S.D-P.B#5 [Tolak Telak]

4.1K 431 11
                                    

Jiyeon menghela napas.

Perlahan, tangannya bergerak untuk merobek kemasan choco pie yang diterimanya dua hari yang lalu. Dalam satu kantung yang diterimanya, sekitar ada sepuluh buah. Sudah empat buah yang dimakannya.

"Dia kembali," ucap Jiyeon dengan mulut yang terisi penuh. "Aku yakin dia kembali."

Brak!

Jiyeon tersedak. Tangannya mengepal dan mulai memukul bagian dadanya. Buru-buru, dia mengambil botol airnya. Sedikit terbatuk, Jiyeon merasa lega karena bahaya tidak berpihak padanya.

"Hyera..."

"Maaf!" Hyera menyengir. "Siapa yang kau maksud tadi?"

"Apanya?"

"Aku yakin dia kembali. Siapa, hm?"

Jiyeon memalingkan wajahnya. "Rahasia."

"Astaga, sejak kapan Lee Jiyeon menyembunyikan sesuaru dariku?!"

Plak!

Jiyeon menimpuk wajah Hyera dengan buku memo kesayangannya. "Cerewet. Kau bilang, kau ingin menyalin pekerjaan rumahku, kan?"

Hyera terkekeh. "Aku lupa tujuanku untuk berangkat pagi."

Jiyeon memutar matanya dengan malas. "Biologi masih jam keenam. Tapi lebih baik, kau kerjakan saja sekarang."

"Terima kasih, Jiyeon sayang!!"

Jiyeon menggelengkan kepalanya sembari mengeluarkan buku tugasnya. Setelahnya, dia menatap kosong ke depan. Helaan napas pun lolos bersamaan dengan matanya yang terpejam.

Surat itu masih aman.

***

Jiyeon mengerutkan dahinya. Langit sore nampak menggelap. Sudah diperkirakan, beberapa waktu ke depan akan turun hujan. Dengan cepat, kedua tungkainya mengayuh sepedanya.

Arus amgin mulai kencang. Untung saja, Jiyeon memakai jaketnya. Saat sudah memasuki jalan kecil menuju rumahnya, Jiyeon merasa tengkuknya mulai dingin.

Firasatnya mulai memburuk. Kayuhannya sedikit dipercepat. Sampailah gadis itu tepat di depan teras rumahnya. Seperti biasa, suasana rumahnya sepi.

Jiyeon memarkirkan sepedanya. Kedua tungkainya bergerak secara perlahan. Gadis itu mulai membuka pintu rumahnya. Kosong, ruang tamunya kosong. Baru saja dua langkah dirinya masuk, tubuhnya membeku saat melihat sang ayah keluar dari kamarnya sembari menatap tajam ke arah benda yang selama dua hari ini disembunyikannya.

Amplop beasiswanya...

"A-Ayah, aku bisa jelaskan."

"Apa yang perlu kau jelaskan lagi?" Sang ayah pun menggoyangkan amplop itu di depan Jiyeon. "Beasiswa? Kau menyembunyikannya. Kau berniat ingin menerimanya, kan? JAWAB AKU!!"

Bahu Jiyeon mulai bergetar mendengar bentakan sang ayahnya. Saking takutnya, dia menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan isakannya. Ini sudah kesekian kalinya, dia dibentak seperti ini.

"Lihat ini baik-baik."

Perlahan, Jiyeon mendongakkan kepalanya. Ayahnya memegang kedua sisi amplop. Jiyeon membulatkan matanya saat sepasang tangan sang ayah bergerak untuk membuat amplop tersebut terbelah menjadi dua. Gadis itu terduduk lemas, bersamaan dengan jatuhnya kedua bagian amplop yang sudah terobek.

[1] S. Daddy - P. BabygirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang