"Memangnya kamu tadi belum makan?" Tanya Arzu menatap Demi yang sedang menangis didepannya. Iya, Demi menangis karena kelaparan dan kesal dengan dirinya yang amat sangat gengsian itu.
Demi menggeleng.
"Yaudah, jangan nangis lagi. Kan udah aku buati empat grilled cheese. Gih, makan. Keburu dingin." Arzu sedikit menggeser piring yang berisi grilled cheese buatannya agar lebih mendekat kearah Demi.
Demi mengambilnya dan memakannya secara perlahan. Namun, lama-kelamaan gerakan perlahannya berubah menjadi seperti orang yang kelaparan. Astaga, baru kali ini Arzu menemukan perempuan yang gengsinya besar sekali. Ia tak habis pikir lagi dengan Demi. Arzu masih memperhatikan Demi dan grilled cheese buatannya yang hanya beberapa menit saja sudah habis dilahap cepat oleh perempuan kelaparan didepannya ini.
"Kalau sudah selesai makan jangan lupa minum." Ujar Arzu sambil berdiri dan berlalu pergi. Namun, baru saja Arzu berjalan selangkah, Demi sudah menarik lengannya cepat.
Arzu mengerutkan alisnya cepat. "Apa?"
"Ehm..kapan-kapan jalan-jalan, yuk?" Demi sedikit tersenyum kikuk kearah Arzu yang masih bingung dengan ajakannya barusan.
"Jalan-jalan?"
"Iya, Zu. Di Paris lagi musim dingin, loh! Kita juga gak perlu takut kesesat, ada temanku yang tinggal disana." Ujar Demi cepat-cepat menunjukkan isi handphonenya pada Arzu yang berisi suasana Eropa saat musim dingin.
"Aku lagi banyak tugas. Kamu aja sana ajak temen kamu rame-rame, ntar aku yang bayarin."
Demi mengecap sebal. "Ish! Pasti pada gak mau lah!"
"Tau dari siapa kalau temen-temenmu pada gak mau?"
"Ya kejauhan, Zu. Gimana sih!" Demi mengerutkan alisnya sebal sedikit berintonasi tinggi.
"Yaudah, tunggu liburan akhir bulan berarti." Jawab Arzu masih santai.
"Kelamaan, ish! Gak asik banget sih jadi orang!" Demi kembali mengecapkan lidahnya sebal sambil menyilangkan tangannya didada.
Arzu menghembuskan nafas pelan sambil menatapnya malas. "Trus maunya gimana?"
***
Toh, ternyata kerewelan Demi meminta jalan-jalan ke Prancis karena dirinya yang masih lapar dan belum puas dengan empat grilled cheese yang sudah Arzu buatkan untuknya. Sangat tidak nyambung sekali memang. Arzu juga tak habis pikir lagi dengan Demi yang jika sedang lapar selalu marah dan mencari alasan agar dirinya peka.
Disinilah mereka sekarang.
Di rooftop apartment sambil menyantap steak koki senior milik apartmentnya. Untung juga, sang koki belum pulang kerumahnya dijam sepuluh malam ini. Jadi Arzu tak perlu capek-capek untuk bersiap makan malam direstaurant yang Demi inginkan.
Arzu menatap Demi yang dalam hitungan menitnya selalu menambah steak didepannya. Sekarang ia benar-benar seperti orang yang belum makan selama seminggu. "Sudah kenyang?" Arzu menatapnya penuh keanehan.
Demi menggeleng.
"Okey..."
Ya, ini yang Arzu bosankan. Harus menemani Demi makan sampai ia benar-benar kenyang. Jika ditinggalkan ia akan menangis dengan pipi yang menggembung karena steak yang masih ia kunyah didalam mulut belum sepenuhnya habis.
"Sudah?"
"Emm.." Demi menggeleng kembali sambil memanyunkan bibirnya sebal karena Arzu yang terus-terusan bertanya.
"Okey..."
Bisa dibilang Arzu sudah menunggu Demi sejam hanya untuk makan saja. Ya tuhan, butuh waktu berapa lama lagi ia bisa pergi dari rooftop ini?
"Bawa saja makanannya kedalam. Jangan disini."
Demi menghentikan kegiatan makannya dan langsung menatap Arzu kesal. "Ya emang kenapa sih makan disini? Ha?!"
"Ya..gak papa." Arzu sedikit melunak dan pasrah dengan Demi. Yah, daripada wanita satu ini marah lagi padanya, kan? "Dem, kalau gitu aku masuk duluan boleh ga-"
"ARZU! KAMU GAK BOLEH KEMANA-MANA SAMPAI AKU SELESAI MAKAN!!!"
***
"Dem, aku balik malam ya hari ini. Kalau mau makan ada frozen food dikulkas tinggal kamu panasin sendiri. Jangan sampai kelaparan kayak kemarin la-"
"Hari ini aku juga pulang malam kali." Ketus Demi memotong pembicaraan dari Arzu.
"Kamu? Pulang malam?"
"Iya! Emang kamu doang?!"
Arzu mengerutkan alisnya cepat. "Alasan kamu pulang malam apa?" Kini nada bicara Arzu berubah menjadi dingin.
"Ya kamu kira aku gak bisa pulang malam kayak kamu?!" Demi sedikit menaikkan intonasi suaranya, sedikit takut pula karena menyadari nada bicara Arzu yang berubah tak seperti biasanya.
"Aku pulang malam ada alasannya. Aku meeting dengan dokter-dokter senior di rumah sakit ayah kamu. Lah, kamu?" Arzu sengaja tak menatap wajah Demi, menunjukkan rasa marahnya.
"Ya aku hangout lah sama teman-teman aku!" Balasnya tak mau kalah dengan Arzu.
Arzu menghembuskan nafasnya pelan, sebenarnya ia malas sekali jika berdebat dengan Demi yang memiliki sifat tak mau kalah dan egois seperti ini. "Ya sudah. Terserah." Balas Arzu dingin sambil meninggalkan Demi didepannya.
"Bilang aja kali kalau mau jalan sama cewek baru kamu itu!"
Langkah Arzu terhenti. Wajahnya lebih dingin dari yang sebelumnya. "Dem.."
"Apa?!" Matanya melotot.
"Yang ada tuh kamu yang jalan bareng Angga. Kalau sudah pernah lihat aku jalan sama ceek lain baru kamu boleh ngomong kayak gitu."
"Loh? Bukannya waktu itu kamu bilang sendiri kalau kamu jalan bareng temen kantor kamu?! Hah?! Ya kan?! Trus tau darimana juga coba aku jalan sama cowo lain? TAU DARIMANA?!" Kini malah Demi yang tak bisa mengontrol emosinya.
Arzu tersenyum licik. "Yang kemarin dianter pulang tengah malem. Itu siapa? Cowok, kan? Apa banci?"
Deg.
Demi sedikit mengalihkan pandangannya dari Arzu. "Ya..i..itu temen lah!"
"Temen? Oh.."
"Bukannya kamu juga bilang kalau sekarang kita terserah mau ngapain aja dan kemana aja, gak peduli satu sama lain. Mau jalan sama cewe kek cowo kek, yang penting tau batas. Kok sekarang malah kamu yang kayak cemburu gitu? Aneh! Suka bilang aja kali!"
"Kamu mau aku gak peduli sama kamu? He? Bisa. Gampang. Fine. Kita mulai dari detik ini." Arzu menatap jam tangannya yang melingkar dipergelangan tangannya.
"Ini juga apartmentku kali, bukan apartmentmu. Tanpa aku mana bisa kamu tinggal disini. Paling juga tinggal dikolong jembatan. Ew!"
"Dem.."
"Pergi aja sana yang jauh! Gak usah balik lagi. Inget, GAK USAH BALIK LAGI!" Teriak Demi penuh emosi yang membuat Arzu langsung menatapnya tajam.
"Dem.."
"APA?!"
"Kali ini kamu sudah membuat kesabaranku habis."
__________________
ig: shafazuhri / sharenja_

KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACL(e)OVE
Romansa(SEQUEL OF SAH & KALT/Demia Berria.) Ini tentang Arzu, dan Demi. Pertemuan awal bagi Demi, sangat tidak mengenakkan. Apalagi hatinya yang mengatakan Arzu adalah lelaki yang sombong dan angkuh. Buktinya, saat ia memperkenalkan diri sambil menjulurkan...