"Zu!!" Demi berlari cepat kearah Arzu yang sedang terpaku pada laptopnya.
"Hm?"
"Minta uang dong!!" Demi tersenyum manja sambil melingkarkan tangannya dilengan Arzu.
"Bukannya aku udah transfer ke rekening kamu kemarin ya buat beli keperluan kamu?"
"Ish! Itu kan uang bulanan, bukan uang jajan. Beda lagi dong. Ya Zu, ya? Boleh ya ya?" Demi menatapnya dengan wajah memelas yang membuat Arzu tak tega untuk menolaknya. Demi memang sedikit boros untuk masalah belanja kebutuhan pribadi. Padahal, ia juga punya uang hasil sendiri. Yah, mau gimana lagi. Memang ini sudah tugasnya untuk menafkahi perempuan ini.
"Ya.."
"Yey! Makasih!! Aku mau minta uangnya sekarang dong. Boleh, gak?"
"Nanti aku transfer ke rekening kamu aja. Bahaya kalau kamu yang megang rekeningku." Jawab Arzu masih fokus pada laptopnya.
"Berapa tuh kira-kira?"
"Lima juta cukup kan?"
"Ish, ya gak cukup lah! Sepuluh kek dua puluh kek." Komplain Demi tak terima sambil menyilangkan tangannya didada. Toh, ini juga pertama kalinya ia meminta uang belanja pada Arzu. Wajar kalau ia meminta lebih sedikit.
"Yaudah, empat juta."
"Lah? Kok empat sih?! Sepuluh deh, gimana?"
"Tiga juta."
"Sepuluh juta!"
"Dua juta."
"Sepuluh juta, Zu!"
"Sejuta."
Demi membelalakan matanya tak percaya. Sebal dengan Arzu, jika ia komplain, nominalnya langsung diturunkan drastis olehnya. "Sepuluh, Zu!"
"Yaudah. Sembilan ratus ribu."
"Ih! Yaudah-yaudah lima juta aja! Pelit banget sih!" Kalah Demi sambil menggembungkan pipinya kesal.
"Iya, aku transfer besok."
"Oke deh, aku tung- Eh, kok besok sih?! Kan kata kamu sekarang!!" Demi spontan mencubit pinggang Arzu keras karena kesal.
Arzu tertawa. "Hahaha, iya Dem. Aku transfer sekarang kok." Isengnya sambil menghindar dari cubitan Demi lagi.
***
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Demi dari kemarin. Bagaimana tidak, ia sudah mengidamkan negara Eropa sejak lama sekali. Dan baru kesampaian sekarang saat bersama Arzu. Sedangkan dilain sisi, Arzu hanya memperhatikan Demi yang repot sendiri dengan koper-kopernya. Iya, Demi membawa tiga koper besar yang isinya hanya baju-baju perginya saja, sedangkan Arzu hanya membawa satu koper yang isinya sudah sepaket dengan keperluannya selama sebulan disana.
"Dem, nanti siapa yang mau deret-deret koper sebanyak itu?" Arzu berdecak heran.
"Ya kamu bantuin dong gimana sih." Jawabnya tak kalah galak, sedangkan Arzu hanya diam saja tak menjawabnya lagi. Iya, apalagi kalau bukan karena malas ribut dengan Demi lagi.
Ya tuhan, memang Arzu harus banyak-banyak sabar berhadapan dengan perempuan didepannya ini. Ingin sekali rasanya membentak dan memberi tahu bahwa ucapan yang sering ia lontarkan pada Arzu sangat tidak sopan. Tapi percuma saja, Demi pasti tak mau mendengarnya. Dan pastinya juga, akan dibalas dengan ngambek andalannya itu.
Dan..
Benar, kan. Sesampainya dibandara, Demi yang kewalahan sendiri karena kopernya yang terlalu besar dan berat. Cepat-cepat Arzu menggiringnya untuk ketempat check-in agar Deminya tak banyak bawel dan keluhan karena koper-kopernya yang banyak itu. Selesai check-in mereka berdua langsung keruang Business Lounge Class yang tersedia beraneka macam makanan, dan minuman. Sekaligus untuk menunggu pesawat yang katanya delay setengah jam itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACL(e)OVE
Romance(SEQUEL OF SAH & KALT/Demia Berria.) Ini tentang Arzu, dan Demi. Pertemuan awal bagi Demi, sangat tidak mengenakkan. Apalagi hatinya yang mengatakan Arzu adalah lelaki yang sombong dan angkuh. Buktinya, saat ia memperkenalkan diri sambil menjulurkan...