KBBI V
Cibir >> ci.bir.an
n ejekan
[]
Kebanyakan orang menanggapi cibiran atau ejekan itu dengan acuh. Namun bagi sebagian orang, justru hal tersebut akan merusak mentalnya. Ya... meskipun kalian berkata bahwa cibiran tersebut hanyalah sebuah bahan 'bercanda', hal tersebut tidak dapat mengesampingkan cibiran yang telah kalian ucapkan.
Berhati-hatilah berbicara, tidak ada satupun yang percaya bahwa itu adalah sebuah bahan bercandaan ketika kamu sudah terlanjur mengucapkannya. Terlebih dalam dunia kepenulisan. Jika kalian berpikir meledek sebuah naskah untuk membantu membangkitkan semangatnya, maka kalian salah besar.
Tak semua orang dapat sependapat dengan kalian. Karena sudah hukumnya bahwa pendapat setiap orang akan berbeda-beda.
Aku cuma minta kita semua buat intropeksi diri. Karena jujur, disini aku juga masih sangat berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu. Aku juga masih harus banyak belajar dalam membangun semangat kalian, para penulis wattpad.
Kembali pada topik pembicaraan.
Jika suatu saat sesorang mengjek karya kalian, tanpa kalian ketahui bahwa seseorang itu bermaksud untuk memberikan semangat kalian lagi, apakah sejak kalimat ejekan itu terlontar kalian langsung berpikir bahwa ia mengucapkannya agar kita tambah bersemangat? Tidak, bukan?
Pastilah yang kita pikirkan adalah kualitas karya kita dulu. Kita pasti ikut setuju sama ejekan itu, ikut setuju kalau karya kita buruk. Tidak masalah jika kalian dapat bangkit dengan cepat. Namun setiap orang punya cara yang berbeda untuk bangkit dari keterpurukannya.
Gunakanlah bahasa yang baik selagi kita ingin mengkritik suatu karya. Tapi bagiku disini, kritikan sangat jauh berbeda dengan ejekan.
Ambil contoh, sesorang mengejek wajah kalian yang semula baik-baik saja, kini mulai ditumbuhi beberapa jerawat yang sangat mencolok. Apakah saat itu kalian berpikir untuk membersihkannya dengan cepat? Pasti sebagian besar orang akan menatapi wajahnya, dan berkata bahwa ia tidak baik-baik saja. Menutup diri dan malu untuk bersosialisasi. Meski jerawat merupakan hal kecil yang seharusnya tidak perlu kita pusingkan. Namun memiliki dampak buruk bagi siapapun yang mendengarnya.
Jika kita ambil contoh dari dunia kepenulisan. Seseorang dengan gagahnya berkata, "Apakah ini yang disebut cerita? Bahkan alurnya saja udah ketebak. Udah deh, gak usah maksain buat nulis kalau gak bisa."
Padahal, hal itu merupakan hal kecil yang bertujuan untuk mengkritik alurnya yang menoton dan mudah ketebak. Tapi bagi sebagian 'besar' orang, komentar seperti itu lebih cocok dijadikan sebagai bahan untuk membuat orang terjatuh.
Balikkan semuanya. Jika sang pengejek itu berada didalam dunia si penulis, apakah pengejek itu akan 'langsung' berpikir bahwa itu untuk motivasi agar lebih baik kedepannya?
Mengejek/mencibir ≠ mengkritik.
Jika anda tidak bisa mengerti perasaan anda sendiri, maka anda tidak diperbolehkan untuk mengerti perasaan orang lain.
Perbaiki diri kalian dulu, perbaiki semuanya agar penulis itu bisa mengerti.
Apa sih sebenarnya tujuan kalian berkomentar seperti itu?
Apa sih yang seharusnya terjadi pada penulis tersebut ketika kalian berkomentar seperti itu?
Pertanyakan dulu pada diri kalian sendiri.
Bagi para penulis yang pernah merasa menerima ejekan, aku punya beberapa cara yang mungkin dapat membantu kalian untuk bangkit.
1. Jangan Memaksakan Diri Untuk Membaca Berulang-ulang Komentar Tersebut
Jika sejak awal kalian merasa tidak enak membacanya, maka jangan membacanya terus menerus. Kalian bisa membacanya besok, minggu depan, atau bahkan bulan depan, sesuai dengan kesiapan kalian masing-masing.
2. Pahami Arah Ejekan Tersebut
Setelah kalian merasa sudah cukup siap, cobalah untuk memahami ejekan tersebut. Bukan memahami si pengejek. Pahami tujuan si pengejek berkomentar seperti itu.
3. Berpikir Positif
Arahkan ejekan tersebut kedalam ruang lingkup positif. Ambil bagian dimana kalian bisa memahami bahwa ejekan tersebut merupakan sesuatu yang positif untuk hidup kalian.
4. Hilangkan Rasa Dendam, Buktikan Pada Dunia
Tidak boleh ada kata dendam dalam dunia kepenulisan. Karena bagaimanapun juga, kini ini sejalan. Satu tujuan, satu harapan. Cukup dengan buktikan saja pada dunia, sudah menjadi balasan yang tepat untuk mereka. Tanpa harus bersusah payah membalasnya dengan perlakuan yang sama buruknya dengan mereka.
5. Hiatus
Hiatus bukan hanya saat dimana kalian harus mengurus kehidupan kalian ketimbang kembali mengetik disini. Secara singkat, beristirahat untuk beberapa saat. Kalian dapat melakukannya untuk memulihkan semangat kalian. Tentu saja, ketika kalian hiatus, usahakan untuk mengingat naskah dan melupakan ejekan tersebut.
Buat pikiran kalian menjadi lebih bersih dan santai, agar kalian merasa percaya diri ketika memutuskan untuk kembali kehadapan dunia kepenulisan.
6. Percaya Pada Diri Kalian Sendiri, Juga Pada Karya Kalian
Sudah aku ibaratkan jika karya merupakan bayangan dari diri kita. Jika kita saja tidak bisa percaya diri, bagaimana naskah kita bisa dengan bangga menunjukkan bahwa yang menciptakannya adalah kalian?
Aku sudah bahas berulang-ulang mengenai kepercayaan diri, semoga saja bisa tersampaikan dengan baik, ya!
[]
Note ; Makasihh banyak udah baca. Karena belakangan ini sepertinya banyak oknum-oknum tak bertanggung jawab yang berusaha untuk merusak semangat kita.
Semoga pendapat dan cara-cara yang sudah kusimpulkan ini dapat bermanfaat untuk kalian semua, ya!
Tetap semangat, terutama bagi kalian yang sedang merasa terpuruk. Ini diri kalian, berikan percaya sepenuhnya pada diri kalian sendri.
Maaf jika ada kata-kata yang membuat kalian merasa tidak enak dan terkesan menyinggung. Karena tujuan aku sejak awal, mendorong kalian untuk kembali pada tujuan kalian sejak awal. Disini aku tidak menyinggung siapapun, ya!
Sekali lagi, semoga bermanfaat. Terima kasih sudah membaca!
Much Looooooveeeee,
Bita🐙.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghargai Sebuah Tulisan ✓
Non-FictionSaya dedikasikan tulisan ini untuk para penulis yang merasa tidak percaya diri dan merasa karyanya tidak dihargai. Saya dedikasikan tulisan ini untuk para pembaca yang merasa takut untuk memberikan masukan, dan untuk para pembaca yang ingin mengeta...