#11 girl from the past

232 31 16
                                    

PAST & PRESENT #11 girl from the past

.

.

.

Author POV

Seoul, 2016

Bomin kembali ke kamarnya setelah kabur dari kakaknya yang menyuruhnya mencuci pakaian. Hanya karena kakaknya membicarakan Jung Dabin, bukan berarti ia akan melakukan tugas yang seharusnya dikerjakan kakaknya itu.

Tapi bicara tentang Jung Dabin, darimana kakaknya mengenal gadis itu?

Bomin menghela napas panjang. Ia tidak ingin memikirkannya. Setiap mendengar nama Dabin, suasana hatinya jadi berubah. Ia pun beralih pada ponselnya yang ia letakkan di atas nakas. Mungkin mendengarkan lagu bisa membuat suasana hatinya membaik.

Tangan Bomin bergerak membuka laci nakas untuk mencari earphone-nya tapi benda itu tidak ditemukannya di dalam laci.

"Ah, Choi Bomin bodoh sekali. Tadi earphone-ku kan dipinjam Sanha dan belum dikembalikan," celetuknya.

Tadi siang memang teman sebangkunya itu meminjam earphone-nya sambil menunggu pergantian pelajaran. Tapi saat guru masuk, bukannya mengembalikan ke Bomin, sepertinya laki-laki itu justru memasukkan ke dalam laci atau tasnya sendiri.

"Nanti saja aku tanya Sanha."

Karena earphone-nya tidak ada, Bomin pun beranjak dari tempat tidurnya lalu berjalan mendekati meja belajarnya. Ia ingat earphone dari ponselnya yang baru—yang belum pernah ia gunakan karena earphone dari ponsel lamanya masih bagus—masih ia simpan di laci meja paling bawah.

Sret.

Dibukanya laci terbawah dari meja belajarnya. Senyum Bomin melebar saat menemukan benda tersebut. Namun gerakan tangannya yang ia julurkan untuk mengambil earphone terhenti. Senyumnya menghilang. Dan maniknya teralih menatap kotak berukuran sedang di sudut laci.

Tanpa disadarinya, jemari tangannya bergerak menyentuh kotak berwarna coklat tua tersebut.

"Ternyata masih ada," gumam Bomin.

Tubuh Bomin terlihat basah kuyup saat ia bergerak memasuki rumah. Ibu Bomin yang sedang bersantai di ruang keluarga bersama kakak perempuannya terheran-heran melihat anak bungsunya itu.

"Bomin-ah, kenapa kau basah kuyup?" tanya Nyonya Choi—Ibu Bomin dan Yoojung—seraya menghampiri putranya tersebut. "Kenapa bisa basah semua begini? Kau tidak membawa payung?"

Bomin terdiam. Ia melirik kakaknya yang juga tengah menatapnya bingung, lalu kembali menatap ibunya. "Eomma, aku sakit," lirih Bomin.

Spontan Nyonya Choi mengangkat tangannya dan menyentuh dahi Bomin. "Apa kau demam?" tanyanya sambil mencoba merasakan suhu di kening Bomin.

"Eomma, jinjja appo," lirih Bomin lagi, sambil menatap ibunya.

Nyonya Choi terlihat bingung. Pasalnya saat ia menyentuh kening putranya, tidak ada tanda-tanda demam. Meskipun badannya basah, Bomin juga tidak terlihat kedinginan. Ia menoleh pada putrinya yang masih duduk di sofa sambil menatap mereka kebingungan. Namun Yoojung mengangkat kedua bahunya, tanda ia juga tidak mengerti.

Bomin memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya lagi sambil perlahan menurunkan tangan kanan ibunya yang masih berada di dahinya. "Aku... mau ke kamar," ucap Bomin.

"A..ah... benar lebih baik kau segera mengganti pakaian. Eomma akan menyiapkan air hangat untuk kau mandi. Kau mau makan bubur?" tanya Nyonya Choi.

Bomin menggeleng pelan. "Aku mau istirahat."

Tanpa mengucapkan kalimat lain, Bomin kembali bergerak pelan menuju kamarnya. Ia tahu kakaknya dan ibunya tengah menatapnya keheranan. Tapi ia tidak ingin menjelaskan apapun. Ia merasa... lelah.

Langkah Bomin terhenti begitu ia memasuki kamarnya. Tangan kanannya merogoh saku celananya, mengambil sebuah kotak dengan pita merah muda yang sudah basah. Tanpa melihat benda tersebut, tangan Bomin menjatuhkan kotak tersebut tepat ke dalam tempat sampah di sudut kamarnya.

Kakinya kembali terayun mendekati meja belajarnya, mengambil sebuah buku yang sengaja ia letakkan di atas meja. Dibukanya buku tersebut perlahan hingga gerakannya terhenti saat kedua matanya menangkap selembar foto di antara halaman buku.

Fotonya dan seorang gadis yang disukainya. Foto yang memperlihatkan senyum manis kedua orang tersebut.

Tangan Bomin meraih foto tersebut, lalu ia kembali bergerak ke arah tempat sampah di sudut ruangan. Perlahan foto tersebut melayang dan jatuh begitu Bomin mengendurkan genggamannya. Ia menatap nanar selembar foto yang kini teronggok di dalam tempat sampah.

Sedetik.

Dua detik.

Tiga detik.

Hingga beberapa detik berlalu. Namun laki-laki itu terus terdiam. Bomin terus berdiri sambil menatap foto tersebut. Hingga tiba-tiba ia kembali bergerak, lalu berjongkok. Diambilnya dua benda yang telah dibuangnya tadi. Sebuah kotak dengan pita merah muda... dan selembar foto.

Bomin tersenyum pahit.

Bahkan setelah hatinya merasa sakit, ia tetap tidak bisa membuang perasaannya pada gadis itu. Gadis di selembar foto itu.

Bomin menghela napas menatap kotak coklat di dalam laci tersebut. Diambilnya kotak itu lalu dibukanya perlahan. Selembar foto, dan sebuah kotak yang lebih kecil dengan pita berwarna merah muda.

Bomin tersenyum kecut.

"Kenapa dia sama sepertimu, Chaewon-ah...."

....

tbc

....

✅ [2] GOLRIES : Past & Present | Choi Bomin x Jung DabinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang