S.D-P.B#3 [Curhat Malam]

5.5K 474 9
                                    

Tumben sekali.

Hyera mengajak Jiyeon dan juga Soojin untuk bertemu di depan supermarket yang letaknya berada di ujung jalan menuju rumah Jiyeon. Dalam hati, Jiyeon menduga jika Hyera sangat ingin bercerita dengan keduanya.

Dan ini baru pertama kalinya, Soojin mau ikut bergabung. Biasanya, dia yang paling enggan untuk ikut. Tapi Jiyeon pun lega karena sudah melihat Hyera bersama Soojin di depan supermarket, duduk di set meja berkursi empat yang sudah disediakan.

"Huwa..." Jiyeon mengambil satu botol minuman yang berisi kopi susu. "Tumben sekali. Mengajak untuk bertemu lalu traktiran. Daebak."

"Namanya juga Song Hyera," ucap Hyera dengan bangga.

"Kumat, ya." Jiyeon menggelengkan kepalanya. "Soojin, bagaimana rumahmu?"

Soojin mengeluarkan kunci rumahnya. "Aku kapok menitipkan kunci rumahku pada tetangga sebelah, Eonni. Terakhir aku melakukannya, persediaan ramenku habis."

"Bajingan," umpat Hyera.

"Tapi, tak apa. Aku akan diam-diam saja jika akan pergi," ujar Soojin.

"Jadi..."

"Mungkin kalian bisa membantuku," ucap Hyera. "Apa kalian tahu selera seorang pria yang sepuluh tahun di atas kita?"

Soojin yang awalnya mendengar dengan baik sembari meminum airnya pun tersedak. Jiyeon yang melihatnya pun memijat tengkuk Soojin agar gadis itu tidak merasakan sakit.

"Hyera, kau belum menceritakannya?"

Hyera meringis. "Aku takut. Kau saja, ya?"

"Ya, tapi nanti. Aku tidak mau menceritakannya sekarang." Jiyeon menatap tajam ke arah Hyera. "Sudah lebih baik?"

Soojin mengangguk. "Terima kasih."

"Memang sebentar lagi Paman Tae ulang tahun?"

Soojin mengerutkan dahinya. Kepalanya menoleh, mendapati Jiyeon yang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aku janji akan menceritakannya, oke?"

"... baiklah."

"Ulang tahunnya masih bulan desember nanti," keluh Hyera sambil menangkup kedua pipinya. "Kau tahu sendiri, bukan? Dia sering membelikan apapun yang menjadi kesukaanku walau aku tidak memintanya."

"Itu tandanya dia mencintaimu," ucap Jiyeon dan Soojin dengan serempak.

"Aku tahu..." rengek Hyera sambil menghentakkan kedua tangannya. "Tapi aku ingin memberinya sesuatu..."

Ketiganya pun terdiam. Suasana menjadi hening selama tiga menit kalau saja Jiyeon tidak mengetuk permukaan meja dengan jarinya.

"Kutanya, apa yang disukai Paman Tae?"

"Barang-barang bermerk GUCCI."

"So rich," puji Soojin yang membuat Hyera tersenyum lebar.

"Tapi tidak mungkin juga aku membelinya sebuah pakaian. Bisa-bisa, aku dikatakan yang tidak-tidak oleh pelayan toko," getutu Hyera.

"Beli saja benda yang kecil, tapi berguna," ucap Jiyeon. "Like wristwatch."

Hyera mengerjap. Tak lama, dia mengeluarkan ponselnya dan mulai sibuk dengan dunianya. Soojin pamit untuk membeli beberapa cemilan. Sedangkan Jiyeon, gadis itu mulai membuat sebuah coretan pada buku memo cokelatnya.

Buku memo itu sangat penting baginya. Walau sampulnya sudah terlihat tua, Jiyeon tidak mau membuangnya. Karena buku itu adalah pemberian tetangga sebelah rumahnya yang pindah demi menempu pendidikan selanjutnya saat Jiyeon berumur delapan tahun.

[1] S. Daddy - P. BabygirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang