Sesudah Arzu bertanya hal gila itu, aku hanya menjawabnya dengan diam, lalu dia menatapku dengan kecewa, dan langsung meninggalkanku sendirian di balkon. Sebenarnya dia kenapa, sih? Apa dia mencintaiku? Ah, tapi mana mungkin. Mana mungkin secepat itu, sedangkan saja diriku dan dia tidak pernah bertemu dan menjalin kasih sebelumnya, pasti kami juga butuh waktu dan tak secepat itu.
"Arzu kenapa sih? Aneh!" Ujarku sambil melempar bantal kearah wajahnya. Yah,percuma saja ia juga tetap diam dan diam. "Disini tuh niatnya jalan-jalan, bukan diem-dieman kali! Kalau mau diem-dieman aku bisa lebih diem!" Aku menyilangkan tanganku kesal. Akhir-akhir ini Arzu selalu bawa perasaan entah kenapa.
Tiba-tiba saja, Arzu menoleh kearahku cepat yang membuatku ikut menoleh kearahnya. "Apa?!" Lanjutku sinis.
"HAHAHAHA.."
....
Iya, Arzu tertawa.
Entah, jarang sekali aku menemukannya tiba-tiba aneh seperti ini. Apa ia kerasukan hantu Eropa? Ah, mana mungkin. Ta..tapi bisa saja, sih. Tapi masa iya..?
"A..apaan sih! Jangan bikin aku takut dong!"
"Demi..Demi.." Arzu masih tertawa sambil menatapku dengan tatapan tak biasa.
"Apaan sih!"
"Kamu tuh bisanya apaan-apaan doang. Ya gak papa, lagi mau diem aja sama kamu. Emang salah, ya?" Arzu seperti menahan tawanya yang aku tau sekali ia sedang meledekku.
"Makanya jangan aneh, dong!" Aku memonyongkan bibirku sebal. "Sekali lagi kayak gini aku pulang langsung ke Jakarta bodoamat!"
Arzu menatapku tak percaya. "Wih, emang berani? Gak takut tuh serius?"
"Ya gak lah!" Jawabku meyakinkan.
"Coba aja pulang. Paling baru dibawah apartment udah naik lagi keatas." Arzu kembali tertawa yang membuatku semakin sebal.
"ARZUU!!!!" Aku mendekatkan diriku kearahnya dan mencekiknya pelan yang malah membuatnya terbahak. Astaga, menyebalkan sekali dirinya hari ini.
"Bohong, Dem. Hahaha. Kan katanya mau jalan-jalan? Kok pulang lagi?" Kini tawanya memudar.
"Lagian kamunya ngeselin!" Aku menyilangkan tanganku didada.
Arzu mengacak rambutku pelan sambil tersenyum. "Ngeselin-ngeselin gini tapi sayang kok."
Deg.
Sebentar.
Tadi Arzu bilang apa?
"Hah?" Ujarku sok kaget agar Arzu mengulang lagi kata-katanya.
"Hah hah doang. Eh, Dem, buatin aku teh hangat dong. Aku di balkon ya.."
Ah, aku tau sekali ia mengalihkan pembicaraannya. Dasar!
Tanpa basa-basi aku langsung membuatkannya teh hangat sesuai keinginannya, huh, ingin menggubris kata-katanya tadi tapi aku takut dibilang kepedean olehnya. Sedikit lucu sih jika dibayangkan, aku dan Arzu tak kenal satu sama lain, lalu kami dipaksa menikah. Dan tiba-tiba saja aku dan dia sudah ada perasaan tanpa kami sadari.
Hei, sebentar.
Aku mikir apa sih?
"Mana Dem tehnya?" Tiba-tiba saja Arzu sudah menaruh kepalanya diatas pundakku yang hampir saja membuat teh yang sudah ku buat ini terlempar kewajahnya.
"Ih! Ngagetin!" Aku mencubit lengannya pelan sedangkan dirinya hanya terkekeh dan mengikutiku dari belakang. "Tuh, sudah ku taruh. Diminum ya, sampai habis." Ujarku sambil menaruh teh hangat dimeja balkon.
"Terimakasih, sayang."
***
Ah, aku yakin sekali pasti telingaku salah mendengar ucapannya kembali. Toh, mana mungkin orang seperti Arzu bisa berbicara seperti itu. Aneh.
"Zu, malam ini ke Eiffel Tower, yuk?"
Arzu menoleh kearahku cepat dan beralih dari laptopnya. "Boleh."
"Jalan kaki aja, Zu. Deket kan, didepan doang. Sekalian mau kenal deket sama suasana disini." Aku tersenyum sambil memasang syalku dileher. Iya, benar. Paris sedang musim dingin sekarang.
"Hm.." Arzu mengangguk. Yang membuatku kesal ia masih saja menatap laptop sialannya itu. Hei! Lebih penting aku atau kerjaanmu, sih?!
"Au ah bodo!" Aku mengalihkan diriku darinya.
"Heh? Kok ngambek?"
"Ya lagian masih aja laptopnya dipantengin terus!"
Arzu segera menutup laptopnya cepat. "Hehehe, maaf ya? Lagian aku gak tenang kalau kerjaanku diambil alih sama orang lain."
"Yaudah cepet pake sweater dan syal biar gak masuk angin. Udaranya lumayan nusuk." Ujarku berjalan kearah sofa menunggunya untuk bersiap, sedangkan Arzu hanya mengacungkan jempolnya saja.
Huh, sebenarnya aku juga masih belum familiar dengan kota Paris. Walau aku yakin sih, sebulan disini juga aku sudah hafal semua jalan didekat-dekat sini. Apalagi Arzu, yang dari kemarin ngebet banget mau jalan-jalan keliling Eropa. Dan gilanya ia ingin membeli apartment disemua kota yang ada di Eropa. Entah, aku saja tak tau jalan pikirnya bagaimana.
Jika kalian bertanya juga berapa nominal uang yang Arzu punya di kartu kreditnya. Sungguh, aku sama sekali tidak tau. Yang hanya aku tau ia adalah dokter plus pengusaha yang memiliki cabang lumayan banyak. Yang aku tau juga, ia mempunyai 17 kartu kredit. Dan ia memberikan satu kartu kredit kepadaku, katanya untuk gaji sebagai istrinya yang telah melayaninya dengan baik dan sungguh. Halah, suka mual sendiri jika membayangkan Arzu berkata seperti itu pada hari keduaku menjadi istri.
"Sudah."
Aku menoleh kesumber suara. Yang membuatku terkejut adalah, KOK BISA GANTENG BANGET?!
"Aku sengaja pakai sweater hitam dan syal punyamu, karena aku lupa bawa syalku sendiri. Untung kamu punya yang warna hitam juga, hehe. Yuk, berangkat?"
Sebentar, sebentar, ini beneran Arzu?
Gila sih, waktu resepsi aja walau rapih tapi dia gak seganteng ini!
Ya tuhan, jarang sekali aku melihat Arzu memakai sweater. Rata-rata ia selalu memakai kemeja yang dibalut jas putih alias baju kerjanya untuk pakaian sehari-harinya. Astaga, ini benar-benar langka!
"Hei, Dem? Kenapa sih?"
Bodoh! Ngapain bengong liatin dia sih? "Eh, gak papa! Ayo berangkat!"
___________
JANGAN LUPA DIVOTE!
MAAF YAA TERLAMBAT UPDATE AKU BTW UJIANN:(
DAN SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA BAGI YANG MENJALANKAN! Xx <3
Ig: shafazuhri
igq: sharenja_
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACL(e)OVE
Romance(SEQUEL OF SAH & KALT/Demia Berria.) Ini tentang Arzu, dan Demi. Pertemuan awal bagi Demi, sangat tidak mengenakkan. Apalagi hatinya yang mengatakan Arzu adalah lelaki yang sombong dan angkuh. Buktinya, saat ia memperkenalkan diri sambil menjulurkan...