Entah, apa yang ada dipikiranku tadi malam, sedang cuaca dingin seperti ini bisa-bisanya aku menyempatkan diri untuk mandi. Dan sekarang, aku hanya bisa terbaring dikasurku dibalut dengan dua syal milik Demi yang ia taruh di leherku dan satunya lagi sebagai kompres dikepala.
"Kamu sih sok-sokan mandi. Jadi demam kan, ah!" Marah Demi sambil menatapku khawatir yang benar-benar jarang sekali aku temukan ekspresinya barusan. Huh, apa aku harus sakit terus ya biar Demi bisa sekhawatir ini?
"Maaf ya.."
"Lagi jalan-jalan malah sakit, dasar aneh. Untung jalan-jalannya pake uang kamu, kalau pake uang aku udah males gak mau ajak kamu jalan-jalan lagi!" Sebal Demi membenarkan kompresan yang miring diatas jidatku.
Aku tertawa kecil. "Yaudah, kalau mau jalan-jalan ada Ms.Lya yang udah aku tugasin buat jagain kamu. Bukannya juga kamu ada temen ya di Paris?" Seketika wajah Demi berubah kembali, entah girang, entah apa, tapi..
"OH IYA! HAHAHA! Untung kamu ingetin, Zu! Ya ampun ada hebatnya juga ya kamu sakit."
"Eh?" Aku mengerutkan alis cepat yang membuat Demi langsung memohon ampun karena candaannya barusan. "Ada-ada aja."
"Tapi, Zu."
"Apa lagi?"
"Aku gak bakal mau ninggalin kamu sendiri dalam keadaan kayak gini..hiks.." Demi menjatuhkan handphonenya kekasurku. Ah, mulai lagi dramanya.
"Aku bisa sendiri." Jawabku meyakinkan.
"Tapi kan kalau kamu tiba-tiba pingsan? Huhuhu..gak mau!" Demi menutup wajah dengan kedua telapak tangannya yang sudah dibanjiri air mata. Entah, ia memang suka emosional akhir-akhir ini.
"Yaudah lah terserah." Aku membalikkan badanku darinya. Agar tangisnya reda. Semakin aku meladeninya semakin lama dan kencang pula tangisannya.
"Huhuhu jahat! Lagian kenapa bisa sakit sih? Trus nanti planning kita gimana?! Huhuhu. Kamu juga sakit santai banget gak ada panik-paniknya, malah aku yang panik huhuhu..dasar cowok!" Hinanya yang semakin membuatku masa bodo. Iya, memang Demi seperti ini jika lagi kumat.
"Yaudah jalan sama Ms.Lya aja berdua."
"Gak ma- Eh, ya Zu." Tiba-tiba tangisannya terhenti yang membuatku sedikit tenang kembali.
"Hm?"
"Aku ajak temanku kesini aja, ya?"
***
AUTHOR POV.
"Dewi!!" Demi berlari girang memeluk Dewi, teman SMA nya yang sudah empat tahun tidak bertemu.
"Demi astaga! Lo dewasa banget sekarang!" Dewi tersenyum sambil membolak-balikkan badan Demi tak percaya.
"Hehe, iya dong! Sini duduk dulu!" Ujar Demi sambil menepuk-nepuk sofa abu didepannya.
"Lo rencana pindah kesini atau sementara, Dem?"
"Arzu sih udah deal beli ini. Masih nyicil atau udah lunas juga bukan urusan gue sih sebenernya hahaha." Jawabnya santai.
"Ya ampun Dem, childhish lo masih sama. Ah ya mana suami lo nih?"
"Bentar lagi juga keluar, lagi dikamar mandi dia."
"Masih sakit?"
"Iyalah, baru aja dia sakit." Jawab Demi.
"Pasti lo berdua masih so sweet ya karena pengantin baru? Lah gue sama suami gue mau mesra juga kehalang bayi yang bobonya juga ditengah-tengah ngalangin kita. Huh, tapi gak papa sih walau sometimes, gue kena baby blues." Dewi tersenyum. "Kalau lo udah punya anak Dem, gue saranin sih kalau udah siap aja. Jangan karena pengen lucu-lucuan doang. Karena anak kan amanah ya, kalau lo dikasih anak ya berarti tuhan udah taruh kepercayaan sama lo. Banyakin pacaran berdua aja sih sekarang, jangan mentingin anak dulu. Kalau udah waktunya sih pasti dikasih." Lanjutnya panjang lebar.
Ah, percuma juga sih Dewi menjelaskan Demi malas mendengarnya jika sangkut paut dengan pernikahan. Boro-boro romantis, setiap hari aja selalu ribut dengan hal yang tidak jelas.
"Ya deh, makasih nasihatnya. Trus, suami sama anak lo mana? Gak di ajak?"
"Kalau suami gue mah kerja, dan anak-anak gue sama mbaknya lagi beli cake asli sini buat lo, paling bentar la-"
Ting Tong!
"Kan apa gue bilang." Lanjut Dewi yang membuat Demi langsung membukakan pintu apartmentnya.
"Ah, Dewi!! Anak lo udah dua? Lucu banget asli!" Demi merebut langsung bayi perempuan usia tujuh bulan dari tangan pembantu Dewi yang membuat Dewi tertawa terbahak, masih tak percaya Demi masih se-childish dulu.
"Kakaknya yang cowok namanya Archie Dior Rivaskie, dan ini si bayi cewe satu Belevia Biana Rivaskie panggil aja Bia."
Ah, ya. Sebelumnya Dewi ini adalah warga asli Indonesia yang tinggal di Prancis karena menikah dengan orang Prancis, dan terpaksa mengikuti suaminya tinggal di negara ini. Jadinya, anak-anak mereka keturunan ayahnya. Syukurlah, daripada mirip sama Dewi. Hihi..
"Wah, rame.." Tiba-tiba saja Arzu muncul dengan wajahnya yang masih terlihat pucat. Bagaimanapun bentuknya, ia tetap tampan sih.
"Pucet amat, Zu? Disiksa Demi ya?" Canda Dewi sambil terbahak karena Demi yang langsung berwajah melas kearahnya.
"Enak aja!" Balas Demi tak terima. "Zu, liat deh! Namanya Bia, lucu ya?" Demi tersenyum sambil menggendong Bia yang anteng dipelukannya. "Kalau yang itu namanya Archie." Tunjuk Demi kearah Archie yang sedang bermain mobil-mobilan di balkon bersama pengasuhnya.
"Halo.." Arzu tersenyum sambil mengelus pipi Bia perlahan.
"Eh, jangan deket-deket, Zu. Kan kamu lagi demam." Demi menjauhkan Bia kembali dari Arzu yang membuat Dewi tertawa melihatnya.
"Demi..Demi..eh ya, Zu, lo tau gak sih istri lo ini dulu punya baby alive yang bentuknya bener-bener bayi trus kalau jatoh dikit langsung biru-biru gitu kayak bengkak. Dari dulu istri lo udah stres sih." Dewi tertawa membayangan Demi memainkan baby alive yang ia beli benar-benar seperti bayi sungguhan.
Arzu ikut tertawa turut membayangkan seorang Demi yang pemarah mengurus baby alive. Huh, mana bisa orang seperti Demi mengurus bayi, yang ada bayi nya duluan yang gak betah sama Demi.
"Apaan sih Dew! Gak jelas. Udah gue buang juga tuh bayi-bayian nya."
"HAHAHA astaga demi apa lo buang? Ya ampun padahal mahal banget BWAHAHA!!" Tawa Dewi pecah lagi yang membuat Demi semakin kesal mendengarnya.
"Ya dari pada elo beli rumah-rumahan kecoak, lebih geli dan aneh HAHAHA." Balas Demi yang membuat tawa Dewi diam.
"Het sialan, dah gue buang juga rumah-rumahannya." Ungkap Dewi tak mau kalah.
"Ya sama aja HAHAHA. Ya ampun Bia, kamu mimpi apa punya mama yang suka kecoak? Jangan jadi kayak mamamu ya, Bi." Ujar Demi pada Bia yang masih ada pada gendongannya.
"Yeh, dasar Demi masih sama aja." Dewi ikut tertawa. "Eh, ya btw Dem." Lanjutnya yang membuat Demi menoleh kearahnya
"Apa?"
"Lo kalau punya anak, hati-hati loh."
Demi mengerutkan alisnya heran "Hati-hati kenapa?"
"Ntar kan lo makin gembrot dan jelek, ya Arzu semakin gak suka sama lo. Ya kan, Zu?"
Deg.
_______________
JANGAN LUPA DIVOTE!
IG:SHAFAZUHRI
IGQUOTES: SHARENJA_
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACL(e)OVE
Romance(SEQUEL OF SAH & KALT/Demia Berria.) Ini tentang Arzu, dan Demi. Pertemuan awal bagi Demi, sangat tidak mengenakkan. Apalagi hatinya yang mengatakan Arzu adalah lelaki yang sombong dan angkuh. Buktinya, saat ia memperkenalkan diri sambil menjulurkan...