12 - Dumb

1.5K 157 2
                                    

"Jadi ini yang kau lakukan selama aku tak ada?! Jadi apa yang orang-orang adukan kepada nenek itu benar?!"

Lidahku kelu. Tak satupun pertanyaan menusuk yang Hoseok lontarkan kujawab.  Ia terdiam sejenak. Mencoba mengatur napasnya yang memburu, rambutnya yang disisir rapi itu kini berantakan karena ulahnya sendiri.

Aku tersentak ketika Hoseok mengeluarkan koperku beserta pakaian-pakaian yang kusimpan dalam lemari. Ia menghentikan kegiatannya. Bukan karena tanganku yang sedari tadi mencegah perbuatannya, ia mengangkat tinggi-tinggi jaket hitam berbau maskulin milik Taehyung. Sejak kapan benda itu ada disini?

"Kau pun tidur bersama lelaki juga, hah?! Berapa banyak lelaki yang sudah kau tiduri?!"

"Oppa!" teriakku berang. Aku tahu dia marah, tapi harga diriku dipertaruhkan disini.

"Aku tahu kau kecewa padaku! Aku tahu kau marah padaku, tapi jangan.. Jangan samakan aku dengan jalang Oppa. Aku bukan jalang!"

"Kemasi barang-barangmu yang lain. Kita akan pulang ke Daegu sekarang juga!"

Tunggu. Apa?!

"Daegu?! Oppa, apa kau gila?!"

"Kau yang gila! Tidak sepantasnya gadis berada disana malam-malam begini!" Hoseok terus menjejalkan pakaianku ke dalam koper.

"Oppa hentikan! Aku tidak mau pulang! Aku tidak mau tinggal bersama nenek Jung!"

"Kau akan tinggal denganku di Gangnam"

"Tidak! Aku harus menyelesaikan kuliahku disini Oppa!"

Butuh perjuangan untuk anak lulusan Daegu yang mendaftar ke universitas terbaik di Seoul saat itu. Tidak mungkin aku pindah kuliah hanya karena ini. Oh ya ampun, aku berjanji penuh akan menghentikan kebiasaan burukku ini walaupun Jimin melecehkanku sekalipun!

"Oppa hentikan! Aku ingin tetap berada disini!"

Hoseok menghentikan kegiatannya "untuk apa? Agar saat aku atau Yoongi tak menemanimu, kau bisa seenaknya berkeliaran tengah malam? Begitu?!"

"Aku berjanji akan menghentikan kebiasaan burukku tapi jangan bawa aku pergi dari sini, Oppa! Kumohon!"

"Janjimu palsu!" Hoseok menyeret koperku keluar. Ia berbalik menatapku yang masih terdiam di posisi sebelumnya.

"Kau tidak mematuhi perintahku, Park Yoorae? Jalan sekarang!" ia menyeretku paksa hingga ambang pintu apartemen.

"OPPA!" aku melepas tangannya yang menggenggam erat pergelangan tanganku "kumohon, aku ingin tetap berada disini"

Bahuku berjengkit saat Hoseok menghempas kasar koperku ke lantai. Tatapannya masih sama seperti sebelumnya. Bahkan aku merasa kalau itu bukanlah Jung Hoseok, kakak tiri yang lembut dan penyayang.

"Kalau begitu, aku yang akan pergi. Tidak perlu menyusul atau mencariku. Nikmati saja hidupmu"

Brak!

Lututku yang lemas membuatku bersimpuh tanpa tenaga. Mataku yang memerah mulai menitikan cairan bening yang membentuk aliran sungai. Lama kelamaan, titik-titik air itu jatuh semakin deras diiringi suara hidung yang menarik ingus kembali ke dalam.

Seorang pria berkulit susu berlari dari lorong apartemen lalu memelukku erat. Tak peduli dengan tetangga-tetangga apartemenku—termasuk Junhoe yang tengah melihat kami berpelukkan di ambang pintu. Isakanku semakin keras saat kurasakan hangatnya tangan Yoongi mengusap punggungku dan membawaku duduk di sofa.

"Yoorae-ya.. Neo gwaenchanha?" spontan aku menggeleng merespon jawabannya.

"Hoseok terlihat marah sekali. Apa terjadi sesuatu pada kalian?" lagi-lagi aku menggeleng. Mulutku benar-benar dibuat bisu atas kemarahan Hoseok.

PREPOSSESSING [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang