Aku dan Demi sudah sampai di kota Paris dari semalam. Sangat lelah sekali perjalanan kami. Kini, aku dan Demi sudah ada di hotel dimana kita bermalam sementara. Rencananya, lusa atau besok kita akan menelusuri apartment yang Demi idamkan. Sebenarnya juga, tujuanku ingin pindah kesini karena ingin mencari kehidupan baru. Terlalu mumet untuk merasakan kehidupan dan polusi Jakarta yang selalui menghantui hari-hariku disana.
"Zu, mau indomie gak?" Tanyanya sambil menggoyang-goyangkan bungkus mie instan yang ada di tangannya.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
Sebenarnya hari ini aku dan Demi memutuskan untuk beristirahat dahulu. Huft, sebenarnya juga cuti sebentar sih tak apa, tapi aku jarang percaya jika orang lain mengerjakan tugas yang kuamanahkan untuknya. Iya, seperti asistenku sendiri, Sena. Yang padahal ia sudah bekerja lama sekali denganku. Yah, kurang lebih sih sekitar tujuh sampai delapan tahunan.
"Arzuuu mau pedes apa enggaa sehhh??" Demi menongolkan kepalanya dibalik pintu kulkas yang menutupinya. "Dari tadi ditanya masih aja diem doang. Dimanapun kamu pacarannya emang sama laptop." Lanjutnya sebal yang membuatku tertawa mendengar sindirannya.
"Maaf Dem, kan gak denger. Aku gak suka pedes." Jawabku sambil menatap gemas kearahnya yang masih cemberut.
Yah, begitulah Demi. Begitulah pula kehidupanku dengannya. Menurutku, belum ada yang spesial diantara kami berdua. Iya, kami masih sering sekali tak bisa terkontrol emosi, masih banyak keegoisan dalam diri kami yang belum bisa kami netralisirkan bersama. Sifat pemarahku juga bisa-bisa saja tak terkontrol tiba-tiba. Tapi untuk saat ini, aku berusaha membuang jauh semua sifat burukku hanya untuk Demi. Iya, agar ia tak mengira bahwa aku jahat dan hanya main-main saja dengannya.
"Mie goreng terenak sedunia datangg!!" Ujarnya sambil menaruh mangkuk mie goreng buatannya didepanku. Aku tersenyum menyambutnya. "Ayo dimakan dong!" Lanjutnya turut duduk disampingku.
Aku memakannya dengan lahap yang membuatnya tersenyum gembira. Demi bilang, ini indomie resep rahasianya, tak ada yang tau kecuali dirinya. Makanya, ia namakan indomie spesial ala Demia.
"Gimana Zu? Beda kan rasanya? Lebih lezato maknyoso kan?"
Aku hanya mengangguk. Yah, tak apalah. Bohong demi kebaikan apa salahnya. Bisa-bisa, ngambek tiga hari tiga malam kalau aku jawab jujur tentang rasa indomie yang tak ada bedanya dengan rasa yang aku sering buat biasanya.
"Zu, nanti beli eskrim yang gede ya?"
"Iya.."
"Tapi aku mau coklat juga yang gede. Disini ada tau, Zu, yang gedenya hampir semeter!"
Aku menoleh kearahnya cepat, tak percaya dengan pernyataan coklat sepanjang itu. "Ya ampun Dem.."
"Boleh kan ya ya ya?" Pintanya dengan mata puppy eye yang membuatku tak bisa berkata-kata lagi.
"Ya, liat aja nanti." Jawabku kembali memakan indomie buatan Demi.
"Eh ya, Zu!"
"Hm?" Aku sedikit menoleh.
"Nanti aku mau beli oleh-oleh juga ya buat temen-temen?"
"Iya.."
"Rangga minta oleh-oleh juga. Boleh, kan?"
***
DEMI POV.
Aku tak tau faktor apa yang membuat Arzu berubah tiba-tiba padaku. Apa karena masakanku yang mengecewakan, atau..ah, entahlah. Bukan seperti Arzu yang dipesawat kemarin, dan beberapa jam yang lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACL(e)OVE
Romance(SEQUEL OF SAH & KALT/Demia Berria.) Ini tentang Arzu, dan Demi. Pertemuan awal bagi Demi, sangat tidak mengenakkan. Apalagi hatinya yang mengatakan Arzu adalah lelaki yang sombong dan angkuh. Buktinya, saat ia memperkenalkan diri sambil menjulurkan...