Bugh! Bugh! Bugh!
"Niat sekali menjadikanku samsak-aduh!"
"Kau... pria yang jahat yang pernah kutemui selama ini!"
Jimin hanya pasrah ketika Jiyeon tidak berhenti memukuli punggungnya. Awalnya, Jiyeon ingin memukul kepalanya, tapi langsung ditolak telak oleh Jimin. Bisa-bisa, dia amnesia nantinya.
Jimin mengaduh karena Jiyeon menjatuhkan tubuhnya pada punggungnya. Pria itu menghela napas ketika kedua lengan Jiyeon melingkar pada pinggangnya.
"Sudah?"
"Ada pisau? Sekalian, aku ingin membunuhmu."
Jimin melotot. "Yang benar saja."
"Katakan semuanya." Jiyeon mengeratkan pelukannya. "Sampai akar, Park Jimin!"
"Iya, iya, aduh. Jangan berteriak."
"BIARKAN SAJA MEREKA YANG DI LANTAI BAWAH MENDENGA-"
Jimin langsung berbalik dan menangkup wajah Jiyeon. "Oke, aku minta maaf, ya?"
Jiyeon memincingkan matanya. "Lakukan seperti dulu. Sepuluh kali."
"Apa?!"
"Kau mencintaiku, kan?"
***
Ugh, Jimin ingin berhenti sekarang.
"Hambamu yang berpipi gembul ini memohon maaf pada baginda."
Jimin terus saja duduk lalu bersujud, begitu seterusnya sambil melafalkan pernohonan maaf. Pria itu melakukannya di atas lantai. Membiarkan Jiyeon yang duduk di atas ranjang sembari mengawasinya.
"Sisa tiga lagi, ayo."
"Hambamu yang berpipi gembul ini memohon maaf pada baginda."
"Dua."
"Hambamu yang berpipi gembul ini memohon maaf pada baginda."
"Satu."
"Hambamu yang berpipi gembul ini memohon maaf pada baginda."
Jimin meringis ketika dahinya terlalu lama mencium lantai kamar yang dingin. Jiyeon menghela napas dan mengetuk pucuk kepala Jimin.
"Naiklah."
Jimin bangkit dari posisinya. Pria itu langsung membawa Jiyeon untuk duduk di atas pangkuannya. Jiyeon kembali memeluk Jimin dengan erat.
"Jelaskan semuanya sebelum aku turun dan kembali membawa pisau."
Jimin meringis. "Akan kujelaskan."
"Semuanya."
"Iya, semuanya."
Jimin memejamkan matanya sebelum mulai memberikan penjelasan. "Sebenarnya, aku sudah lama mengetahui jika kau sekolah di sekolah menengah yang mana aku menjadi komitenya."
"Kalau tidak salah, ketika masa orientasi," lanjutnya. "Di saat siswa perempuan memakai mahkota emas palsu, kau hanya memakai mahkota bunga mawar. Aku ingat sekali."
Tubuh Jiyeon menegang. "I-itu... aku tidak berani meminta Ayah untuk membelinya."
"Hm, aku paham. Aku mendengarnya dari salah satu anggota organisasi yang bertugas melakukan razia di barisanmu," lanjutnya. "Setelah kutanya, siapa namanya, aku jadi makin betah di sekolah hanya untuk mengawasimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] S. Daddy - P. Babygirl
Fanfic[BACA TERLEBIH DAHULU TRILOGY = SD + BG] S. Daddy [Sexy Daddy] P. Babygirl [Princess Babygirl] Lee Jiyeon -Siswa tingkat akhir- tidak pernah diberi kebebasan dalam mengejar cita-citanya oleh ayahnya. Kerja, kerja dan kerja. Ayahnya selalu saja menek...