"Dem." Tiba-tiba saja Rangga mengejutkannya yang sedang melamun dibangku kantor miliknya.
Demi hanya menoleh sambil menaikkan alisnya cepat. "Kok disini?"
Rangga tersenyum. "Iya, tadi liat kamu dari kaca lesu banget. Kenapa? Ada masalah?"
Demi menggeleng.
"Trus?"
"Gak papa." Jawab Demi pelan sambil menopang dagu diatas meja.
"Hm..Dem?"
"Ya?"
"Habis jam selanjutnya langsung pulang, atau-"
"Maunya sih jalan-jalan. Tapi gak tau deh sama siapa. Punya suami tapi sibuknya minta ampun, sampai-sampai waktu buat istri aja gak a-"
"Gimana kalau kulineran sama aku? Hitung-hitung ngurangin bete kamu disini, kan?"
Tepat!
"Hm..boleh! Kemana?" Ya tuhan, senang sekali rasanya bisa membalas semua sifat Arzu akhir-akhir ini yang sudah semena padanya.
"Kemana aja sesuai yang kamu mau."
"Yeyy!!" Demi berjingkrak girang. Toh, bagaimana tak girang, tak ada lelaki satupun yang mengajaknya kulineran kecuali Rangga seumur hidupnya. Lebay memang, tapi memang begitu faktanya.
"Nanti aku tunggu dimobil ya, Dem."
***
Demi tersenyum saat melihat sate kelinci didepannya. Ya, ini pertama kalinya ia memakan sate kelinci diangkringan seperti ini. Apalagi ditambah Rangga yang akan membayar semua makanannya. Lengkap sudah. "Gimana rasanya?"
Demi mengerutkan alisnya cepat. "Sama aja ah kayak sate ayam. Bedanya lebih alot aja. But, over all semuanya enak kok." Jelas Demi tersenyum girang masih sibuk menyantap sate kelinci didepannya.
"Aku kira kamu pernah kesini sama Arzu."
Demi langsung memanyunkan bibirnya sebal saat mendengar nama Arzu. "Jangan sebut nama dia lagi kalau aku lagi seneng kayak gini!" Bentaknya sebal.
"Oh...maaf." Rangga tertawa mendengarnya. "Kamu lagi ada masalah sama dia Dem?"
"Ish, tau ah!" Demi menghentakkan kakinya sebal yang membuat Rangga malah gemas melihatnya.
"Hahaha, maaf-maaf lagian juga dari awal aku udah yakin sih kamu gak bakal tahan lama sama Arzu."
Demi mengerutkan alisnya cepat. "Maksudnya?"
"Eh, eng..engga kok. Gak kenapa-kenapa. Dah, habiskan saja dulu satenya." Jawab Rangga sambil mengalihkan topik pembicaraannya. Huft, hampir saja ia keceplosan. Sungguh, ia akan menjadi orang pertama untuk Demi jika Demi dan Arzu benar-benar akan berpisah.
Iya, ia siap untuk menjadi pengganti Arzu.
Huft, kalau dipikir-pikir juga hidup Demi akan lebih berwarna jika dengan Rangga. Ya, karena memang hanya Rangga yang akhir-akhir ini menemani kehampaan dirinya.
"Sudah, " Demi tersenyum sambil meminum es jeruk didepannya.
"Habis ini mau kemana lagi, Dem?"
Demi melihat jam yang terpampang dilengan kanannya. Masih jam sepuluh. "Hm..kemana aja deh. Intinya, aku belum mau pulang."
***
"Terimakasih ya, Ngga!" Demi tersenyum pada Rangga yang ikut tersenyum sambil melambaikan tangannya dari kaca mobil.
Demi melangkah perlahan kearah lift, sambil menekan tombol lift yang langsung menuju ke lantai tempatnya berada. Sesampainya diatas, ia yakin sekali bahwa Arzu sudah terlelap disana. Ah, semoga saja demikian. Perlahan ia membuka pintu apartmentnya, ruanganpun sudah dimatikan semua lampunya. Membuat Demi semakin yakin bahwa Arzu sudah terlelap dikamarnya.
Tring!
Deg.
Lampu menyala dengan sendirinya.
"Ehem." Suara dehaman siapa lagi kalau bukan Arzu.
"He?" Demi mencari keberadaannya yang tak terlihat. Apa jangan-jangan itu bukan Arzu? Astaga, bagaimana bisa apartmentnya berhantu seperti ini.
"Di sofa."
Ah, selamat.
Demi melangkah malas kearah sofa. Sudah tau sekali, pasti Arzu ingin menasehatinya, lalu bertanya-tanya kenapa baru pulang jam segini.
"Kenapa baru pulang jam segini?"
Benar, kan.
Demi memutar bola matanya tak peduli. "Penting?"
"Dem, ini sudah jam satu malam. Kamu gak takut di apa-apain gitu?" Arzu masih menahan emosinya, tak ingin terlihat kasar didepan wanita keras kepala seperti ini.
"Ya emang siapa juga yang mau apa-apain aku?" Balas Demi tak ingin terihat kalah didepan Arzu.
"Dem, batasnya kan sampai jam sebelas.."
"Ya kamu waktu itu aja balik jam dua!"
"Aku ada meeting, Dem.."
"Bohong banget! Udahlah, aku ngantuk. Mau tidur."
Arzu terdiam.
"Dem."
"Apaan lagi sih?"
"Tadi sama siapa?"
"Rangga lah! Oh ya, aku belom cerita ya. Hmm.. aku sama dia kulineran bareng disekitar sana. Emangnya kamu? Heh? Ajak aku makan aja jarang. Paling juga ujung-ujungnya restaurant itu-itu doang." Jawab Demi ketus sambil melempar tasnya kearah sofa.
Arzu tersenyum. "Sebelumnya maaf belum bisa kayak Rangga. Karena emang disini peranku sebagai Arzu, bukan Rangga yang kamu bela-bela itu. Aku juga lagi banyak kerjaan dirumah sakit. Yah, sekarang terserah kamu mau kayak gimana. Aku ke kamar du-"
"Sebentar!" Potong Demi cepat sambil menarik lengan Arzu yang ingin menjauh.
"Apa?"
"Ya..jelas lah kamu sama Rangga beda! Udah, itu doang. Sana ke kamar. Aku tidur disini!" Demi sedikit mendorong tubuh Arzu agar menjauh dari sofa.
Sungguh, sebenarnya baru kali ini Demi merasa bersalah padanya. Ia tau, kata-kata yang ia lontarkan barusan tak layak untuk diungkapkan didepan Arzu. Apalagi, Arzu adalah suaminya.
"Dikamar. Jangan disini."
"Gak mau!" Tolaknya tak mau kalah. Ia hanya tak ingin dibilang gampang kerayu saja oleh Arzu.
"Dikamar."
"Sofa."
"Kamar."
"Sofa!"
"Kamar, Dem.."
"Sofa, Zu!!"
Arzu menghembuskan nafas pelan. "Ya sudah, siap-siap saja ada hantu yang mengganggumu malam ini lalu menemanimu tidur disofa depan sini.." Ujarnya sambil meninggalkan Demi disofa sendirian.
"ARZU!!" Teriak Demi sebal sambil melempar bantal kearahnya.
______________
ig: shafazuhri
ig quotes: sharenja_
![](https://img.wattpad.com/cover/166359079-288-k198477.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACL(e)OVE
Romance(SEQUEL OF SAH & KALT/Demia Berria.) Ini tentang Arzu, dan Demi. Pertemuan awal bagi Demi, sangat tidak mengenakkan. Apalagi hatinya yang mengatakan Arzu adalah lelaki yang sombong dan angkuh. Buktinya, saat ia memperkenalkan diri sambil menjulurkan...