DEMIA BERRIA.

5.9K 365 20
                                    

Hari ini, hari kelulusannya sebagai mahasiswi kedokteran. Senang sekali rasanya mengingat perjuangannya untuk menjadi dokter selama ini. Apalagi, ibu dan kakaknya, Dyzach yang selalu mensupportnya dari awal untuk menjadi dokter. Demi juga mendapat lulusan terbaik di kampusnya. Dan tepat dihari ini juga, Demi merayakan hari ulang tahunnya yang ke dua puluh, lengkap sudah.

Rencananya, ia akan merayakan syukuran kelulusan dan ulang tahunnya secara bersamaan di Panti Asuhan Melati. Sudah menjadi kewajiban sepertinya melakukan syukuran di Panti Melati saat ulang tahun, atau ingin membahagiakan anak panti sana. Ibunya, Dyta, yang selalu menyuruhnya melakukan syukuran, atau sekedar membagi bingkisan setiap tahunnya. Tapi, sudah dua tahun ini tidak terjalankan. Ah, untungnya hari ini ia pergi kesana. Sudah rindu sekali Demi dengan anak-anak Panti Melati.

"Selamat ya adikku sayang..." Dyzach, kakaknya menciumi pipinya berkali-kali. Geli sekali sebenarnya. Ya, tapi mau bagaimana lagi, kalau menolak juga pasti malah ditambahkan bertubi-tubu olehnya.

"Yayaya.. lepas dong bau tau." Ujar Demi spontan yang membuat Ibu, dan kakak iparnya terbahak.

"Kak Senja, Alio kenapa gak diajak?" Benar, kakak iparnya baru saja melahirkan bayi laki-laki sebulan yang lalu, yang membuat keluarga kecil kakaknya lengkap sudah sekarang.

"Ribet ah, Dem. Yang ada nanti acara kamu ikut keganggu lagi." Jawabnya yang membuat Demi mengangguk-angguk mengerti.

"Mending sekarang kita cepet pulang. Kita harus bersiap, acara di panti sore ini loh." Dyta menimpali yang membuat semuanya berkata 'oke' bersama.

***

"Duh, Mam, Demi gak suka pake gaun." Rengeknya berkali-kali yang membuat Dyta sebal mendengarkannya.

"Ini bukan gaun, Dem. Ini dress. Kamu kira mau nikahan pake gaun segala?" Timpal Dyta sambil menyuruh tangan Demi diam tidak menarik-narik bajunya.

Demi cemberut.

"Tuh, mulai mukanya kedalem tuh ngambek-ngambek. Bukannya senyum seneng gitu ulang tahun malah merengut. Masa bodo ah." Dyta mencubit lengan Demi gemas campur kesal, yang hanya membuat wajah Demi tersenyum paksa.

"Ayo ah, gak ada waktu lagi. Kita harus pergi ke panti." Dyta menarik Demi cepat ke mobil, Demi mengikutinya.

"Kakak ikut?"

"Kakakmu sibuk. Cuma ada Romy, Thomas, Rika, sama Ranum, dan teman kamu yang lainnya yang Mommy gak kenal, pokoknya udah nunggu disana." Lanjut Dyta gerah melihat kelakuan Demi yang sibuk menarik-narik dress nya tak nyaman.

Sesampainya disana, Demi berubah 180 derajat dari yang dirumah. Ia tersenyum ramah pada anak-anak kecil yang sedang menyambutnya di pagar panti. "Hai semuanyaa!!" Sapa Demi ramah.

"Kak Demiii!!" Sorak mereka kompak yang membuat Demi cepat-cepat turun dari mobil dan memasuki rumah panti cepat.

Sedikit takjub karena dekorannya yang tidak terlalu berlebihan. Ia langsung memulai acaranya agar tak terulur lebih lama lagi. Entah, mood Demi langsung membaik sekali saat melihat wajah bahagia anak-anak panti menyambutnya disini. Demi sangat suka anak kecil, apalagi saat melihat wajah antusias mereka saat rebutan untuk mendapatkan mainan gratis jika bisa menjawab dengan benar.

Namun, tiba-tiba saja fokusnya sedikit terganggu saat melihat lelaki berperawakan tinggi dan berisi menatap kearahnya tanpa kedip.

MIRACL(e)OVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang