11. Khawatir

1.2K 172 6
                                    

Gue mendongah sambil ngerapiin rambut, baru sadar kalau hampir kebablasan tidur dengan tas yang jadi bantal di atas meja.

Tadi pagi gue berangkat kepagian karena mau gak mau ikut ayah yang berangkat awal pagi ini, sedangkan Bang Epin gak ada kuliah hari ini jadilah gue harus ikut berangkat sama Ayah.

Gue menoleh, ngeliat Fita di bangku sebelah, sibuk menunduk memainkan HPnya.

"morning"

Gue kembali berpaling dan menatap ke depan karena ngeliat Miss Jessie udah masuk ke kelas dengan tumpukan buku di lengan kanannya.

Sesekali gue masih melirik Fita ngerasa ada yang aneh, Fita keliatan gelisah.

"Arya Abrani where?" Tanya MIss Jessie dengan logat campurannya yang sudah menjadi legend seantero Epic High School.

Gue seketika menoleh, berbalik menatap bangku di pojok. Baru sadar, Arya gak ada.

Cewek berambut panjang yang duduk di bangku depan itu mengangkat tangannya. Resya, si sekertaris kelas.

"Arya sakit miss, tadi kakaknya telfon saya, udah izin sama wali kelas juga."

Ternyata Arya sakit dan gue gak tau apa-apa.

Gue kembali berbalik ngeliat ke bangku depan. Gio asik memainkan pulpennya di sana. Dasar anak itu terlalu gabut.

"Yo." Panggil gue pelan.

Gio menoleg sambing mengangkat alis.

"Arya." Bisik gue lagi.

Gio mengangkat kedua bahunya sambil menggeleng pelan.

Gue menghela napas, Gio kenapa gak tau mulu sih tiap ditanya. Yang dia tau tuh apa sebenarnya? :(

"Fit, Arya sakit apa?" tanya gue memberanikan diri saat ngeliat Fita udah naruh HPnya dan mulai fokus natap ke Miss Jessie yang mulai menjelaskan materi.

"Hm?" Dia noleh lalu setelahnya ikut bergeleng pelan walau raut mukanya jelas keliatan khawatir.

Pantes lah gue gak tau apa-apa, mereka yang temenan dari lama aja gak tau. Gue menarik nafas, memutuskan untuk mencoba kembali fokus mendengar penjelasan Miss Jessie.

Walau sesekali gue masih tetap melirik ke Fita, keliatan jelas dia cemas. Berkali-kali dia diam-diam ngecek HPnya.

Jelas, Fita lebih khawatir.

"Yo nanti samperin Arya ya?" Gio yang baru aja beranjak jadi berhenti di samping meja Fita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yo nanti samperin Arya ya?" Gio yang baru aja beranjak jadi berhenti di samping meja Fita. Nunduk natap cewek itu.

"Chat lo udah dibales?" Tanya Gio.

"Belum, terakhir dia online WA semalem." Jawab Fita.

"Hubungin tetehnya coba." Gio jadi memutuskan duduk lagi, ia menarik bangku di depan meja FIta lalu duduk ngehadap cewek itu. Gue juga jadi ikutan nyimak di samping mereka.

"Gue langsung telfon Teh Riri aja kali ya." kata Fita lalu melanjutkan mengetik sesuatu di HPnya dan setelah itu menaruh layar HP di telinganya.

Gue terus memperhatikan mereka berdua, Gio dan Fita. Mereka bener bener sahabatan, bahkan Gio jadi kalem mungkin karena khawatir dan Fita jelas keliatan nahan sedih dan gelisah terus dan dari pagi.

"halo teh."

Gue mengerjap, ikut menyimak bersama Gio saat Fita menyapa orang di seberang sana.

"Arya sakit apa teh?"

"Pulang nanti aku mampir ya teh, tolong bilang ke Arya juga."

"Iya teh salamin ke Arya."

"Gimana?" Tanya Gio sesaat setelah Fita mematikan sambungan telfon itu.

"Penyakit biasa." Jawab Fita singkat.

Gue mengernyit gak ngerti. Penyakit biasa apa maksudnya? Heh guea gak paham, gue anak baru. Ini mereka berdua jadi semellow ini, sedangkan gue malah keliatan jadi orang bego yang ikut-ikutan sedih.

"Arya kenapa?" Tanya gue pelan, lebih ke berhati-hati sebenarnya.

"Sakit." Jawab Gio.Gue melengos kasar, hehe Gio emang sialan, gue juga tau kali kalau sakit.

"Gue gak boleh tau ya?" Tebak gue.

"Eh? boleh kok kayak siapa aja sih lo. Arya demam, bukan demam biasa. Biasanya karena kangen orang tuanya apalagi bundanya, dia itu sayang banget sama bunda tapi you know lah orang tua Arya sesibuk apa." Jawab Fita menjelaskan.

"Kurang kasih sayang dia, Key." Celetuk Gio.

"AKH—"

"BECANDA NENG PIT ASTAGA GINI YA LO SEKARANG LEBIH SAYANG ARYA DARIPADA GUE, PADAHAL YANG ANTAR JEMPUT LO LEBIH SERINGAN GUE!" Kata Gio ngegas duluan.

"Eh malah ngegas salah siapa ngatain temen sendiri yang lagi sakit." Cibir Fita galak.

Gio meringis mengusap rambutnya yang kembali jadi korban jambak Fita. Sementara gue malah ketawa kecil, lagi lagi melihat penyiksaan yang menimpa Gio.

Walaupun pikiran gue gak bisa bohong, kalau gue juga lagi kepikiran Arya.

Walaupun pikiran gue gak bisa bohong, kalau gue juga lagi kepikiran Arya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yha makin absurd:(

Feel | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang