TANDON MARAH

272K 14.3K 867
                                    

"Kamu keren tadi", ucap Juna seraya memecah keheningan antara keduanya di mobil.

"Apanya yang keren?!", sebenarnya Salsa tak berniat membentak Juna. Tapi, kegeramannya tadi belum juga reda. "Maaf, aku gak berniat bentak kamu", Salsa kian menunduk.

"Gak apa-apa. Jangan nunduk gitu, nanti cantiknya gak kelihatan", Juna mengangkat dagu kekasihnya yang menunduk di sebelahnya.

"Aku boleh ngomong?", tanya Salsa lebih mirip meminta izin. Juna mengerutkan kulit dahinya, bingung.

"Iya, mau ngomong apa?".

"Hm, ngg-nggak jadi. Lupain aja", tiba-tiba Salsa memalingkan pandangannya ke luar kaca jendela mobil Juna.

"Kamu ada masalah? Cerita sama aku", Juna tetap ingin tau apa yang ingin Salsa katakan tadi. Apa masalah serius? Tidak, menurut Salsa.

Salsa tak menjawabnya. Dia lebih memilih menatap ke luar. Juna tau, Salsa tak mau bercerita. Ya sudahlah.

___

Dua puluh menitan, mobil Juna sudah terparkir di pekarangan rumah Salsa. Dia melirik Salsa yang dari tadi ketiduran di mobilnya. Habis makan langsung tidur. Gendut baru tau rasa kau.

Juna tadinya mau membangunkan Salsa, tapi dia urungkan. Dia angkat saja langsung ke kamarnya. Lumayan kan. Kesempatan tak datang dua kali. Seketika, Juna membopong tubuh kekasihnya mendekati pintu rumahnya.

Gawat. Pintunya kan masih terkunci, bagaimana caranya Juna membawa tubuh Salsa ke dalam, kalau tak membuka pintunya terlebih dahulu? Konyol memang. Kalau begini ceritanya, mau tak mau, dia harus membangunkan Salsa.

"Sal, bangun, sayang", Juna mengguncangkan tubuh Salsa yang masih ada dalam dekapannya saat ini. Sesekali Salsa mengerang. Dan, tiba-tiba saja, Salsa mengalungkan tangannya pada leher Juna. Tentu saja tidak sadar. Tapi percayalah, mungkin taman bunga yang ada di hati Juna kali ini siap dipanen sekarang juga. Mekarnya sesaat.

Cupphhh...
Sudah cukup, Juna tak tahan lagi. Dia terlalu gemas, untuk tak mencium pipi gadis di dekapannya ini. Salsa tak bereaksi, dan Juna lega.

Juna tak tau harus bagaimana lagi. Dia mencoba membuka pintunya tanpa kunci. Dan, demi semesta, gadis ini tak mengunci pintunya saat berpergian. Setelah pintu itu terbuka, Juna melangkah menuju kamar gadisnya. Percayalah, begini juga Salsa itu berat. Apalagi tadi habis sate satu porsi. Mantap jiwa!

Akhhh...
Juna membaringkan tubuh gadisnya di kasur. Tangannya sedikit pegal karena mengangkat tubuh Salsa tadi. Sumpah, ini kelihatannya aja kurus, tapi kalo diangkat berat juga. Cacingan kali ya?

Juna ikut duduk di samping ranjang. Memandangi gadisnya yang tengah tertidur dengan pulasnya. Juna mengelus lembut dahi Salsa, mencoba untuk menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajahnya.

"Tentram banget kalo tidur. Kalem. Gak kayak kalo udah aktif. Marah-marah mulu bawaannya", Juna terus mengusap lembut wajah Salsa yang sedang tertidur.

"Awal pertama gue ketemu sama lo, bener-bener gak ada rasa, Sal. Percaya apa enggak, dua kali gue cium lo, karena niatan gue sama kayak niat gue ke cewek lain. Gue cuma main-main sama lo", Juna berbicara pada manusia yang sedang berada di alam mimpi.

"Tapi, entah sejak kapan, gue juga gak tau. Perlahan gue nyaman sama lo. Yahhhh meskipun lo sering marah-marah sama gue. Tapi gue seneng lo marahin gue kayak gitu. Dan perlu lo tau, gue gak main-main pacaran sama lo. Ini bukan sekedar hukuman samyang. Gue sayang sama lo", Juna menunduk mengusap punggung tangan Salsa.

"BERISIK, BANGSAT!!!".

Juna tersentak kaget. Apa Salsa mendengar semuanya? Seketika, Juna mengangkat wajahnya, mengalihkan pandangannya pada macan-eh Salsa maksudnya.

ARJUNA [TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang