Kuy mari langsung ajaaaa
.
.
.
.
."Kita perlu bicara, dan tidak disini. We will have the fucking damn talk, Jihan" desis Arya tajam tidak bisa dibantah.
Dan seperti sebuah deja vu.
Arya mengemudikan mobil dengan kecepatan gila-gilaan seperti pembalap tunggal yang mengejar rekor kecepatan waktu. Tidak peduli lalu lintas pada saat jam kerja sedang padat-padatnya.
Ditilang polisi trus dideportasi baru nyaho kamu! batin Jay sebal.
Arya membawa mobil yang mereka tumpangi menuju pinggiran kota seperti malam itu, menjauh dari keramaian. Karena saat ini dia benar-benar sedang berada di ambang emosi siaga satu.
Akhirnya Jay bisa bernapas lega dan cengkraman kedua tangannya pada safety belt bisa mengendur, saat mobil yang dikendarai oleh orang sinting di sampingnya telah berhenti di pinggir sebuah danau.
Seketika pikiran Jay menyalakan alarm kewaspadaan. Dipikir-pikir dia bisa berenang kalau-kalau Arya hendak membuangnya ke dalam danau di depan sana.
"Let's have the fucking talk, tuan puteri" ujarnya dengan amarah yang menyelimuti. Pria itu menoleh tanpa memutar tubuhnya menghadap Jay. Tatapan tajam yang mengintimidasi yang menjadi senjata ampuh untuk menguliti pertahanan sang lawan bicara.
"Aku, sedang tidak ingin ngob.rol" balas gadis itu berupaya tenang. Tangannya hendak membuka sabuk pengaman dan langsung dicegah oleh Arya.
"Jangan pernah berpikir untuk lari, sialan. Oh sepertinya aku tahu tempat yang cocok untuk memulai pembicaraan kita dari hati ke hati" ujar Arya sarkatis dengan nada dingin yang berbahaya, kilatan bengis di matanya kembali muncul seketika, membuat gadis di sampingnya bergetar tanpa sadar.
Sebelah tangan Arya mencrengkram lengan gadis itu agar tidak mencoba keluar, sebelah tangan yang bebas mengambil ponselnya dan melakukan panggilan pada seseorang.
"Ibuku sedang berada di sini, di rumah sakit. Tolong kamu kesana dan temani Bi Asih"
".... "
"Alamat nya nanti aku kirim"
"... "
"Aku ada keperluan di basecamp dan tidak ingin siapapun mengganggu, bahkan kamu" Arya mematikan ponsel lalu meletakkannya secara asal di atas dashboard.
Setelah yakin Jay tidak akan bisa kabur dan mengirimkan alamat rumah sakit, Arya kembali menghidupkan mesin mobil dan menekan pedal gas dalam-dalam. Membuat gadis di sampingnya kembali dilanda kecemasan.
"Kamu mau bawa aku kemana? aku lebih baik menemani Ibu di rumah sakit!" ketakutan dalam nada suara Jay jelas terdengar walau berbanding terbalik dengan raut wajahnya yang berusaha menutupi kepanikan.
Tanpa mengalihkan fokusnya pada jalanan, Arya membiarkan gadis itu berada pada rasa ketakutan dan penasaran yang amat sangat. Dia benar-benar butuh penjelasan yang amat terperinci dari mulut gadis itu mengenai pembatalan pertunangan secara sepihak, sebelum gadis itu mengatakannya pada Mia.
"Kamu akan tahu secepatnya" bisik Arya tajam.
🌸🌸🌸🌸🌸
Setiap rejeki, kematian hingga jodoh sudah ditentukan semuanya oleh sang pencipta kepada setiap umatnya. Suka-tidak suka, mau-tidak mau, yakin-tidak yakin, jika sudah digariskan kita bisa apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated For You
RomanceKatakanlah gadis itu meminta hal yang begitu mustahil, terkesan tidak tahu diri. Tapi nyatanya, wanita paruh baya yang dia sebut Ibu itu, mengabulkan permintaannya dengan senang hati. Memberikan putra satu-satunya penerus keluarga Santawisastra kep...