Jiyeon tersentak. Tangannya bergerak untuk meraba permukaan yang menjadi alas tidurnya. Gadis itu bingung karena permukaan alas tidurnya sangat lembut. Dia langsung mendudukkan dirinya. Jiyeon memeriksa keadaannya, matanya mengerjap saat sadar bahwa dirinya masih memakai seragam sekolahnya.
"Ini di kamar," gumam Jiyeon sambil mengeluarkan ponselnya yang masih mati. "Aku harus menghubungi Hyera."
Baru beberapa detik ponsel Jiyeon menyala, ada sebuah panggilan telepon masuk. Nada dering ponselnya saja sudah menggema. Persetan, Jiyeon tidak peduli. Yang Jiyeon herankan adalah nama Soojin yang terpampang di layar ponselnya.
"Halo?"
"EONNI! KAU MEMBUATKU BINGUNG SETENGAH MAMPUS!! DIMANA KAU SEKARANG, EONNI?!"
Jiyeon menggaruk tengkuknya. "Maaf, meninggalkanmu secara tiba-tiba, Soojin. Tapi, tadi itu... aku benar-benar membutuhkan waktu untuk sendiri."
"Tapi, jangan sampai menghilang begitu saja. Kau meninggalkanku di perpustakaan beberapa menit sebelum pengumuman siswa dipulangkan lebih awal karena rapat. Hyera Eonni sampai kebingungan mencarimu."
"Aku baru saja menyalakan ponselku. Aku janji, akan menceritakan semuanya pada kalian berdua." Jiyeon menghela napas. "Sudah, ya? Aku harus menghubungi Hyera."
Jiyeon mendengus sembari menatap layar ponselnya yang mulai menggelap. Gadis itu mulai mengedarkan pandangannya. Tempat yang ditempatinya sangat besar, bahkan ukurannya dua kali lebih besar kamarnya. Maniknya terpaku pada sebuah paper bag cokelat di meja kecil samping ranjang yang ditempatinya.
"Aku mendengar suara ponsel tadi. Sepertinya, Jiyeon sudah bangun."
"Untung saja makanannya masih hangat. Aku yang akan menyiapkanya, setelah itu aku langsung pulang."
"Iya, iya. Kenapa sekretarisku ini cerewet sekali, sih?"
"YAK! PARK JIMIN!"
Ceklek!
Pintu kamar terbuka. Jiyeon bisa melihat separuh tubuh Jimin masuk ke kamar. Tiba-tiba saja, pria itu mendapatkan serangan mendadak dari luar kamar.
Bugh!
"Yak!" Jimin berseru karena punggungnya baru saja menjadi korban pelampiasan kemarahan Seulgi. Wanita itu sudah berada di dapur membuat Jimin kesal. "Wah, sialan kau, Nona Kang."
Jimin menghela napas saat mendapati Jiyeon yang terdiam di atas ranjang. Walau posisi gadis itu menghadap ke jendela kamar, Jimin dapat melihat tatapan kosong yang Jiyeon keluarkan. Dengan langkah perlahan, Jimin pun mendekati Jiyeon dari belakang.
Jiyeon terkejut saat sepasang tangan kekar melingkari perutnya. Matanya terpejam saat sesuatu membuat bahu kanannya terasa berat. Helaan napas pun lolos dari bibirnya.
"Ada apa, hm?"
Perlahan, Jiyeon menggeleng. "A-aku... hanya tidak menyangka jika semuanya di luar dugaanku."
Jimin mengeluarkan tawa kecilnya. "Jika kau bersamaku, semua yang terjadi akan selalu di luar perkiraanmu, Jiyeon," ucapnya sambil mengeratkan pelukannya.
"Sebelum kita memulainya, apa kau ingin mengatakan sesuatu?" tanya Jimin sambil menolehkan kepalanya untuk menatap wajah Jiyeon.
Jiyeon memejamkan matanya cukup lama. Sampai cairan bening keluar dari sudut matanya. "Just don't leave me.. right now."
Jimin yang melihat pipi Jiyeon yang mulai sembab pun langsung memutar tubuh gadis itu agar dapat memeluknya. Tangis Jiyeon pun pecah saat itu juga. Jimin pun menepuk punggungnya agar tangisannya itu mereda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] S. Daddy - P. Babygirl
Фанфик[BACA TERLEBIH DAHULU TRILOGY = SD + BG] S. Daddy [Sexy Daddy] P. Babygirl [Princess Babygirl] Lee Jiyeon -Siswa tingkat akhir- tidak pernah diberi kebebasan dalam mengejar cita-citanya oleh ayahnya. Kerja, kerja dan kerja. Ayahnya selalu saja menek...