.. Aku men- hik cintaimu"

Tidak, tidak. Aku pasti salah dengar. Pria ini sedang mabuk. Barangkali wanita bernama Yoorae yang disebutnya bukanlah aku. Bisa saja kan?

Yoongi mendekatkan wajahnya ke wajahku. Kedua tangannya meremas bahuku kuat. Aku tak dapat berkutik. Hanya kepalaku yang menoleh ke kanan dan kiri saat Yoongi mencari-cari bibir merahku.

PREPOSSESSING [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang