Gue menunduk dengan terus membuntuti Gio sampai ke halaman parkiran rumah Arya. Jelas,masih dengan hati yang berdebar terus. Gue jadi salah tingkah. Cuman karena kata 'Nyaman'.
Padahal kan nyaman itu maksudnya banyak, mungkin dia nyaman gara-gara bisa cerita apa yang dia pendam kan? Bukan karena sender-senderan itu.
Tapi apa boleh buat, Gue udah baper.
Katakanlah gue lemah, karena emang iya sih.
"Ngegas banget lo jalannya, di suruh balik nyokap lo ya?" Gue menghempaskan badan dan duduk di jok depan mobil Gio. Agak kesal karena harus ikut jalan buru-buru karena Gio yang jalan mirip orang kesetanan.
"Engga." Gio langsung nyalain mesin mobilnya yang ngebuat gue kaget karena dia langsung nancap gas padahal gue baru mau pasang seatbelt. Dia keliatan buru-buru dan raut wajahnya beda, jadi dingin dan gue ngerasa suasananya aneh.
Iyalah orang hyperaktif kayak dia tiba-tiba diam itu serem.
"Bentar dulu napa ini seatbelt gue belum kepasang." Gue terus menarik seatbelt sambil natap Gio kesal.
Lagi-lagi Gio gak balas ucapan gue. Dia etap fokus ngegas mobilnya.
Gio ini ketempelan apaan sih tadi di rumah Arya?
"Kenapa sih lo? Ketempalan setan apa?" tanya gue dengan nada nyolot campur kesel karena suasana jadi hening soalnya Gio gak ngomong apa-apa.
"Kayaknya gue patah hati." Jawab Gio singkat dan matanya masih terus natap ke arah jalanan di depan.
"Kerdusin cewe mulu sih lo, lo tau kan kalo buaya sakit hati itu berarti dia kena karma." Gue natap Gio ngeliat mukanya yang masih datar gak berekspresi.
"Hm padahal kali ini gue beneran serius." Jawabnya. Gue menghela nafas, gak ngejawab Gio lagi.
Biarin aja lah dia merenungi, beneran lagi galau keliatannya.
"Kok lo gak peka sih."Gue yang lagi asik mandangin jalanan lewat kaca di sebeah kiri tiba tiba jadi noleh ke kanan, ngeliat Gio yang masih tetap sama, fokus nyetir dan sama sekali gak noleh.
Dia ini ngigau?
Gak peka apaan sih....
Beneran gak sehat nih anak.
"Udah deh lo kalau lagi galau mampir aja dulu, lo ngomong jadi ngelantur gini yo." Kata gue gak mau ambil risiko, takutnya dia tiba-tiba ngebut kan bahaya keselamatan dan kesehatan jantung gue.
Gio beneran nepih ke pinggir jalan dan ngeberhentiin mobilnya. Gue gak percaya ternyata dia beneran galau."Gak nyangka ternyata lo bisa galau juga." Kata gue sambil natap Gio gak percaya.
"Gue juga cowok anjir, manusia." katanya sedikit gak terima. Gue malah ketawa dengar dia yang seakan gak terima sama yang gue ucapin.
"Yaudah, siapa sih cewenya? Anak kelas berapa? Anak EHS juga? Kakak kelas apa seangakatan?" Tanya gue kini sok serius. Berusaha terlihat jadi pendengar yang baik siapa tahu Gio jadi sedikit luluh.
"Lo yakin mau tau?" Gio jadi natap gue serius. Gue ngangguk.
"Dengerin..." Gio narik nafas pelan."Dia cewek" lanjutnya.
SIALAN.
HEHE.
"Gak.. gak .. serius nih..." Katanya lagi. "Anak EHS, Seangkatan, dan deket sama gue." Jawab Gio. Gue mengernyit sambil berpikir.
Anak EHS yang sengakatan dan deket sama Gio kan banyak, cowok ini mah tiap kelas, cewek yang dia kenal tuh pasti ada.
"Clue yang jelas lagi dong."Tanya gue yang makin penasaran, gue jadi berasa mau jawab game kuis. Padahal mah bisa aja gue langsung nanya nama ceweknya dan anak kelas berapa gitu kan. Tapi entah kenapa ini jadi membuat gue tertantang buat nebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel | END
Teen FictionBerawal dari kepindahan gadis cantik itu, dia datang menjadi seorang sahabat, namun juga menjadi alasan terombang ambing nya perasaan yang hampir meruntuhkan kisah persahabatan •°•.•°• Keysa, Arya, Gio, dan Fita -Kel...