Demi POV.
Sungguh, aku masih tak percaya menatap gaun putih panjang yang terpampang jelas di mannequin didepanku. Benarkah aku akan memaikanya minggu besok? Ya tuhan, aku masih tak bisa percaya dengan kenyataan ini. Dengan kenyataan bahwa sebentar lagi aku akan menjadi milik Arzu sepenuhnya. Jika ditanya aku membenci Arzu atau tidak, tentu saja iya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku malah banyak menemukan sisi baik dari seorang Arzu Ardhan Muhammad.
Seperti kejadian pekan lalu saat dimana aku dipaksa menemaninya ke panti, dan sebelum ke panti Arzu menyempatkan diri untuk mengajakku ke toko mainan untuk diberikan kepada seluruh anak panti. Arzu tak pernah memilih jika memberi. Hal kecil yang sebenarnya membuat hatiku sangat tersentuh dengan kepribadiannya yang terbilang cuek tapi mempunyai rasa kasih sayang yang cukup tinggi.
Arzu juga selalu memberiku eskrim saat aku sedang marah padanya. Aku saja bingung, bagaimana ia bisa tau aku sangat menyukai eskrim? Apa mungkin hanya ketidaksengajaannya saja? Atau hanya menerka-nerka? Ah, masa bodo. Tak penting juga.
"Dem, ayo makan dulu." Mommy sedikit berteriak kearahku yang sedang melamun memperhatikan mannequin dikamar riasku.
"Mommy aja, Demi kenyang."
"Eh, kenyang? Bukannya dari pagi kamu belum makan, ya?"
"Udah makan kok." Bohongku masih melamun.
"Yaudah lah, kalau mau makan ambil sendiri ya ada di meja makan." Ujar Mommy masih berteriak sambil berlalu ketempat yang lain.
Aku benar-benar tidak ada nafsu makan sama sekali kalau mengingat bahwa diriku yang akan dipersunting, dan milik Arzu selamanya. Tidak enak juga jika aku berontak dan kabur. Keluargaku dan keluarga Arzu sudah menyiapkan 89% yang berbau tentang pernikahan. Seperti gedung, gaun, catering, dan yang lainnya. Yah, aku juga tau harganya tidak murah, dan sangat mahal. Aku berdiri dan menatap diriku dikaca. Kenapa Arzu juga malah mengiyakan dengan gampangnya? Kan banyak yang lebih cantik dariku. Dia bilang dia mencintaiku sudah lama, tapi anehnya hatiku seperti tidak percaya dengan kata-katanya itu. Hatiku selalu mengatakan bahwa Arzu selalu berbohong padaku.
"Dem, ada Arzu." Mommy membuyarkan lamunanku lagi yang membuatku langsung menoleh kesumber suara.
"Iya, suruh tunggu dulu aja diluar." Jawabku.
Hft, sudah pasrah sekali diriku jika ditanya tentang perjodohan bodoh ini. Tanpa ada kata 'Iya' dari mulutku, malah Mommy yang semangat menjawab 'Iya'. Yah, kalau ditanya ikhlas atau tidak, aku masih belum ikhlas dengan perjodohan ini. Ah, sudahlah, membicarakan ini juga tak akan ada habisnya. Positif saja, siapa tau kedepannya ada baiknya.
Aku cepat-cepat mengambil tas jalan dan berpakaian seadanya dikamar. Hari ini adalah hari dimana aku dan Arzu ingin memeriksa rumah yang nantinya akan kami singgahi setelah menikah. Tetapi, sementara ini aku dan dia harus mengungsi di apartment terlebih dahulu karena rumah Arzu yang masih juga di renovasi. Alhasil, aku setetangga dengan Kak Dyzach, Senja, dan Alio walau berbeda ruang. Dan untungnya setengah barang-barangku dan Arzu sudah dipindahkan kesana. Jadi, tidak terlalu merepotkan diriku dan Arzu.
"Cantik." Arzu memujiku. Aku hanya membalas dengan tatapan malas kearahnya. Hari ini aku sedang tidak mood sekali untuk berekspresi.
"Kok malah marah? Cantik beneran kok." Lanjutnya masih meyakinkanku. "Ah, iya. Sebelum kerumah baru kita, temenin aku ke suatu tempat dulu, ya?"
Aku hanya menjawabnya dengan anggukan.
"Dem."
"Hm?"
"Pernah kehilangan seseorang yang kamu sayang gak?"
"Sering."
"Oh ya? Siapa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/166359079-288-k198477.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACL(e)OVE
Любовные романы(SEQUEL OF SAH & KALT/Demia Berria.) Ini tentang Arzu, dan Demi. Pertemuan awal bagi Demi, sangat tidak mengenakkan. Apalagi hatinya yang mengatakan Arzu adalah lelaki yang sombong dan angkuh. Buktinya, saat ia memperkenalkan diri sambil menjulurkan...