#19 happy ending

191 29 11
                                    

PAST & PRESENT #19 happy ending

.

.

.

Author POV

Seoul, 2016

Hari itu SMP Geumdong terlihat ramai, tidak hanya oleh murid-murid SMP Geumdong, tapi juga ada para keluarga dari murid-murid SMA Geumdong. Tidak terasa hari terlewati begitu cepat dan hari ini adalah hari kelulusan Bomin. Laki-laki itu terlihat tersenyum sambil berfoto bersama teman-temannya.

"Bomin-ah, sayang sekali setelah ini kita tidak satu sekolah. Kalau saja aku tidak pindah ke Daegu, pasti aku tetap melanjutkan sekolah di SMA Geumdong," kata Jeno pada Bomin sambil melihat foto mereka berdua yang baru saja mereka ambil.

"Aku senang tidak bertemu denganmu. Kau cerewet," celetuk Bomin.

"YA!"

Melihat respon Jeno sontak membuat tawa Bomin pecah. Laki-laki itu memang suka mengusili karibnya yang satu itu. Jeno benar. Sayang sekali mereka tidak bisa satu sekolah lagi karena Jeno pindah keluar kota.

Saat sedang bercanda dengan Jeno, tiba-tiba tawa Bomin terhenti. Manik matanya menangkap sosok yang selama satu setengah tahun ini tidak pernah lagi mengobrol dengannya. Mungkin pernah. Saat dalam keadaan terpaksa harus berbicara. Tapi selebihnya, mereka seperti orang asing.

Tiba-tiba gadis itu menoleh ke arahnya, membuat pandangan mereka bertemu.

Bomin terkejut. Ia berusaha memalingkan pandangannya dan beralih pada Jeno yang kini terlihat tengah mengobrol dengan siswa lain. Ia berusaha untuk ikut bergabung dengan obrolan mereka saat tiba-tiba seseorang memanggilnya.

"Bomin-ah...."

Refleks Bomin, Jeno, dan satu siswa yang lain menghentikan percakapan mereka dan menoleh pada seseorang yang baru saja memanggil Bomin.

Bomin terkejut melihat Chaewon yang tiba-tiba saja sudah berdiri di dekatnya. Gadis itu terlihat canggung, begitu pula dengan Bomin—dan mungkin Jeno juga mengingat Jeno tahu setiap detail cerita mereka berdua.

"Ah... Chaewon, ada apa?" tanya Bomin—berusaha untuk sesantai mungkin.

Chaewon melirik kea rah Jeno dan siswa di sebelahnya, lalu menatap Bomin. "Ada yang ingin kubicarakan denganmu," kata Chaewon.

Bomin terdiam.

Jeno yang mengerti situasinya, langsung menarik siswa yang tadi mengobrol dengannya untuk berjalan menjauh. Chaewon dan Bomin butuh privasi untuk membicarakan masalah mereka dan dia tidak ingin mengganggu mereka.

Kini tinggal Chaewon dan Bomin. Di sekitar mereka memang masih ramai, tapi semuanya terlihat sibuk dengan urusan masing-masing. Tidak ada yang memperhatikan Bomin dan Chaewon.

"Ada apa?" tanya Bomin.

"Sudah lama tidak mengobrol denganmu. Rasanya... canggung sekali," ujar Chaewon berbasa-basi. Ia berdeham pelan. "Maaf," ucap Chaewon.

Bomin terdiam. Ia benar-benar tidak tahu harus berbicara apa.

"Aku ingin meminta maaf padamu setelah yang aku lakukan dulu. Aku tahu ini sudah terlambat. Seharusnya aku meminta maaf sejak dulu. Aku dulu terlalu kekanakan sampai membencimu dan menjauhimu," ucap Chaewon. "Kita sudah lulus dan setelah ini... mungkin kita tidak akan bertemu lagi. Tidak ada yang tahu kan? Aku... tidak ingin mempunyai hubungan yang buruk dengan teman-teman SMP-ku."

Bomin menarik napas panjang. Ia memalingkan wajahnya, tidak sanggup menatap gadis di hadapannya. Melihat gadis itu entah kenapa membuat perasaan sakit itu kembali memenuhi hatinya.

"Kau mau memaafkanku?" tanya Chaewon.

Tapi Bomin memilih untuk diam.

"Apa kau... masih menyukaiku?"

Pertanyaan Chaewon berhasil membuat Bomin akhirnya mengalihkan pandangan ke arah gadis itu. Bomin menatap Chaewon dengan sayu.

"Eoh. Aku masih menyukaimu. Bahkan walaupun aku merasakan patah hati, aku masih menyukaimu sampai saat ini. Orang-orang benar saat mengatakan sulit untuk melupakan cinta pertama. Aku juga sulit menghilangkan perasaanku," jawab Bomin.

Mendengarnya, Chaewon merasa tidak enak pada Bomin.

"Mianhae, Bomin-ah. Aku tidak bisa membalas perasaanmu. Aku memang sudah melupakan perasaanku pada Donghyun Sunbaenim. Tapi perasaanku padamu tidak berubah. Aku menyukaimu sebagai seorang teman," jelas Chaewon.

Bomin menatap Chaewon nanar. Hatinya sakit mendengar perkataan Chaewon. Tapi Bomin berusaha untuk tersenyum. "Aku tahu," ucapnya.

"Aku berharap kau bisa melupakan perasaanmu padaku, lalu kembali jatuh cinta dengan perempuan lain, yang akan membalas perasaanmu, Bomin-ah," kata Chaewon. "Kalau suatu saat kau menyukai seseorang, kau harus memperjuangkan perasaanmu, Bomin-ah. Jangan mengalah lagi, seperti yang kau lakukan dulu saat mengetahui aku menyukai Donghyun Sunbaenim."

Tatapan Chaewon ke Bomin kini terlihat lebih bersahabat dan hangat, membuat Bomin mau tak mau melunturkan tatapan nanarnya pada Chaewon.

"You deserve a happy ending, Bomin-ah."

....

"Ikuti kata hatimu, Bomin. Kalau hatimu menyuruhmu untuk menyerah, kau boleh menyerah. Kalau hatimu mengatakan untuk memperjuangkan perasaanmu, maka berjuanglah."

Bomin menatap langit-langit kamar Hyunjoon. Ia masih berbaring di atas tempat tidur milik sahabatnya itu sambil berdiam diri. Kata-kata Hyunjoon tadi membuatnya berpikir kembali. Jadi apa kata hatinya?

"You deserve a happy ending, Bomin-ah."

Happy ending? Bomin? Bisakah?

Bomin melirik Hyunjoon yang tengah meneguk jus jeruk yang mereka anggurkan selama mengobrol tadi. Bomin pun bangun dari tidurannya, lalu duduk bersila. Hyunjoon yang menyadari Bomin tengah melihatnya, membalas tatapan laki-laki itu dengan pandangan bertanya.

Bomin tersenyum tipis.

"Hyunjoon-ah, aku akan memperjuangkan perasaanku pada Dabin. Aku... tidak ingin cinta bertepuk sebelah tangan yang lain. Aku ingin... merasakan happy ending."

....

tbc

....

✅ [2] GOLRIES : Past & Present | Choi Bomin x Jung DabinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang