Tidak Menyerah

9K 505 142
                                    

Happy reading kesayangan2 akoe
.
.
.
.
.

Jay menatap pantulan dirinya di dalam cermin, dan mengusap wajahnya dari titik-titik air yang masih mengalir, lalu terpaku sesaat. Satu fokusnya mengarah pada bibir yang kini tengah disentuh oleh jari-jarinya.

Menutup matanya, kemudian bayangan ciuman tadi kembali hadir mengusik memori ingatan serta keseluruhan dalam dirinya.

Semudah itu hatinya kembali bergetar?

Membuka netra, kini gadis itu melihat wajahnya yang telah bersemu merah, dia benar-benar merasa malu yang bercampur aduk dengan hatinya yang membuncah diam-diam.

Kedua tangannya kini beralih di depan dada. Mengepalkannya disana, berharap suara jantungnya yang berdegub kencang bisa teredam dalam genggamannya.

Uugghhh kenapa bisa gini sih?! Omel gadis itu dalam hati. Kembali dibasuh wajah cantiknya yang masih bersemu merah, ditepuk-tepuk kedua pipinya bersamaan dengan air yang mengalir dari keran wastafel.

Bergegas mengusap wajahnya dengan tissue dan kembali menuju ruangan kerja, Jay dikagetkan dengan pekikan nyaring seseorang saat dia membuka pintu.

"Yampuunnn! Muka kamu pucet banget Jay!" adalah Helen, salah satu rekan kerjanya yang memekik heboh.

Jay yang pada dasarnya sedang dalam keadaan 'kacau balau' terlihat semakin pucat dengan debaran jantung yang kian menggila, menatap penuh kebingungan ke arah gadis mungil yang sudah berdiri dihadapannya.

"Yampun Jay, kamu diapain sama klien kita tadi? Ampe pucet gini coba" Helen menuntun Jay menuju tempat duduk terdekat.

"Aduh itu muka asli pucet bangeeeeeut" Jay merasakan usapan lembut tangan Helen di area wajahnya.

"Paan sih bol hebbbboh----ya ampunn Jaiyana kamu kenapa" pekikan khawatir kembali terdengar dari pemilik suara bass di divisi RnD.

Jay mengusap wajahnya dengan kedua tangan, jangan sampai mereka menaruh kecurigaan yang berujung investigasi. Karena malas rasanya untuk mengorek masa lalu yang tidak perlu orang lain tahu.

"Duhh aku gapapa kok, tadi cuma kaget aja sama teriakan Kak Helen" ucap Jay sambil berusaha bersikap biasa saja, "Sama Pak Arya cuma bahas soal tadi di rapat aja" kilah gadis itu sambil tersenyum ringan.

Helen dan Perez langsung saling berpandangan, tak serta merta percaya walau sebenernya harus percaya-percaya saja. Karena jujur, raut wajah gadis dihadapan mereka tidak mencerminkan 'baik-baik saja'

"Eumm gitu ya" Helen merasa sedikit canggung, tingkat kepo nya yang akut ditahan mati-matian. Terlebih cubitan pedas dari Pria setengah jadi disamping, sedang 'nongkrong' dengan asyik di atas siku nya.

Jiwa lo mimi peri, cubitan mah teteup aja tenaga kera sakti. Mau tak mau disikutnya otot perut Perez hingga cubitannya terlepas.

"Perlu sesuatu kah shay? teh hijau mau ya aku buatin?" tawar Perez yang diangguki oleh Helen.

"Sekalian aku juga buatin" mencebik bibir, Perez hanya menggumam ora sudi ditelinga rekan kerjanya.

Jay menggeleng dan berdiri menghalangi langkah Perez yang hendak beranjak, "Gak usah kak, tadi kan udah. Aku cuma lagi gak enak badan aja kok....beneran deh" kata gadis itu sedikit memelas.

"Masuk angin kayaknya, tapi gapapa kok, udah mendingan" lanjutnya sambil tersenyum lebar

Mau tak mau Helen dan Perez kembali beradu pandang.

"Case closed nih? yakin gak mau kepo?"

"Kok penasaran ya?"

"Jiwa kepedulianku memberontak tau!"

Fated For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang