Sebulan sudah berlalu, ia sangat senang sekali ketika dirinya dinyatakan lulus dan sudah sah menjadi dokter asli. Dan tepat hari ini, hari pertamanya ia pergi kerumah sakit. Sangat senang sekali.
"Terus sekarang mau ngapain?"
"Kerumah sakit, mau dekor ruang kerja biar cute. Sekalian ada perkenalan kesemua dokter dan staff-staffnya." Demi membawa seplastik besar hiasan yang sudah ia pilih untuk menyusun dan mendesain kantor barunya.
"Kurang kerjaan banget. Kalau masuknya Design mah gak papa hias-hias, lah kamu kan dokter ngapain hias-hias." Dyta menatapnya heran. Demi memang sifatnya mirip sekali dengan dirinya sewaktu dulu.
"Udah lah, Mom. Aku pergi dulu, ya? Love you!" Teriak Demi sambil berjalan cepat kearah luar pintu rumah.
***
Demi menyapa sambil tersenyum ke semua dokter dan suster yang sedang lewat didepannya, masa bodo dikata gila atau sok akrab, atau apapun itu, setahu Demi, ia harus bersikap ramah pada orang-orang lama➖senior disini. Apalagi ia masih terbilang junior disini.
"Dem, perkenalkan dirimu dulu ya?" Dokter Albert, salah satu dokter ternama datang dan tersenyum manis kearah Demi.
"Boleh." Jawab Demi antusias.
"Mari ikuti saya." Lanjutnya yang membuat Demi langsung mengikutinya dari belakang.
Sesampainya ditempat yang Dokter Albert tuju, banyak sekali suara riuh yang menggema didalam ruangan saat Demi naik keatas panggung. Benar kata Ibunya, rumah sakit ayahnya ini sudah berbeda sekali dengan beberapa tahun yang lalu. Lebih megah, besar, dan tertata.
"Harap tenang semua." Dokter Albert mengawali, yang membuat satu ruangan terdiam dan langsung menoleh kearah Dokter Albert, dan Demi.
"Perkenalkan, yang disamping saya ini anak dari Pak Diersyad, pemilik rumah sakit ini. Ia dokter baru disini, ayo Dem perkenalkan dirimu."
Demi mengambil nafas panjang perlahan. "Hei, kenalkan. Namaku Demia Berria, biasanya dipanggil Demi. Profesiku disini sebagai dokter anak. Senang bertemu kalian." Tersenyum.
Sebentar, Demi melihat ada seorang lelaki sialan yang senang mengintili dirinya sedang duduk dibangku depan bersama dokter-dokter ternama lainnya. Hei, ngapain ada Arzu disana? Apakah dia berperan penting dalam rumah sakit ayahnya ini? Kenapa duduknya paling depan? Karena, setahu Demi yang duduk didepan adalah dokter-dokter hebat yang sudah sangat profesionalitas dalam mengatasi segala penyakit. Ah, masa bodo. Tak pening juga memikirkan siapa Arzu dalam kondisi seperti ini.
"Baik. Ada yang mau ditanyakan?"
Hening.
"Baiklah, kalau begitu kita akhiri perkenalan ini. Mohon kepada semuanya, sehabis ini balik keruangan masing-masing dan melaksanakan tugas kembali. Terimakasih." Lanjut Dokter Albert yang membuat semua dokter dan suster langsung meninggalkan ruangan dengan rapih.
***
Setelah perkenalan dirinya dihadapan para dokter junior dan senior, Demi langsung kembali keruangannya.
"Dem." Tiba-tiba saja, Dokter Fredericko, direktur rumah sakit The Crilyant datang bersama seorang perempuan muda disampingnya. Diers (Ayah Demi), sengaja memilih Dokter Fred untuk menjadi direktur rumah sakitnya karena pernah berjuang membantu melawan kanker yang menjalar ditubuhnya.
"Iya?"
"Ehm, maaf tiba-tiba datang. Kenalin, ini Adiva, asisten kamu disini."

KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACL(e)OVE
Romantik(SEQUEL OF SAH & KALT/Demia Berria.) Ini tentang Arzu, dan Demi. Pertemuan awal bagi Demi, sangat tidak mengenakkan. Apalagi hatinya yang mengatakan Arzu adalah lelaki yang sombong dan angkuh. Buktinya, saat ia memperkenalkan diri sambil menjulurkan...