#13 complicated

223 30 18
                                    

PAST & PRESENT #13 complicated

.

.

.

Author POV

Seoul, 2016

Semenjak kejadian tempo hari saat Bomin menolak membantu Dabin, gadis itu belum bicara lagi dengan Bomin. Mereka yang sebelumnya mengobrol sepanjang malam melalui akun SNS, kini tiba-tiba berdiaman. Di sekolah pun, Bomin tidak lagi menyapa Dabin, begitu pun sebaliknya.

Hyunjoon—satu-satunya yang tahu tentang perasaan Bomin, jadi heran melihatnya. Bukannya waktu itu Bomin sudah bergerak? Kenapa tiba-tiba mereka berdua seperti menjauh lagi begini?

Begitu Sanha keluar dari kelas untuk ke toilet sebelum guru datang, Hyunjoon langsung berpindah duduk di sebelah Bomin yang hari ini terlihat tidak bersemangat. Sama seperti hari kemarin.

"Bomin-ah," panggil Hyunjoon pelan. Dilihatnya Sunwoo masih mengobrol dengan Youngjae di depan, jadi akan aman bertanya tentang masalah Bomin dan Dabin sekarang.

Tanpa menoleh pada Hyunjoon, Bomin hanya bergumam pelan. "Hmm...."

"Bagaimana hubunganmu dengan Dabin? Ada kemajuan?" tanya Hyunjoon.

Seketika Bomin menghentikan gerakannya, lalu tersenyum sinis. "Bagaimana bisa ada kemajuan kalau kami bahkan berhenti berbicara satu sama lain," jawab Bomin sambil melanjutkan kegiatannya.

Hyunjoon menatap Bomin bingung. Jelas ada sesuatu yang tidak diketahuinya. Ia masih ingat dengan jelas saat Bomin pamer padanya kalau dia sudah mengobrol melalui direct message SNS dengan Dabin.

"Ada masalah?" tanya Hyunjoon.

Bomin menghela napas panjang. "Hanya... dia tidak menyukaiku."

"JINJJA???"

Sontak Hyunjoon langsung menutup mulutnya begitu menyadari ia reflek berteriak dan membuat beberapa murid di kelas menoleh ke arahnya dan Bomin. Sedangkan Bomin menatap Hyunjoon sebal.

Tapi Hyunjoon tidak peduli dengan tatapan Bomin. Setelah meminta maaf pada teman-temannya karena berteriak, Hyunjoon kembali memperhatikan Bomin lagi. "Ya! Kau tahu darimana dia tidak menyukaimu?" tanya Hyunjoon pelan. "Jangan bilang kau langsung menembaknya kemarin!"

"Aku tidak sebodoh itu," gerutu Bomin. "Dia sendiri yang bilang kalau dia menyukai orang lain."

"Siapa yang disukai Jung Dabin?" tanya Hyunjoon.

Bomin mengerutkan keningnya sambil menatap Hyunjoon. "Apa itu penting sekarang?"

"Bukan begitu maksudku," sahut Hyunjoon. "Bomin-ah, apa kau akan menyerah begitu saja?"

Bomin terdiam. Apa ia akan menyerah begitu saja dengan perasaannya? Atau ia harus memperjuangkannya? Hanya saja... yang membuat Bomin ciut bukan sekedar gadis itu menyukai laki-laki lain. Melainkan karena gadis itu menyukai Kim Donghyun, tetangganya sekaligus kakak kelasnya.

Yang dulu juga disukai cinta pertamanya.

"Molla. Aku belum memikirkannya. Aku masih dalam fase patah hati," celetuk Bomin.

"Ya! Jangan lama-lama patah hatinya. Melihatmu galau benar-benar merusak pemandangan. Cari saja perempuan lain."

"Geurae? Kalau begitu aku akan memacari Heo Yunjin saja."

"YA! KAU MAU MATI? JANGAN MACAM-MACAM SAMA ADIKKU!"

....

Hari ini klub dance sepertinya akan lebih sibuk dari biasanya. Dua hari lagi perlombaan akan diadakan. Tentu saja Dabin akan ikut sibuk membantu menyiapkan keperluan lomba dance yang akan diikuti kakak kelasnya itu.

Saat sedang berjalan di halaman sekolah, Dabin jadi teringat hadiahnya yang ia titipkan melalui kakaknya Bomin. Kira-kira hadiahnya sudah diberikan belum ya ke Donghyun? Karena ia tidak satu angkatan dan jarang berpapasan dengan Yoojung, ia jadi tidak bisa bertanya pada Yoojung perihal hadiahnya. Bisa saja sih ia menemui Yoojung di kelasnya atau saat makan siang di kantin. Tapi gadis itu selalu terlihat bersama teman-temannya. Dabin jadi tidak enak mau menghampiri.

"Heh... kalau saja Bomin mau membantuku, aku bisa dengan mudah tanya padanya," gumam Dabin sambil menendang-nendang pelan kerikil di hadapannya.

Sebenarnya ia masih tidak mengerti kenapa Bomin tiba-tiba menjadi dingin padanya. Apa ia salah karena meminta bantuan pada Bomin? Tapi di mana letak kesalahannya? Apa Bomin memang tidak mau direpotkan? Atau ternyata ada ucapannya yang menyinggung perasaan laki-laki itu? Dabin tidak mengerti. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa.

"Molla," ucap Dabin pelan.

Saat sedang melihat sekelilingnya, tak sengaja mata Dabin menangkap sosok yang dicarinya sejak tadi. Dilihatnya Yoojung yang sedang berjalan sendirian menuju gerbang sekolah. Senyum Dabin mengembang melihatnya. Segera saja dihampirinya gadis tersebut.

"Annyeonghaseyo, Sunbaenim," sapa Dabin sambil menundukkan kepalanya.

Yoojung yang sedang berjalan pun menghentikan langkahnya lalu membalas menundukkan kepalanya sedikit begitu mengetahui gadis yang tiba-tiba menyapanya adalah Jung Dabin—adik tingkat yang kemarin titip hadiah padanya. "Ah ne, eung... namamu Jung Dabin kan?" balas Yoojung.

"Ah iya, namaku Jung Dabin."

Sejenak mereka berdua terdiam berhadap-hadapan. Dabin yang tadinya sudah menyusun kata-kata untuk bertanya pada Yoojung tiba-tiba jadi ragu. Ia merasa malu menanyakannya. Mengherankan memang, padahal kemarin ia bisa begitu percaya diri.

Setelah terdiam begitu lama, akhirnya Dabin mengeluarkan suaranya. "Ah, Sunbaenim, yang kemarin aku titipkan... apa Sunbaenim sudah menyampaikannya?" tanya Dabin sambil menatap Yoojung di hadapannya.

Yoojung tersenyum simpul seraya membalas perkataan Dabin. "Aku sudah memberikannya kemarin di rumah," jawab Yoojung.

Senyum Dabin melebar mendengarnya. Itu berarti hadiahnya sudah sampai dengan selamat di tangan Donghyun. Tinggal menunggu laki-laki itu memakainya saat lomba. Ia memang menyelipkan surat kecil yang berisi pesan agar Donghyun memakai sepatu hadiahnya saat perlombaan. Ia sengaja memilih sepatu yang sesuai dengan kostum lomba mereka.

"Ah, terima kasih, Sunbaenim. Kalau boleh tahu... apa dia suka?" tanya Dabin lagi.

Yoojung terlihat berpikir sejenak sebelum kemudian menjawab, "Dia menyukainya. Kemarin dia bilang, 'Woah ini keren!' seperti itu seingatku."

"Benarkah? Syukurlah kalau Sunbae suka," kata Dabin senang dan juga merasa lega. "Sunbaenim, sebagai ucapan terima kasih, bagaimana kalau kapan-kapan aku mentraktir Sunbaenim? Sunbaenim mau kan?" tanya Dabin.

"Ah itu... emm... tentu saja."

Mendengar jawaban Yoojung membuat Dabin tersenyum lebar.

Saat sedang mengobrol dengan Yoojung, tak sengaja dilihatnya mobil milik ayahnya yang terlihat mendekat ke arah sekolahnya. Dabin pun memutuskan untuk pamit pada Yoojung. "Kalau begitu, aku pamit dulu ya, Sunbaenim. Annyeonghigaseyo."

Tanpa mereka berdua sadari, sedaritadi Bomin melihat mereka dari kejauhan.

"Noona mengenal Dabin?" gumamnya.

....

tbc

....

✅ [2] GOLRIES : Past & Present | Choi Bomin x Jung DabinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang