DUA PULUH TIGA.

1.5K 147 16
                                        

Hari ini kami berencana untuk diam sementara dihotel karena diri kami yang masih lelah sehabis berpergian jauh. Demi terlihat pulas sekali dalam tidurnya yang membuatku juga tak enak untuk membangunkannya. 

Pemandangan kota ini mengingatkanku pada Shavia. Teman masa SMAku yang sekarang entah kabarnya ada dimana. Terkadang, Demi juga mengingatkanku pada Shavia karena sifatnya yang masih sama-sama kekanakan. Apalagi Demi mempunyai satu persamaan dengan Shavia, yaitu sama-sama suka ngambek tidak jelas yang membuatku kepusingan sendiri.

Shavia.

Dimana ya, dia sekarang?

Selepas lulus ia hanya memberiku bunga rangkaiannya saja,untuk kenang-kenangan katanya. Lalu tak memberikan kontak atau apapun itu untuk diriku menghubungi dirinya. Padahal ia berjanji untuk kembali setahun kemudian. Ah, tak apalah. Ia hanya masa laluku, tak usah kembali dipikirkan. Toh, sekarang sudah ada penggantinya yang lebih lucu kok. Siapa lagi kalau bukan perempuan aneh didepannya ini.

"Zuu! Mau makan apa?" Tanyanya tersenyum sambil menunjukkan beberapa bahan makanan didepannya.

"Loh? Kapan bangunnya?" Aku sedikit terkejut melihatnya yang sudah tampak ceria berdiri didapur.

"Ish! Lagian sih, terlalu statis."

"Apa nyambungnya.."

"Yaudah, mau makan apa?" Tanyanya lagi.

"Kamu bisanya apa?"

"Ya kamu maunya apa?" Balasnya bertanya lagi. 

"Teriyaki bisa?" 

Entah, aku malah sedikit ingin tertawa melihat wajahnya yang seperti kebingungan itu.

"Ta..tapi teriyaki aku gak bisa masaknya. Ada yang lain gak?" Ujarnya sedikit salah tingkah.

"Yah..kan sudah ku bilang yang kamu bisa apa, jangan sok-sok sesuai requestanku." Aku tersenyum sambil mengacak rambutnya pelan.

"Yaudah, tunggu ya Zu, tunggu loh! Aku masak makanan enak nih khusus buat kamu!" Ujarnya antusias yang membuatku tersenyum kembali.

"Di tunggu ya Nyonya Demi. Aku diluar, sekalian mau ngecek kerjaan sebentar."

"Oke siapp!" Jawabnya yang membuatku langsung beranjak kearah balkon.

Cuaca pagi hari di Roma sangat sejuk sekali, ingin rasanya menghabiskan masa tuaku di Eropa. Yah, karena dari dulu aku hanya menemukan ketenangan di negara ini saja. Biarkan anakku kelak yang melanjutkan perusahaanku nantinya. Indah bukan, bersama hingga menua di kota yang diimpikan dengan orang yang kita sayang. Sebanarnya, aku ingin membeli apartment juga di kota ini juga, namun Demi menolaknya. Ia bilang tabung saja, ada yang lebih perlu dari membeli apartment. Yah, untuk sekarang aku harus mengiyakan kata-katanya.

Sebenarnya, baru-baru ini aku baru bisa merasakan nyamannya didekapan seorang perempuan ngambekan itu. Dirinya selalu membuatku gemas dengan tingkah dan pikiran konyolnya yang tak masuk akal. Entah, jika melihat wajahnya aku hanya ingin melindunginya saja. Aku tau, mungkin Demi juga belum bisa mencintaiku. Tapi aku yakin, Demi perlahan pasti bisa menerimaku dihidupnya. 

"Zu, suka pedes gak?" Teriaknya dari arah dapur yang membuat pikiranku langsung memudar.

"Enggak." Jawabku singkat yang membuatnya langsung mengangkat jempolnya kearahku.

Yang aku suka dari Demi, ia seseorang yang selalu berusaha menjadi yang terbaik disemua mata orang. Ia tak ingin terlihat tak bisa, yang padahal aku tau sekali ia tak pandai memasak. Ah, bagaimanapun juga masakannya nanti, enak atau tidak enak, aku akan tetap memakannya kok.

"Sudah jadiii!" Ujarnya lagi sambil menaruh spaghetti carbonara didepan mejaku sambil tersenyum puas.

"Kok cepet banget?" Tanyaku heran.

"Hehe, ya dong. Cobain dong, enak gak?"

Aku langsung mencobanya perlahan, sebenarnya sedikit asin, yaa tapi gak papa deh. "Enak kok." Jawabku berusaha menghabiskannya.

"YEYY! BENERAN? YUHUU BERHASILL!!" Jawabnya girang sambil mengepalkan jarinya keudara.

"Iyaa.."

"Kalau dinilai dari 1 sampai 10, nilai masakanku berapa?" Tanyanya masih dengan ekspresi bahagia.

"Ehm, berapa ya? 9,9 deh." Jawabku yang semakin membuat wajahnya bahagia dan sumringah.

Huh, Dem. Andai saja aku bisa melihat bahagiamu itu setiap harinya. "Nah, jangan ngambekan terus ya? Harus tetap bahagia." 

"Iya dong!" Jawabnya kembali antusias.

"Kamu gak makan?"

"Gak. Diet."

Sedikit terkejut mendengar pernyataan dirinya. Sudah krempeng seperti ini masih bisa diet? Hadeh, yang benar saja? "Dem?"

"Hah?"

"Serius diet?" Tanyaku kembali meyakinkan.

"Iya."

"Gak aku izinin."

"Ih? Kok gitu?"

"Lagi jalan-jalan kok diet? Enggak boleh pokoknya." Jawabku dengan serius menatap kearahnya.

"Ih jahat banget!"

"Yang jahat tuh kamu sama diri kamu. Itu udah kurus kayak gitu mau diapain lagi emang? Sampai tulang doang gitu ya?"

Demi menggembungkan pipinya. Bisa kulihat wajahnya yang sedang merencanakan kemarahannya lagi padaku. Huh, baru saja ku bilang jangan ngambekan masih saja seperti ini.

"Kan aku juga dietnya sehat buah sama sayur."

"Ya iya aku tau, tapi emang kamu gak mau nyobain makanan enak khas Eropa? Sayang banget dong, buat apa aku ajak kamu keliling Eropa kalau kamunya diet-dietan?"

"Zu."

"Apa?"

"Aku tuh diet biar gak keliatan jelek tau."

"Loh? Jelek gimana?" Tanyaku heran.

"Semua mantan kamu badan model semua."

Astaga, sebenarnya apa yang ada dipikiran Demi ini? "Kamu cemburu apa gimana?" Tanyaku setengah tertawa yang membuatnya semakin menggembungkan pipinya.

"Yaa gitu.." Jawabnya sambil menunduk malu.

"Dem, mau gendut, mau kurus, kalau itu Demi ya tetep Demi. Udah ah, mending makan spaghetti buatan kamu, nih, buka mulutnya." Ujarku sambil menyuapkan segarpu spaghetti kearah mulutnya.

"Huwek!" Demi membuang semua makanannya dan langsung berlari kearah kamar mandi yang membuatku langsung mengikutinya juga tanpa basa-basi. Panik.

"Dem?" Aku mengelus punggungnya pelan, sedangkan dirinya masih berusaha memuntahkan makanannya.

"Arzu.."

"Dem? Kenapa?" Aku melihat wajahnya yang sedikit mengerut. "Ayok, kerumah sakit sekarang." Ajakku sambil membopongnya.

"Ih, gak usah. Huwek!" Demi kembali balik badan kearah wastafel.

Kenapa ini?

"Zu.." Demi menatapku cepat. 

"Kamu.."

"Kenapa gak bilang spaghettinya bisa se-asin ini? Huwekk.." 

Aku menghembuskan nafas panjang. "Astaga, Dem, kukira kamu kenapa.." 

Ah, ya tuhan. Agak lega. Kukira dia kenapa...

____________

JANGAN LUPA DIVOTE!

Ig: shafazuhri

Ig quotes: sharenja_





MIRACL(e)OVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang