Gesekan ban sepeda menggema di telinganya. Helaan napas pun lolos dengan panjang. Sepeda itu berhenti bersama pemiliknya tepat di depan sebuah gerbang sekolah menengah. Dalam hati, dia harus cepat menuntun sepeda masuk agar tidak ditahan oleh satpam sekolah.
Lee Jiyeon. Gadis pemilik sepeda itu bersenandung ria sambil meleparkan senyumnya ke arah siswa lainnya. Mereka pun menanggapinya dengan senyuman juga. Walau mereka tidak tahu, makna di balik senyum yang Jiyeon berikan.
"Lee Jiyeon!!"
Jiyeon hampir saja kehilangan keseimbangannya karena kursi belakang sepedanya terasa berat. Gadis itu menghela napas saat melihat seorang gadis berambut pirang menampilkan cengiran tak berdosanya.
"Song Hyera, kebiasaan."
Hyera hanya terkekeh. "Habis, kau dipanggil tidak menyahut."
"Kapan?"
"Dari tadi," jawab Hyera dengan memajukan bibirnya.
Jiyeon mengerjap, sebuah bayangan mobil hitam pun terputar di matanya. "Ah, kau bersama Paman Tae?" tanyanya sambil menuntun sepedanya, membiarkan Hyera duduk manis di kursi penumpang sepedanya.
"Aku jadi tidak enak, kan?" Hyera menghela napas. "Kau memanggilnya Paman, sedangkan aku--"
Jiyeon membekap mulut Hyera. "Jangan dilanjutkan."
Hyera hanya mengangkat kedua jarinya yang membentuk huruf V. Jiyeon kembali menuntun sepedanya. Hyera pun bersenandung ria sambil menyapa para siswa yang menoleh ke arahnya. Jiyeon hanya bisa menggelengkan kepalanya karena Hyera menyapa dengan heboh.
"Jangan heboh, Hyera."
Hyera pun turun dari sepeda, membiarkan Jiyeon memarkirkan sepedanya. "Yah, kau tahu sendiri, bukan? Bagaimana sifatku?"
"Alien," ejek Jiyeon setengah tertawa.
Hyera pun merangkul Jiyeon, dia tidak masalah dengan ejekan Jiyeon. Mereka berdua pun berjalan masuk ke dalam bangunan sekolah mereka. Hyera mengeluarkan ringisannya karena baru saja terpikir sesuatu. "Ngomong-ngomong... jika dilihat, kau seperti temannya."
Jiyeon mengerjap. "Maksudmu, teman Paman Tae?"
"Aku hampir kelepasan," ucap Hyera setelah menghela napas. "Ya, kalian mirip sekali."
Jiyeon mulai mendengar keributan kelasnya. Bel belum berbunyi, berarti belum ada jam pelajaran yang mulai. Gadis itu memandang jendela di samping bangkunya. Hyera yang memang menjadi teman sebangkunya itu pun menatapnya dengan sendu.
"Kau beruntung, ya? Sudah ada orang yang mengisi kekosonganmu," puji Jiyeon dengan tatapan kosong mengarah ke depan.
"Jiyeon," panggil Hyera. "Kau berhak bahagia. Kau akan mendapatkannya."
"Aku sangat menginginkan hal itu, Hyera."
***
"Jangan tebal-tebal, Hyera. Bibirmu sudah sangat merah."
Jam istirahat.
Jiyeon dan Hyera lebih sering menghabiskan waktunya di kelas. Mereka berdua memang sering membawa makanan sendiri dari rumah. Dan seperti inilah kelakuan Hyera di kelas. Make up.
Jika Jiyeon yang akan menjadi sasarannya, dia akan kabur dan mengurung diri di toilet perempuan sampai bel berbunyi.
Hyera mengerjap. Dia mulai memandang cerminnya dan maniknya pun mulai membulat. Dengan cepat, Hyera mengeluarkan kapas dan juga botol yang berisi cairan pembersih make up. Gadis itu mulai mengusap bibirnya yang memerah karena terlalu banyak memoles lipstik.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] S. Daddy - P. Babygirl
Fanfic[BACA TERLEBIH DAHULU TRILOGY = SD + BG] S. Daddy [Sexy Daddy] P. Babygirl [Princess Babygirl] Lee Jiyeon -Siswa tingkat akhir- tidak pernah diberi kebebasan dalam mengejar cita-citanya oleh ayahnya. Kerja, kerja dan kerja. Ayahnya selalu saja menek...