PAST & PRESENT #10 bomin's sister
.
.
.
Author POV
Seoul, 2016
Dabin menatap tas kertas berwarna biru yang ada di mejanya. Hadiah yang seharusnya ia berikan ke Donghyun tadi pagi melalui Bomin, saat ini masih berada di tangannya. Ia bimbang, apakah ia harus memberikannya ke Donghyun sekarang atau tidak. Ia tahu hari ini ada latihan dance untuk anggota yang akan mengikuti lomba—termasuk Donghyun di dalamnya.
Tapi ia takut jika Donghyun tidak mau menerimanya.
"Kau berencana memberikannya sekarang?" tanya Eunbin yang sedang membereskan bukunya, bersiap untuk pulang karena bel pulang sekolah baru saja berbunyi. "Mau ke ruang latihan? Sunbaenim pasti ada di sana."
Dabin menggigit bibir bawahnya, berpikir keras.
"Kau malu ya memberikannya sendiri?" tanya Eunbin lagi namun tidak digubris oleh Dabin yang sedang berpikir keras. Eunbin jadi merasa berbicara dengan patung. "Kalau kau malu, titipkan saja ke Bomin. Mereka kan tetangga," saran Eunbin.
Dalam hati Dabin merutuki saran Eunbin karena ia sudah melakukan hal itu tadi pagi tapi hasilnya... Bomin tidak mau membantunya. Padahal ia pikir Bomin baik padanya dan menganggapnya teman. Tapi membantunya saja tidak mau.
"Apa tidak ada pilihan lain selain Bomin?" celetuk Dabin.
"Ye? Em... entahlah. Mungkin kau bisa menitipkannya lewat Joochan Sunbaenim yang sahabatnya. Eh tapi Joochan Sunbaenim kan popular dan banyak fansnya. Nanti kalau kau diserang fansnya malah susah," cerocos Eunbin. "Ah, kau minta tolong kakaknya Bomin saja. Mereka sahabat dekat kan? Pasti mau."
Mendengar perkataan Eunbin, pikirannya yang buntu tiba-tiba seolah menemukan jalan. Benar! Mengapa tidak terpikirkan sejak tadi untuk menitipkannya melalui kakaknya Bomin?
"Eunbin-ah, kau jenius! Aku duluan ya!"
"MWO? YA! KAU MENINGGALKANKU?"
....
Dabin melangkah dengan semangat menuruni setiap anak tangga. Ia akan menemui Choi Yoojung—kakak Bomin—dan menitipkan hadiah untuk Donghyun melalui perempuan itu.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tanpa Dabin harus bersusah payah mencaritahu keberadaan Yoojung ataupun kelas gadis tersebut, tiba-tiba saja dilihatnya Yoojung yang sepertinya baru saja keluar dari kelasnya. Senyum Dabin mengembang melihatnya.
Baru saja Dabin akan menghampiri Yoojung, tiba-tiba langkahnya terhenti.
"Sebaiknya kau melupakan perasaanmu pada Donghyun Hyung, Dabin-ssi. Kau akan sakit hati jika terus melanjutkannya."
Perkataan Bomin tadi pagi... tiba-tiba saja melintas di pikirannya, membuatnya berdiam diri cukup lama.
"Heh... siapa yang peduli dengan perkataan laki-laki itu? Huh!"
Tanpa memedulikan perkataan Bomin padanya tadi, Dabin pun kembali melanjutkan langkahnya menghampiri Yoojung. "Sunbaenim," panggilnya begitu ia sudah berada di dekat Yoojung
Yoojung terlihat menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu kembali menatap Dabin dengan pandangan bertanya. "Kau memanggilku?" tanya Yoojung. Gadis itu pasti bingung melihat Dabin karena mereka tidak saling mengenal.
Dabin menyunggingkan senyumnya. "Ne. Nama Sunbae itu Choi Yoojung kan?"
Yoojung menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Dabin. Sepertinya Yoojung masih bingung dengan Dabin yang tiba-tiba muncul ini.
"Ah, jadi benar," gumam Dabin. "Sunbaenim, apa aku boleh meminta bantuanmu?" tanyanya.
"Bantuan? Bantuan apa?"
Dabin melebarkan senyumnya, lalu mengulurkan tas kertas berwarna biru tua yang sedaritadi dibawanya ke arah Yoojung. Dabin tahu pasti gadis itu bingung melihatnya. "Sunbaenim, bisakah Sunbaenim memberikan ini ke teman dekat Sunbaenim?" tanya Dabin pada Yoojung.
Sambil terus memasang senyumnya, dalam hati Dabin berdoa semoga perempuan di hadapannya ini tidak menyebalkan seperti adiknya yang tidak mau membantunya tadi pagi. Senyum Dabin melebar saat dilihatnya Yoojung meraih tas yang diulurkannya.
"Geurae, nanti kuberikan," kata Yoojung.
"Ah gamsahamnida, Sunbaenim," ucap Dabin.
Setelah berbasa-basi sedikit, Dabin pun berlalu dari hadapan Yoojung. Dalam hati ia berseru senang karena Yoojung mau membantunya, tidak seperti Bomin. Dabin pun melangkah pulang dengan suasana hati yang ceria.
....
Bomin baru saja meletakkan seragam sekolahnya di keranjang cucian saat dilihatnya kakak perempuannya baru pulang dan melangkah ke dapur. Perempuan itu menghampiri Bomin sambil mengintip apa yang tengah dilakukan adiknya itu.
"Ohh... Choi Bomin, kau mencuci?" tanya Yoojung.
Bomin melirik keranjang cucian di hadapannya lalu kembali menatap kakaknya. "Tentu saja tidak. Hari ini yang bertugas mencuci pakaian kan Noona," celetuk Bomin yang langsung mendapat cibiran dari kakaknya.
"Eomma dimana?" tanya Yoojung.
"Di kamar. Sepertinya sedang tidur. Atau mungkin menonton drama. Aku tidak tahu. Yang jelas Noona harus mencuci. Aku mau ke kamar dulu," kata Bomin sambil mencoba kabur dari kakaknya sebelum sifat galak kakaknya keluar.
Tapi sepertinya Yoojung tidak memedulikan celetukan Bomin. Gadis itu justru mengalihkan pembicaraan. "Bomin-ah, kau kenal teman seangkatanmu yang bernama Jung Dabin?" tanya Yoojung tiba-tiba membuat gerakan Bomin reflex terhenti.
Mendengar nama gadis yang disukainya disebut oleh kakaknya membuatnya terdiam dan bertanya-tanya, bagaimana kakaknya bisa mengenal gadis itu?
"Eoh, dia... teman sekelasku," jawab Bomin.
"Geurae?"
Bomin menatap kakaknya penasaran. "Kenapa Noona bertanya tentang Jung Dabin? Noona mengenal Dabin?" tanyanya.
"Geunyang...." Yoojung menghentikan kalimatnya sejenak. Dilihatnya kakaknya itu menyunggingkan senyum yang entah mengapa terlihat mencurigakan di mata Bomin. "Noona akan memberitahumu kalau kau mau menggantikan Noona mencuci."
Bomin melongo, lalu mencibir kakaknya. "Tidak perlu. Aku juga tidak penasaran."
"Heish... YA! CHOI BOMIN!"
....
tbc
....
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ [2] GOLRIES : Past & Present | Choi Bomin x Jung Dabin
FanfictionSetelah sekian lama tidak mengalami yang namanya jatuh cinta, akhirnya Bomin kembali merasakan perasaan itu pada teman sekelasnya yang bernama Jung Dabin. Awalnya ia begitu menikmati rasa berdebar-debar yang dialaminya itu. Namun sebuah kenyataan me...