Aku Bisa Apa?

6.8K 476 62
                                    

Arya dan Finn memasuki rumah yang pintunya sudah terbuka, suasana tampak sepi tidak seperti biasa, lalu tak lama Mang Jenal masuk menyusul sambil membawakan koper kedua orang tersebut. "Kenapa sepi Mang, semua orang kemana?" tanya Arya pada Mang Jenal.

Belum sempat Mang Jenal menjawab, tampak Bi Asih datang dari lantai dua dan langsung menghampiri Arya sedikit terkejut, "Eh Den, sudah datang, sehat?" tanya Bi Asih sedikit salah tingkah sambil menatap Mang Jenal dengan tatapan aneh.

"Sehat Bi, Alhamdulillah" jawab Arya seraya tersenyum pada asisten rumah tangga itu. Bi Asih ikut tersenyum sambil melirik suaminya, Mang Jenal. Arya menangkap ada gelagat aneh dari Bi Asih, yang terlihat gugup dan resah. "Ibu dimana Bi?" pertanyaan kali ini membuat Bi Asih semakin gelagapan.

"Ibu ada, di kamarnya, hayu atuh, sekalian temen Den Arya dianter ke kamarnya sama Mang Jenal" Bi Asih berjalan mendahului di depan kemudian mereka bertiga mengekori di belakang.

Di pertigaan lorong menuju kamar Mia, Arya memberitahukan pada Finn untuk mengikuti Mang Jenal dan beristirahat sejenak, karena dia akan menemui Ibu terlebih dulu. Finn mengangguk dan akhirnya menghilang di ujung lorong bersama Mang Jenal.

Arya pun bergegas menuju kamar Mia bersama Bi Asih, begitu pintu dibuka alangkah terkejutnya pria itu dan jantungnya serasa mencelos terjun bebas melihat di depan mata kondisi Mia yang pucat sedang diperiksa oleh seorang dokter.

"Ibu?!" tanpa berpikir panjang Arya langsung melesat mendekati Mia yang nampak kaget karena kedatangan putranya disaat dia sedang seperti itu, Bi Asih hanya bisa menundukkan kepala tidak berani melihat ke arah majikannya.

Mia bangun dari tidurnya dan bersikap senormal mungkin menyambut Arya yang sudah duduk di pinggir ranjang menghadap dirinya. "Anak Ibu akhirnya pulang, selamat datang sayang" Mia langsung memeluk Arya yang memeluknya balik dengan begitu erat, menghidu aroma Ibu, aroma yang dirindukannya selama lima tahun terakhir.

Mia melepaskan pelukan mereka, menangkup wajah putranya yang semakin tampan seperti ayahnya, dikecupnya wajah Arya dengan penuh kerinduan dan kasih sayang. Dan Arya, dia menatap wajah sang Ibu begitu pucat. Tanpa ingin menyudahi rasa rindu pada sang Ibu, dia langsung bertanya pada Mia.

"Ibu kenapa? Ibu sakit apa?" Ada sedikit resah yang tiba-tiba muncul di hati pemuda itu begitu melihat kondisi Mia, Ibunya selama yang dia tahu, tidak pernah sakit sampai begini, Kalau pun sakit dia tidak sampai harus memanggil dokter ke rumah, cukup memeriksakan diri di puskesmas terdekat sebelum ke rumah sakit di pusat kota bila penyakitnya lebih serius.

"Nanti akan saya jelaskan. Kalau boleh, saya akan memeriksa kondisi Ibu Mia terlebih dahulu" ujar seseorang yang keberadaannya hampir diabaikan oleh Arya. Dokter pria paruh baya itu tersenyum pada Arya, membuat pemuda itu mengangguk dan pamit menunggu di luar, saat berjalan Arya langsung berbisik kepada seseorang yang sedari tadi berdiri menunggu, menunduk menghindari tatapan kedua majikannya.

"Bi Asih, ikut saya keluar sebentar" Ada nada ketegasan disana, yang membuat asisten rumah tangga itu tanpa banyak bicara langsung mengangguk dan menuruti majikannya.

Setelah berada diluar, tepatnya dibalik pintu kamar Mia, Arya langsung menginterogasi, "Ada apa dengan Ibu?"

"Semalam Ibu pingsan Den, kalau cape nya datang, kumatnya seperti itu" ujar Bi Asih mencoba jujur. Jujur dia takut karena sudah berjanji pada Mia akan merahasiakan ini dari Arya.

Arya mendesah frustasi, menyugar rambutnya ke belakang, belum lelahnya hilang karena penerbangan yang panjang kini harus mendengar berita ini.

"Sejak kapan Ibu selalu seperti ini?" tanya nya lagi berusaha meredam emosi, karena Arya tahu Bi Asih melakukan ini, merahasiakan ini bukan tanpa alasan.

Fated For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang