Pengakuan Hati

9K 578 98
                                    

Yang kangen Arya mana suaranyaa?!
angkat rok kalian tinggi-tinggi! #ehhhh

Happy reading gaesssssss
.
.
.
.
.

Langkah anggun dari sepasang kaki jenjang yang indah itu, terlihat begitu percaya diri berjalan menuju sebuah restoran mewah, kehadirannya membelah sedikit perhatian para mata keranjang yang sedang menikmati makan malam bersama pasangan masing-masing.

Mata bulatnya yang dipayungi bulu mata sintesis terlihat sedang mencari keberadaan seseorang. Bibir sensual hasil filler itu mencebik dengan gaya yang dibuat-buat, karena tidak menemukan sosok yang dia cari.

"Selamat malam, ada yang bisa kami bantu?" Sebuah suara dari seorang pelayan wanita memecah perhatiannya.

Dengan gaya angkuh tanpa melihat sedikitpun ke arah pelayan tersebut, dia hanya menyebutkan sebuah nama, seseorang yang telah membooking meja untuk mereka berdua makan malam bersama.

Setelah menyebutkan nama, tanpa jeda pelayan itupun langsung mempersilahkan sang tamu untuk mengikuti dirinya ke sebuah meja yang berada di dalam ruangan.

Senyum simpul langsung timbul seiring otaknya yang menginformasikan, bahwa pria  yang dia incar kali ini ternyata memesan sebuah ruang VIP agar makan malam nya terasa lebih romantis.

"Selamat malam, Tuan" sapa sang pelayan kepada sosok pria yang tengah menyesap wine dalam duduk diamnya, "Silahkan, Nona" setelah menyapa, sang pelayan mempersilahkan gadis untuk masuk. "Saya akan mengeluarkan hidangannya sekarang, mohon ditunggu" informasinya sambil berlalu.

"Hai, maaf ya nunggu lama" senyum semanis madu dilontarkannya kepada pria yang kini berdiri menyambutnya. Tidak ingin melewatkan kesempatan, gadis itu langsung memeluk sambil mencium pipi pria pujaan. Sengaja aset implan kembarnya ditekan pada tubuh sang umpan lezat agar tergoda.

Tampak tidak terpengaruh, bahkan terlihat menjaga jarak, pria itu segera melepas pelukan dan mempersilahkan tamunya untuk segera duduk.

"Maaf kalau saya tidak memberitahukan perubahan meja yang telah saya informasikan sebelumnya" gadis itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih saat sang rupawan menuangkan wine ke dalam gelas nya.

Menggeleng perlahan setelah menyesap wine, gadis itu kembali tersipu "Dont be, Arya. Aku suka pilihan---apapun itu dari kamu"

Arya tersenyum simpul, memandang lekat gadis dihadapannya yang terlihat menawan. Pandangan seduktif ditujukan kepada lawan bicaranya.

"By the way, gimana kerjasama yang papaku tawarkan?apa sudah dibicarakan dengan Tante Mia"

"Untuk kesepakatan kerjasama, keputusan berada di tangan pimpinan, saya hanya perantara saja" timpal Arya, senyum menggoda terbit di bibir gadis itu, membuat Arya menyeringai dan menjilat bibirnya selintas sambil membalas senyumannya.

Gadis itu terkekeh dengan gaya anggun yang dibuat semenarik mungkin, rambut panjangnya yang tergerai indah langsung disampirkan ke satu sisi, agar leher jenjang nya sengaja terekspos ke arah sudut pandang si pria.

"Kamu lucu" desahnya sambil menyesap wine dengan cara se-sexy mungkin. "Kalau kamu mau, pasti Tante Mia akan setuju" mata bulat itu mengerling sengaja, "Apa sih yang tidak orangtua beri untuk anak mereka satu-satunya" sambungnya lagi.

Anak satu-satunya ya? Arya tertawa sumbang di dalam hati, kalimat itu selalu menohoknya. Telak.

Anak satu-satunya, ralat--sepeninggal Rani. Tapi dia tidak selalu menjadi satu-satunya di hati Mia. Untuk apa dibanggakan?

"Tidak juga, tidak semua yang saya inginkan selalu Ibu penuhi. Selalu ada harga yang harus dipertaruhkan-----bukan begitu Nona Eliza?"

Eliza tertawa pelan, mengulum bibir sensualnya sambil menatap lekat rupawan di depan sana.

Fated For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang