LIMA.

2.5K 268 21
                                    

ARZU POV.

"Oh, ini toh calonnya Demi."

Aku sedikit tersentak saat melihat seorang paruh baya berjalan didepanku sambil memperhatikanku dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Aku menyalaminya.

"Mumpung Demi masih sibuk disana, boleh ngobrol sebentar?" Pintanya sambil menunjuk kearah Demi yang sedang sibuk memeriksa kelengkapan barang di apartmentnya.

Aku mengangguk.

"Begini, kenalin, saya Mbak Uni. Yang ngurus Demi dari kecil." Ujarnya sambil tersenyum.

Aku membalas senyumnya.

"Pernikahan kalian akan berlangsung minggu besok, kan?"

Aku mengangguk.

"Saya tau, kalian berdua terpaksa menikah karena perjodohan yang memaksakan kalian, bukan? Tapi ingat, jangan pernah sesekali kamu menyakiti hati Demi. Toh, kan kamu juga gak akan tau kapan Demi mulai cinta sama kamu. Apa sesudah akad, atau beberapa bulan kemudiannya.." Ujarnya. "Mungkin yang kamu lihat sekarang itu Demi yang masih kekanak-kanakan. Tapi dilain sisi, Demi paling dewasa dalam memendam masalah dan menyelesaikannya."

"Saya yakin, kok. Suatu saat Demi akan mencintai kamu dan kamu juga sebaliknya. Cinta itu memang berluka-luka dahulu, baru deh senangnya akhiran. Itu sih, yang saya alamin dulu sama almarhum suami saya." Lanjutnya panjang lebar.

Aku juga tau sebenarnya, Demi itu childish. Tapi, ia selalu berusaha untuk menampilkan sifat terbaik didepan semua orang yang ia kenal. Yah, walaupun aku tak seberuntung mereka. Malah, aku sangat amat dibenci olehnya. Terkadang juga, saat Demi sedang marah padaku dengan alasan yang tidak jelas, aku menahannya untuk tidak ikut marah juga. Aku tau, Demi mempunyai hobi menangis karena sifatnya yang sensitif dengan omelan.

"Zu, kita kekurangan bantal. Cuma ada satu." Ujar Demi tiba-tiba yang membuatku dan Mbak Uni menoleh cepat kearahnya.

"Iya, nanti kita beli." Jawabku tenang berusaha membuatnya tidak curiga dengan percakapan yang aku dan Mbak Uni bahasa barusan.

"Yaudah, kalau begitu ayo kita pulang." Ajaknya.

Kebiasaan buruk dari seorang Demi, suka cepat-cepat minta pulang. Kan, padahal aku masih ingin mengetahui tentang dirinya dari Mbak Uni. "Gak kecepetan, Dem?" Tanyaku.

"Gak lah. Udah lengkap juga barangnya. Ayo pulang."

Ah, daripada menimbulkan perdebatan dengannya lagi, aku langsung menuruti ajakannya.

"Hati-hati ya, calon pengantin!" Ujar Mbak Uni tersenyum. Aku membalasnya dengan senyuman juga, dan langsung menatap Demi yang seperti tersipu.

Sebentar, tersipu kenapa?

***

AUTHOR POV.

Seminggu kemudian..

Sungguh, tak akan ada yang percaya kalau ini akan menjadi nyata. Arzu dan Demi benar-benar sudah SAH sekarang. Terlalu rumit jika dibayangkan mereka akan bersama sampai kapan, yah, doakan saja semoga selamanya. Apalagi sifat mereka yang sangat bertolak belakang. Demi yang childish dan Arzu yang bijak dan tidak suka sifat kekanakan. Dan yang lebih parah lagi, mereka menerima perjodohan ini juga karena paksaan dari kedua orang tuanya.

Demi benar-benar benci hari ini.

Kini, Demi sedang melepas gaun pengantin yang membuatnya tidak nyaman daritadi, dibantu oleh dua MUA yang juga sedang menghapus makeup diwajahnya. Yang datang, hanya sobat dan keluarga saja, Demi juga tak mengundang banyak orang. Pernikahannya tak semewah kakaknya, Dyzach. Benar-benar bukan pernikahan impian.

"Arzunya, mana?" Tanya Senja, kakak ipar Demi sambil membantunya melepas gaun.

"Dikamar mandi." Jawab Demi cepat.

Senja tersenyum, "Dem, boleh ikut campur dikit, gak?"

"Apa?"

Senja menarik nafas dalam. "Yang namanya rumah tangga kan pasti ada masalahnya. Ehm, kalau ada apa-apa sama Arzu, kamu jangan sungkan-sungkan curhat ke aku, ya? Kita sesama perempuan pasti ngerti lah ya."

"Iya, kak." Demi sedikit memelas.

"Kalau ribut-ribut kecil juga harus mikir dewasa, jangan mikir pisah." Lanjutnya yang hanya dijawab anggukan oleh Demi.

"Iya iya.."

"Semangat menjalani hari menjadi istri ya, Dem. Btw, honeymoon kemana?"

"Gak tau deh, gak tertarik juga."

Deg.

Ya, ia salah bicara dihari pertama pernikahannya. Ya tuhan, bodoh sekali dirinya.

"Eh, mak..maksudku gak tertarik buat yang jauh-jauh gitu. Lebih suka yang deket kayak puncak, gitu deh hehe.." Bohongnya mencari alasan yang membuat Senja langsung mengangguk-angguk percaya.

Hft, jangan sampai orang-orang tau kalau dirinya masih belum bisa menerima Arzu.

***

"Morning." Sapa Arzu tersenyum tepat didepan wajah Demi yang langsung tersentak kaget melihatnya.

"Ish, apa sih! Pagi-pagi mau bikin jantungan?" Cepat-cepat Demi mendudukan dirinya, sedikit terkejut juga depan pemandangan didepannya yang sudah tersedia berbagai macam makanan, ditambah susu dan buah.

"Si..siapa yang nyiap-"

"Iya, aku yang nyiapin buat kamu. Dimakan, ya?"

Tanpa basa-basi Demi memakannya. Tumben sekali Arzu baik, pasti ada maunya. Sebenarnya, dihari pertama pernikahannya ini, Demi sempat terlintas bahwa pastinya nanti Arzu akan selingkuh dari dirinya, dan tidak puas dengan kehadiran dirinya lalu menceraikan dirinya dan mendapatkan yang baru. Ya tuhan, Demi sangat tidak bisa menunggu hari kejam itu! Ia benar-benar tidak bisa hidup terus menerus dengan orang yang masih ia anggap asing seperti Arzu yang sok baik didepannya ini.

"Hari ini mau kemana?" Tanya Arzu.

"Gak tau."

"Kok gak tau?"

"Gak ada yang menarik."

Arzu mengerutkan alisnya cepat. "Maksudnya?"

"Kamu tuh bisa gak sih gak kepo sehari aja? Aku tuh capek ditanya mulu! Ada ya cowok bawel plus kepo kayak gini. Ck, ck, baru nemuin aku." Sinis Demi sambil menatap Arzu yang sudah takut menatapnya. Arzu masih sabar, hanya berusaha tak membalas omongan yang ia anggap kasar dari mulut Demi barusan.

"Hm, sorry." Arzu memundurkan tubuhnya dan sedikit menjauh. "Aku mau jogging sebentar, kalau ada apa-apa telpon saja." Lanjutnya sambil berlalu.

Sedangkan Demi menaikkan satu bibirnya sebal, menatap aneh kearah Arzu yang sudah menghilang dari pandangannya. "Ih, mending ada apa-apa, daripada disuruh nelpon orang kayak situ!"

______
MAAF YA LAMA UPDATE AKU UJIAN:(

ig: shafazuhri
igq; sharenja_

MIRACL(e)OVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang