Mari kita baca, eeeejangan lupa vote dan komennya.
.
.
.
.
.Rasa takut kehilanganmu
Kini menjelma menjadi nyata
Ku tak bisa menghindar
Mungkin cintaku tlah usaiKata maaf tak bisa menebus
Atas satu khilafku padamu
Kau merasa dikhianati
Kau putuskan untuk pergiKu coba tersenyum saat kau pergi
Meski lara hati menangis melepasmu
Andaikan kau tahu
Betapa aku masih mencintamuKata maaf tak bisa menebus
Atas satu khilafku padamu
Kau merasa dikhianati
Kau putuskan untuk pergiKu coba tersenyum saat kau pergi
Meski lara hati menangis melepasmu
Andaikan kau tahu
Betapa aku masih mencintamuKlik!
"Yaaahhhhh kok dimatiin sih Kak Per!" protes Helen misuh-misuh.
Jay langsung tersadar dari lamunannya, dan baru menyadari kalau sedari tadi pekerjaan belum dia kerjakan sedikitpun.
"Nyetel lagu galau beginian, elu kalo mau berduka jangan disini, noh di depan kantor KPU!" nyinyir Perez dengan mulut pedasnya.
"Nyalain lagi Kak! atau aku mogok kerja!" ancam gadis imut itu dengan gemas.
Perez berdecak sambil melengos manja, bibirnya mencebik ganas melihat tingkah Helen, "Bodo amat boolllll" ledeknya hingga membuat Helen merengek, otomatis ruangan tim RnD menjadi hingar bingar di pagi yang cerah ini.
"Berasa kerja di pasar gue" sindir Juls sambil memberikan berkas kepada Jay yang tengah mengumpulkan fokusnya.
"Jay tolong ini di input semua" Jay menerima berkas nya dan mengangguk sekilas sambil membaca berkas-berkas di tangan.
"Oh iya, kalau bisa nanti kamu ikut Perez ya ketemu sama klien setelah jam makan siang" Juls memberikan kode kepada Perez agar segera berkoordinasi dengan Jay mengenai hal tersebut.
"Beres gue kirim email ya say, entar gue kesitu" seru Perez dari balik kubikelnya, tangannya melambai-lambai ke arah kubikel Jay.
Jay tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya sebagai jawaban untuk Perez. Sibuknya pekerjaan selama dua hari ini tidak menghilangkan kegelisahan yang tiba-tiba mengusiknya secara telak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated For You
RomanceKatakanlah gadis itu meminta hal yang begitu mustahil, terkesan tidak tahu diri. Tapi nyatanya, wanita paruh baya yang dia sebut Ibu itu, mengabulkan permintaannya dengan senang hati. Memberikan putra satu-satunya penerus keluarga Santawisastra kep...