Langsung saja..... Masuk paekooooo.
.
.
.
.
.Hari-hari berlalu, rutinitas berjalan seperti biasa, terhitung semenjak satu bulan setelah peristiwa malam itu, Jay maupun Arya sama-sama belum bertatap muka kembali. Masing-masing nampak sibuk dengan kegiatannya, Jay dengan ujian akhir dan persiapan memasuki gerbang kuliah, lalu Arya yang juga sedang sibuk kuliah sambil mengurus Cafe dan membantu mengelola bisnis keluarga.
Sehari setelah peristiwa itu, Arya hanya meletakkan ponsel gadis itu di atas nakas kamarnya. Tanpa kata, tanpa berita pria itu seakan menghilang dengan kesibukannya.
Lalu Jay menemukan pesan dari pria itu, pertama kali dalam hidupnya, Arya mengirim pesan dan itupun bukan permintaan maaf.
Ada banyak yang harus diluruskan dan kita bicarakan. Have a nice day, Jihan.
-M.D.S-
Dari sekian banyak kata, tidak ada satupun kata maaf terselip di dalamnya. Great!
Tidak ada yang harus diharapkan oleh gadis itu, permintaan maaf dari Arya? ngimpi.
Lagipula apalagi yang harus diharapkan? batin gadis itu jengah. Dan pagi ini pada hari minggu, Jay sedang menikmati sarapannya dalam diam, setelah seminggu berjibaku dengan soal-soal ujian, kini dia bisa rehat sejenak menyegarkan tubuh dan pikirannya.
Tanda pesan masuk mengalihkan perhatiannya dari semangkuk sereal.
Teman-teman kelas kita siang ini mengadakan acara ke Manchester, ikut ya ya ya yaaaaaaaaaa
-Ryu-
Enggan untuk membalas, Jay kembali menikmati sarapannya. Entahlah dia merasa masih butuh Me Time untuk memulihkan mood nya yang benar-benar terjun bebas.
Sempat tertegun sesaat, Jay mendengar suara pintu kamar Arya terbuka, tanpa berpikir panjang gadis itu berusaha tetap fokus dengan sarapannya.
Jay bukannya tidak tahu kalau Arya pun duduk di meja makan, dari aroma yang tercium pria itu sedang menikmati secangkir kopi yang sebelumnya dia buat di ruang pantry.
Suara deheman pria itu berusaha memecah kesunyian, ekor matanya melirik pergerakan sang gadis yang sedang menikmati sarapannya.
"Tadi Ibu menghubungi saya" suara pria itu memulai percakapan.
"Beliau memberitahu saya kalau minggu depan, dia akan berkunjung kesini" lanjutnya perlahan sambil menyesap kopi, tak lupa ekor matanya melirik pergerakan gadis itu yang masih sama, wajah cantik itu tidak menunjukkan ekspresi apapun, datar.
Jujur, Arya merasa sangat canggung. Tepatnya tidak tahu harus bagaimana dan bersikap seperti apa. Terlebih dengan peristiwa malam itu, sebulan yang lalu.
Menghela napas berat, pria itu meletakkan cangkir kopinya dan bersandar pada kursi, mencoba menatap wajah sang gadis yang masih menikmati santapan sereal nya.
"Jihan---"
Kalimat Arya terhenti saat Jay tiba-tiba bangkit berdiri, membawa mangkuk dan gelasnya ke dapur, lalu mencucinya. Gadis itu seolah tidak peduli akan kehadiran sang Adam. Mencoba menulikan pendengaran, mencoba mematikan segala hal tentang pria itu. Setidaknya mencoba agar terbiasa.
Saat gadis itu selesai mencuci, dan kembali untuk mengambil ponsel yang disimpan diatas meja makan, Arya berusaha kembali memanggil gadis itu dengan nada yang sedikit lebih tinggi tapi tidak merubah intonasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated For You
RomanceKatakanlah gadis itu meminta hal yang begitu mustahil, terkesan tidak tahu diri. Tapi nyatanya, wanita paruh baya yang dia sebut Ibu itu, mengabulkan permintaannya dengan senang hati. Memberikan putra satu-satunya penerus keluarga Santawisastra kep...