PERJUANGAN CINTA
#10_THN_BERLALU
Suara yang aku rindukan bahasa yang kini menurutku, asing terdengar nyaring. Suasana kepadatan kota yang aku rindukan. Papan-papan iklan dengan tulisan yang aku rindukan. Kini, semua bisa ku lihat kembali. Negara tempatku besar, aku kembali. NKRI aku kembali. Dengan wajah yang sama, hati yang sama, keadaan berbeda.
"Mah..."tiba-tiba suara itu membutarkan lamunanku.
Aku berbalik menatap wajah kecil dengan mata yang menyenangkan itu.
"Kita akan tinggal dimana? Rumahnya besar kah? Atau justru kita tinggal di apartemen?"tanyanya.
Aku bingung mau menjawab pertanyaan yang mana dulu.
"Kau akan tahu sebentar lagi."ucapku seraya tersenyum dan kembali melihat ke jendela mobil.
"Yah, mamah gitu. Pak supir tolong lebih cepat lagi aku sudah gak sabar."ucapnya seraya menepuk-nepuk kursi supir dihadapannya.
"Iya, non."jawab sang supir.
Aku kembali menikmati pemandangan indah tapi, mungkin untuk orang lain, ini bukan pemandangan indah bagaimana tidak? Kemacetan dikanan dan kiri gedung'gedung besar menjulang tinggi. Itu bukan pemandangan indah tapi, untukku sebaliknya.
"Nyonya kita akan sampai sebentar lagi."ucap sang supir memberitahu.
Aku mengangguk pelan.
"Asyik...asyik."ucap gadis kecil itu yang membuatku tertawa kecil.
"Kau senang?"tanyaku.
"Tentu saja mah. Mamah bilang disini asyik kan. aku suka tempat yang ramai begini."ucapnya begitu bersemangat.
Disini memang menyenangkan. Tapi disini juga terdapat kenangan yang meyakitkan. Tapi, tak sebanding jika harus terus berada dinegara yang merebut semua kebahagiaan dan hubungan baru. Terdengar deringan Hanphone dari tas yang ku pegang. Aku mengangkatnya.
"Hallo."ucapku.
"Hallo nyonya Key, kami menemukan sebuah petunjuk."ucap orang dari balik telpon.
Aku terkejut apa ini saatnya tiba? Aku senang plus sedih jika ia, kami akan bertemu tapi, aku harus menjawab apa jika mereka bertanya?
"Mah?"terdengar suara lembut itu lagi yang kembali membuyarkan lamunanku.
"Iya."jawabku.
Aku pun kembali berbicara ditelepon.
"Apa kau yakin?"tanyaku memastikan.
"Ya nyonya, rumah itu atas nama keluarga Padilla."ucapnya.
"Baiklah aku akan segera kesana untuk memastikan."ucapku seraya menutup telepon itu.
"Mah, sudah sampai."perkataan itu membuatku mematung menatap kedepan.
Mobil kami pun berhenti dan terparkir dihalaman rumah yang sederhana tapi, indah itu.
Aku keluar lebih dulu. Rumah ini rumah yang penuh dengan kenangan. Rasanya, aku melihat masa kecilku lagi dirumah ini.
"Lex, jangan lari."ucapku menghentikan larian gadis kecil dengan gaun selutut berwarna biru itu.
"Lex mau bermain-main mah."belanya lalu berlari kembali.
Aku hanya bisa terdiam kembali mengigat masa lalu.
*****
Sorenya, aku pergi untuk memastikan informasi itu. Aku pergi ke sebuah rumah yang tak jauh dari rumahku. Rumahnya tidak terlalu kecil tidak pula besar. Rumahnya sedang saja. Halaman rumah dipenuhi oleh tanaman Bunga, ada mawar dan anturium dengan jenis berbeda disana.
Aku turun dari mobil yang ku naiki. Aku menaikan sedikit Syal yang aku kenakan. Sedikit menutupi wajahku. Aku pun memakai kacamata hitam. Cukup untuk membuatku asing. Aku mulai berjalan melewati pagar rumah yang dicat dengan sedikit ukiran disetiap pagarnya. Aku membuka pintu pagar dengan agak ragu aku melangkah masuk mendekati gagang pintu yang agak jauh.
Sesampainya didepan pintu. Tanganku mengetuk dengan pelan. Tak ada jawaban. Tanganku pun kembali mengetuk sedikit agak keras. Tak lama terdengar langkah kaki berat menuju gagang pintu dan membukakan pintu.
"Maaf ada perlu apa, yah?"tanya seorang wanita paruh baya. Tapi,wanita itu bukanlah orang yang aku cari.
"Apa ini benar alamat rumah ini?"tanyaku seraya memperlihatkan secarik kertas bertuliskan alamat.
"Iya, itu alamat yang benar."ucap Wanita itu.
"Tapi, setahuku rumah ini ditempati keluarga yang dulu tinggal dirumah serbang jalan sana."ucapku kembali memastikan.
"Oh, keluarga itu. Iya dulu memang mereka pindah kesini. Karena tidak bisa membayar biaya sewa kepada saya, makanya mereka pindah dari sini beberapa tahun yang lalu."ucap Wanita itu yang membuat pencarianku nihil tak menghasilkan apapun.
"Oh, kalau gitu maaf bu. saya telah menganggu."ucapku seraya tersenyum.
Ibu itu terseyum balik. Aku pun ijin untuk pergi.
*****
"Mah besok aku sekolah kan?"tanya Lex kepadaku.
"Tentu saja, besok kamu harus bangun pagi."jawabku.
Lex terlihat senang dan kembali sibuk dengan buku novelnya. Sedangkan aku sedang sibuk dengan tabletku.
"Oh yah, ini pilihan sekolahnya kamu bisa memilih dimana pun kamu mau sekolah. Ini semua sekolah yang sengaja mamah dirikan. Walaupun tidak banyak ini cukup membantu untuk kepentingan masyarakat disini."jelasku seraya menunjukkan daftar sekolah yang tertera dilayar tabletku.
"Boleh aku pinjam!"pinta Lex.
Aku mengangguk dan memberikan tablet itu kepada Lex.
"Em ini saja mah. SMP Jaya Makmur. Sekolahnya cukup dekat dengan rumah. Fasilitasnya juga cukup lengkap. Dan kelihatannya sekolah ini cukup terkenal dikota ini."ucap Lex.
Aku melihat sekolah itu. Sudah lama aku tidak mengecek dan bertanya bagaimana keadaan sekolah itu. Aku menyerahkan semua tanggung jawab sekolah itu kepada Pak Wisnu. Beliau juga akhir-akhir ini tidak ada kabar. Mungkin beliau sibuk.
"Besok, kamu bisa langsung sekolah tanpa perlu tes dan wawancara. Mamah sudah suruh orang untuk mendaftarkan kamu."ucapku setelah menutup telepon.
"Siap mah. Oh yah, aku besok naik sepeda aja gak perlu naik mobil."ucap Lex.
"Kamu yakin?"tanyaku memastikan.
"Iya mah lagian sekolahnya juga deket."ucap Lex meyakinkanku.
"Anak pintar. Ingat yah jangan sombong."ucapku mengigatkan.
"Tentu mah."ucap Lex seraya tersenyum kpdku.
@🔮"Key."😉
"Ya aku tahu, sana lanjut aku lagian sibuk."🙂
"Kamu ngertiin banget love you."😘
"Ya.. to aja ya kan biar cepet."😌🔮@Oke kini bagaian Arthour yang cerita.
Besoknya Lex berangkat dengan menaiki sepeda kesayangannya. Dia menjalankan dengan perlahan mengikuti motor seorang pria yang menunjukkan kepadanya jalan. Lex memang keras kepala jika dia bilang tidak itulah yang akan Lex lakukan. Sesampainya disekolah pria itu masih mengikuti Lex.
"Kenapa paman masih mengikutiku?"tanya Lex yang merasa risih dengan kehadiran pria yang disuruh mamahnya.
"Maaf non, Ini perintah dari nyonya."bela pria itu.
"Saya sudah besar. Paman pulang saja aku yakinkan mamah tidak akan memarahi paman."ucap Lex lembut.
Pria itu mengangguk dan pergi. Lex terus mengelilingi sekolah karna jam masuk masih setengah jam lagi. Namun, saat tiba dibagian belakang tepatnya digudang, Lex mendengar suara teriakkan.
"Aaaa..Tolong...tolong."teriak seorang wanita dari balik pintu gudang.
Lex kaget saat melihat segerombolan siswi sedang memukuli dua siswi yang terus berteriak.
"Hei hentiakan."teriak Lex.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Cinta (Selesai)
FanficBerkisah tentang perjalanan cinta dan perjuangan untuk mendapatkanya yang penuh dengan suka dan duka. Hingga perjalanan ini terus terjadi kepada generasi selanjutnya... Dalam cerita ini terdapat beberapa generasi yang sengaja Arthour buat. Generasi...