Entah, Arzu ingin membawanya kemana sekarang. Didalam mobil mereka hanya terdiam. Tak ada satupun yang membuka suara, dan saat sesampainya di restaurant yang Arzu tuju pun masih sama. Tak ada satu pun yang membuka suara.
Demi membuntuti Arzu dari belakang. "Duduk dulu disini. Aku ke toilet sebentar." Ujar Arzu sambil menunjuk kursi didepannya.
Demi langsung duduk tanpa basa-basi. Huft, beginilh jadinya kalau dipasa untuk hidup bersama orang yang tidak kita cintai. Tak tau harus bercerita dan bermesra seperti apa. Menatap mata pun tak ada rasa. Tak seperti pasangan lainnya. Huft, sedih sekali hidupnya memang.
"Sudah." Ujar Arzu tiba-tiba membuyarkan lamunan Demi didepannya.
"Iya.."
"Aku mau ngomong, Dem." Arzu berubah kembali wajahnya menjadi serius yang membuat Demi enggan menatapnya.
"Ya tinggal ngomong."
Arzu menarik nafas panjang. "Sebelumnya, aku gak pernah mikirin hal ini. Tapi sejak kamu sering bahas, ya..aku bahas lagi aja. Aku juga udah mikirin hal ini baik-baik."
Deg.
Astaga, kenapa makan malamnya menjadi pembahasan serius seperti ini?
"Dem."
"Hm?"
"Mulai sekarang aku gak bakal ngekang kamu lagi. Kamu bebas dengan siapa saja, begitupula aku." Arzu menatap Demi lekat
Begitupula aku? "Maksudnya?"
"Iya, kamu bebas sama Rangga. Dan aku bebas dengan perempuan lainnya, ya asal ada batasnya saja."
"Hah? Kamu punya selingkuhan?" Jujur, entah kenapa sedikit kecewa saat Arzu malah mengizinkannya dengan lelaki lain.
"Bukan Dem, aku gak punya selingkuhan. Ya intinya aku gak bakal ngekang kamu, asal tau batas aja. Udah."
"Ih..gak mau!"
Arzu menatap Demi cepat. "Loh, kok gak mau? Bukannya itu yang kamu mau kemarin? Kenapa sekarang malah gak mau gini?"
Ah, bodoh. Kenapa juga Arzu bertanya seperti itu?
Kenapa tidak langsung diiyakan saja olehnya?
"Eng..ng..maksudku, yasudah! Deal!" Demi menjulurkan tangannya cepat. Ia tak mau terlihat murahan dimata Arzu. Sedangkan Arzu hanya mengangguk mengiyakan juga.
Ah, rumah tangga macam apa ini? Tidak ada asik-asiknya sama sekali.
"Ya intinya kamu tetap berstatus istri, bedanya aku bebasin aja kamu mau temenan sama siapa. Pinter-pinter aja cari alasan kalau ditanya tentang hubungan, jangan nyalahin aku terus disini."
"Siapa takut!"
***
Sudah hari ketujuh dari pembahasan kemarin, Demi merasa Arzu yang malah semena dengan janji yang ia buat. Iya, Arzu lebih sering pulang malam akhir-akhir ini. Jika ditanya darimana, jawabannya selalu saja ada banyak pasien yang harus ditangani. Padahal, mana ada pasien yang mau berkonsultasi diatas jam dua belas malam. Pasien juga pasti lebih memilih esok paginya.
Eh?
Kenapa dirinya malah terlihat cemburu begini?
Padahal, rasa cinta secuil pun tak ada pada dirinya untuk Arzu.
"Dem, kok bengong?" Mbak Uni melambaikan tangannya didepan wajah Demi beulang kali.
"Hm? Engga."
"Lagi ada masalah, ya?"
Demi mengerutkan alisnya cepat. "Sama siapa?
"Sama masnya lah." Ceplos Mbak Uni benar.
"Tau tuh, pulang malem terus."
Tiba-tiba saja Mbak Uni menatapnya sumringah sambil menggenggam tangan Demi erat. "Wah! Bener kan kata Mbak, kamu udah mulai ada rasa kan, Dem??"
"Dih, yakali!" Tolak Demi cepat.
"Mana ada kan tuh mikirin Arzu sampai segitunya, malam-malam gini pula." Mbak Uni meyakinkan.
"Engga kok! Kurang kerjaan banget mikirin Ar-"
"Assalamualaikum.."
Deg.
Sepertinya ia kenal suara itu.
Demi menatap kearah pintu cepat menahan kikuk, takut Arzu mendengar pembahasannya tadi. "Walaikumsa-"
"MAS ARZU! Ini Deminya nyariin dari ta-" Tanpa basa-basi Demi langsung membekap mulut Mbak Uni cepat yang membuat Mbak Uni langsung terbahak karenanya.
"Bohong. Jangan percaya!" Demi menatap Arzu sinis. Takut Arzu kepedean dengan kalimat Mbak Uni barusan.
"Maaf ya, Dem. Tadi ada pasien sampai jam sepuluh malam habis itu diner sebentar."
Di..Dinner?
Sama siapa?
"Sama sia- Eh, yaudah. Gak peduli juga!" Demi mengalihkan wajahnya kearah Mbak Uni agar tak keceplosan kembali.
"Hm..aku istirahat dulu. Besok tolong siapkan baju pergiku yang rapih." Pinta Arzu sambil menaruh jas putihnya disofa.
"Besok kan libur. Mau main golf lagi?" Demi memastikan.
"Nggak. Besok mau lunch sama orang di restaurant biasa."
Deg.
"La..gi?"
"Lagi?"
"Eh, maksudku..yaudah sana tidur! Jangan lupa mandi, badanmu bau banget tau!" Ujar Demi berusaha terlihat tak peduli. Ya tuhan, kenapa sekarang malah jadi timbal balik seperti ini? Dan kenapa sekarang dirinya malah jadi seperti tak terima begini?
"Kenapa Dem?" Arzu memberhentikan langkahnya saat melihat mulut Demi yang sedikit mendumelkan dirinya.
"Hah?"
"Gak papa kan aku sama cewe lain?"
"Ya..yaudah!"
"Bener?"
"Ya bener lah. Kenapa sih?"
Arzu tersenyum kecil dan cepat-cepat membelakanginya. "Bilang aja kali kalau cemburu."
Sial!
__________
ig: shafazuhri
igquotes: sharenja_
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACL(e)OVE
Romance(SEQUEL OF SAH & KALT/Demia Berria.) Ini tentang Arzu, dan Demi. Pertemuan awal bagi Demi, sangat tidak mengenakkan. Apalagi hatinya yang mengatakan Arzu adalah lelaki yang sombong dan angkuh. Buktinya, saat ia memperkenalkan diri sambil menjulurkan...