“Mau makan apa?”
Sesuai janji kemarin malam di restoran, Itachi menjemput calon istrinya di tempat kerja untuk makan siang. Setelah Sakura duduk dengan nyaman di kursi penumpang, pria itu segera melajukan mobilnya. Itachi menatap Sakura yang tengah berpikir keras. Ekspresi lucu gadis tersebut membuatnya tersenyum kecil.
“Aku ingin sushi,” ucap Sakura setelah berpikir begitu lama.
Itachi terkekeh. “Kamu begitu lama memikirkan ingin makan apa, tidak kusangka kalau akhirnya hanya makan sushi.”
Sakura memerah malu. Ia menggigit bibir bawahnya. “Ada terlalu banyak makanan yang ingin aku makan. Wajar bila aku cukup lama berpikir.”
Itachi mengangguk paham.
“Um… boleh aku memanggilmu kak Itachi?” Sakura bertanya dengan ragu sambil mengelus pipi dengan telunjuknya. “Maksudku, umurku dan umurmu terpaut tujuh tahun. Aku tidak mungkin memanggilmu hanya dengan nama.”
Itachi tersenyum. “Panggil sesukamu saja.”
Setelahnya hening, tidak ada lagi percakapan. Pria itu membawa Sakura menuju sebuah restoran sushi yang cukup ramai. Setelah mendapat lahan parkir, Itachi mengajak Sakura untuk mencari tempat duduk.
Pelayan segera menghampiri dan menyerahkan buku menu pada mereka berdua. Mata Sakura menjelajah dengan binar riang. Ia memang sangat lapar karena tadi pagi tidak sempat untuk sarapan. Gambar makanan pada buku menu sudah sangat membangkitkan nafsu makan Sakura.
Setelah menyebutkan pesanan pada pelayan, gadis itu menatap Itachi yang tengah memandangnya lekat. “Ada yang salah dengan wajahku, kak?”
Itachi mengernyit kening. “Aku tidak tahu kalau kau begitu ekspresif. Kemarin kau hanya duduk diam dengan kaku saat makan malam bersama.”
Bibir Sakura mengerucut. “Jelas saja. Aku begitu syok saat tahu harus dijodohkan. Nenek Chiyo tidak mengatakan hal aneh apapun padaku sebelum mengajakku makan bersama.”
Itachi tertawa kecil. Pria itu tampak maklum mendengar keluhan yang terucap dari bibir Sakura.
“Kupikir kakak hanya bisa menampilkan wajah dingin,” sahut Sakura tiba-tiba.
“Kenapa begitu?”
“Selama makan malam kemarin, kakak hanya satu kali tersenyum. Aku tidak menyangka kalau ternyata kakak begitu ramah,” jelas Sakura.
Itachi urung menjawab saat pelayan mengantarkan makanan. Setelah semua pesanan sudah berada di atas meja, pelayan tersebut pamit undur diri. Itachi bisa melihat binar ceria di bola mata gadis tersebut. Sakura segera mengambil sumpit dan memasukkan sepotong sushi ke dalam mulutnya tanpa mempedulikan Itachi.
“Aku rasa jatuh cinta padamu tidak akan sulit,” ucapan Itachi mengudara saat Sakura tengah melahap sushi. Sakura terbatuk hebat. Ia jelas tidak menyangka bahwa Itachi akan bicara seperti itu.
Pria itu tersenyum lebar mendapati Sakura yang tersedak akibat ulahnya. Ia menyodorkan minuman pada Sakura yang masih belum bisa menghentikan batuknya.
“Makan pelan-pelan, Sakura. Aku tidak ingin calon istriku tersedak karena ulahnya sendiri,” Itachi berujar dengan nada menggoda.
Sakura melotot. Matanya sedikit berair akibat batuk. Setelah meminum minuman yang Itachi sodorkan, gadis itu menatap Itachi dengan raut kesal. “Kakak sengaja, ya?”
“Sengaja bagaimana?”
Pertanyaan polos Itachi membuat mata Sakura menyipit. “Kakak sedang menggodaku. Aku jelas tidak akan tersedak jika kakak tidak bicara aneh-aneh seperti tadi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING✓
Fanfiction"Jangan kau pikir pernikahan ini akan berakhir bahagia," adalah komentar Itachi saat memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. Sakura tidak pernah tahu mengapa Itachi begitu membencinya. Pria itu berubah hanya dalam hitungan detik setelah mereka...