Yuk marrrreeee
.
.
.
.
.Langkah Jay semakin lama semakin mendekat ke arah pintu, debaran di dadanya semakin kuat dengan ritme yang lebih lambat.
Tangannya dingin sedikit bergetar, dia tautkan di depan dada sambil terus melangkah. Lalu terdengar sebuah tawa, tawa yang selama ini dia rindukan, tawa yang mengandung kebahagiaan, tawa dari seorang Mia.
Jay seakan menahan napas, sedikit terkesiap lalu menutup mulutnya. Ibu ada di sini, ibu datang.
Lalu pandangan mereka bertemu.
🌸🌸🌸🌸🌸
Jay masih sedikit terisak di pelukan Mia, dari pagi tadi mereka bertemu, hingga waktu menunjukkan siang hari. Jay terus menempel pada Mia, memeluknya erat.
Mia tidak merasa jengah, tidak juga merasa risih. Mereka masih rindu, hanya saja....
"Ibu gak pernah benci Jay, Ibu gak marah sama Jay...jadi udah dong nangisnya. Cape loh nanti" kata Mia untuk yang ke sekian kalinya. Tapi tetap saja gadis itu bergeming. Rasa bersalah dan rindu masih bergelut di dalam hati.
Tertawa geli, Mia hendak bangkit dari tempat tidur pun tidak bisa. Gadis kecilnya sudah dewasa tapi tetap saja cengeng. Ah dia benar-benar rindu pada Jay.
"Aku ngerasa salah banget sama Ibu" isaknya pelan, "Ya dan aku emang salah" ujarnya lagi.
Mia tidak membantah namun juga tidak mengiyakan. Karena apapun jawaban untuk menghibur gadis nya itu tetap membuat Jay merasa terus bersalah.
"Iya udah, kan udah Ibu maafin, udah dong nangisnya. Matanya nanti bengkak loh" bujuk Mia yang tetap berakhir sia-sia.
Arya mengintip dengan membuka pintu sedikit, rasanya ingin ikut saling berpelukan. Tapi pelototan Mia di ujung sana membuyarkan angannya.
KRIUKKKK
Jay langsung menghentikan tangisnya dan Mia memejamkan mata karenanya. Memang tidak bisa dipungkiri kalau...
"Ibu laper ya???" seru Jay langsung terduduk, di seka nya sisa hujan di sudut gelap mata. Mia tersipu malu dan ikut duduk saling berhadapan.
"Banget" bisik Mia terkikik. "Makanya Ibu nyuruh kamu udahan nangisnya" senyum terkulum terbit di sudut bibirnya.
"Aku tadi udah nyiapin sarapan..."
"Iya ibu dari tadi udah ngiler. Dari pas dateng malah. Gara-gara ada yang gak mau berhenti nangis jadi aja Ibu nahan-nahan laper" sindir Mia dengan ekspresi memelas menahan lapar.
Rasa bersalah semakin bertambah di hati Jay.
"Maaf...." lirihnya kembali menekuk wajah, membuat Mia semakin gemas karena ekspresi Jay yang lucu.
"Yaudah yuk, Ibu laper nih" Mia bangkit dari tempat tidur lalu meraih tangan Jay, menariknya perlahan hingga sama-sama berdiri. Mereka berdua berjalan bersama menuruni tangga menuju ruang makan.
Jay terus memeluk lengan Mia dengan hati yang sedikit lega tapi juga bahagia, ternyata Mia tidak membencinya dan sudah memaafkannya. Senyum tipis menghiasi wajahnya, begitupun dengan Mia.
"Bu" bisik Jay
"Iya..." balas Mia sama berbisik.
"Aku kangen Ibu" katanya pelan
"Sama...Ibu juga" ucap Mia sama pelannya.
"Ngapain sih bisik-bisik gitu?"
Mia dan Jay langsung menoleh ke arah pemilik kalimat tadi berasal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated For You
RomanceKatakanlah gadis itu meminta hal yang begitu mustahil, terkesan tidak tahu diri. Tapi nyatanya, wanita paruh baya yang dia sebut Ibu itu, mengabulkan permintaannya dengan senang hati. Memberikan putra satu-satunya penerus keluarga Santawisastra kep...