HARI-HARI MENYEBALKAN

484K 23.4K 1.7K
                                    

Setelah kejadian itu, Salsa berpikir bahwa Juna tidak akan ada di kehidupannya lagi. Tapi nyatanya tidak. Juna semakin mengusik kehidupannya. Selalu mencari masalah dengannya. Sepertinya, Juna tak rela jika melihat Salsa damai sehari.

Seperti sekarang ini. Setelah rapat Osis, Salsa berniat ke kantin untuk makan. Istirahat tadi dia tak memasukkan apapun dalam perutnya. Dan dia merasa tersiksa karenanya.

"Sayang", Salsa memutar bola matanya jengah. Pasti manusia menyebalkan itu lagi. Salsa tak menghentikan langkahnya saat Juna terus memanggilnya. "Sayang, berhenti dulu dong, hehehe", Juna cekikikan di belakang Salsa. Dan Salsa tak menggubrisnya.

Juna tak tahan lagi. Sedari tadi dia hanya mengekori Salsa, tapi Salsa tak menghiraukannya. "Woi, ketua Osis. Punya kuping gak sih?!", Juna terlanjur kesal.

"Salsa", Juna memanggilnya lagi. Dan Salsa menghentikan langkahnya. "Apa?", sahut Salsa sambil membalikkan badannya, menghadap ke arah Juna.

"Ck, gini lo baru noleh ya?", Juna berdecak.

"Oke, gak penting", Salsa berbalik badan ingin meninggalkan Juna di tempatnya. Tapi Juna menahan kepergiannya.

"Apa lagi sih, ah", Salsa keburu kesal melihat tingkah Juna.

"Mau ke kantin kan?", Juna tersenyum saat Salsa mengangguk setuju padanya. "Oke, bareng ya?", lanjut Juna.

"Enggak mau", kini Salsa melipat tangannya di depan dada. "Ilangin penyakit ngintil lo itu. Gausah ngintil terus sama gue. Ntar dipikir lo itu anak gue", masih sama. Salsa memberi ekspresi cueknya.

"Idih, masa anak sih. Kenapa gak pacar aja, hehe".

"Cuma di mimpi lo", Salsa berbalik menuju ke tujuan utamanya. Kantin. Makan. Kenyang. Damai.

Entah Salsa sadar atau tidak, dari tadi Juna mengekor di belakangnya. Mengikutinya sampai ke salah satu meja kantin. Meja 8, meja favorit Salsa selama satu tahun terakhir ini.

"Gue gak ganggu kan, hehehe", Juna malah terus cekikikan sendiri, sedangkan Salsa tak menggubrisnya sama sekali.

"Gue ingetin sama lo, ya. Selama lo enak, gue juga enak. Kalo lo ngusik gue, gue gak akan segan-segan untuk habisin lo", setelah memberi sedikit wejangan pada partner makannya ini, Salsa mengangkat tangannya untuk memanggil pembantu Bu kantin. Sebut saja waitress nya Ibu-ibu kantin.

"Gue enak kok. Lo mau nyoba? Ntar malem gue free. Maunya di mana? Rumah gue? Atau apartemen gue?", penyakit Juna kambuh lagi. Sepertinya dia kecanduan untuk menggoda ice girl yang akhir-akhir ini menjadi candunya.

"Bacot lo", sepertinya Juna terlalu pintar untuk mengerti apa yang Salsa ucapkan. Dia hanya tersenyum. Mungkin sudah sedikit gila, karena hanya dengan dinginnya sikap Salsa saja, Juna bisa tersenyum.

"Apa lo lihat-lihat? Mau gue colok?", Salsa mengangkat jari telunjuknya ke arah mata Juna. Lagi-lagi Juna hanya menimpalinya dengan senyum yang selama ini menjadi tali penarik hati para wanita. Manis. Tapi Salsa risih. Aneh memang.

"Jangan galak-galak sama gue, bisa?".

"Au ah", Salsa mengalihkan pandangannya.
"Soto satu plus jus alpukat nya satu", ucap Salsa pada perempuan yang baru datang di depannya ini.

"Mas nya apa?", kini perempuan itu bertanya pada Juna.

"Samain aja Mbak", Juna tak melirik perempuan itu. Melain pada Salsa. Salsa tak banyak bicara, dia lebih memilih untuk diam. Setelah itu makan, dan pergi. Jauh dari makhluk menyebalkan ini.

✳️

"Kenapa bolos pelajaran?".

"Gerah di kelas, Bu. Gurunya gak asik, marah-marah mulu", jelas Juna di depan Bu Endang.

ARJUNA [TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang