"Aku baru tahu kau sudah kembali ke Korea sejak dua hari lalu," komentar Jun Woo ketika mendapati Naruto yang membuka pintu.
Naruto jelas terkejut saat mendapati anak dari atasan ayahnya tengah duduk di ruang kerja miliknya. Terlebih ini baru jam tujuh pagi. "Apa yang kau lakukan disini?"
Jarak umur yang tidak begitu jauh membuat kedua orang ini cukup akrab menjalin persahabatan. "Kau memiliki seorang pasien bernama Sakura Uchiha yang masuk kemarin malam?"
"Apa dia kekasih gelapmu? Apakah kau bermain mata dengan istri orang?" Pertanyaan yang diajukan Naruto terdengar penuh nada antusias. Pasalnya Jun Woo jarang memiliki seorang wanita yang cukup dekat di sisinya.
Jun Woo sebenarnya cukup malas menemui Naruto yang bermulut besar dan penuh rasa ingin tahu. Namun ia jelas paham bahwa hanya laki-laki ini yang bisa diandalkan sekarang. "Kau jawab dulu pertanyaanku."
Naruto mendengus. Ia memilih duduk di kursi yang berhadapan dengan Jun Woo sebelum matanya menyipit, seperti menggoda. "Pasien bernama Sakura Uchiha berada di bawah tanggung jawabku. Jadi, apakah benar bahwa ia kekasih gelapmu? Oh!" Mendadak Naruto terkesiap karena menyadari satu hal penting. "Janin yang dikandungnya adalah anakmu?"
Sepatu yang dipakainya melayang ke arah wajah Naruto. Sayangnya laki-laki itu begitu gesit untuk menghindar. "Jun Woo, anakmu baru saja keguguran," ia berucap dengan wajah pias.
"Apa?!"
"Kau mendengarku," Naruto memprotes. Ia mengetukkan jarinya di meja. "Kau cukup gila karena menjadikan istri orang sebagai kekasihmu. Lebih kacau lagi, kau sudah menghamilinya. Berita paling buruk kau bahkan kehilangan anakmu yang belum lahir. Apa yang akan kau lakukan sekarang?"
Jun Woo bahkan tidak sempat mengkonfirmasi kesalahpahaman yang Naruto ucapkan. Pikirannya sudah berhenti lebih dulu ketika mendengar Sakura keguguran. Adiknya baru saja berbahagia dengan kehamilan yang baru diketahui kemarin pagi. Jun Woo bahkan masih mengingat dengan jelas pelukan penuh suka cita yang Sakura alamatkan padanya.
Sekarang?
Astaga. Adiknya tiba-tiba saja mengalami keguguran. Meski Jun Woo tidak bahagia mengetahui adiknya hamil, bukan berarti ia akan senang mendengar berita Sakura mengalami keguguran. "Bagaimana bisa keguguran?" ia bertanya dengan nada lirih. Wajahnya turut pucat.
Mau tidak mau, Naruto merasa kasihan melihat sahabatnya. "Ia mengalami benturan yang cukup keras pada perutnya. Selain itu, tingkat stress cukup mempengaruhi kehamilannya sehingga kandungannya yang memang pada dasarnya sudah lemah menjadi semakin lemah. Apa kau tahu bahwa ia mengkonsumsi obat tidur dalam beberapa hari terakhir?"
Jun Woo menggeleng.
"Kandungan dari obat tidur yang diminumnya tidak bagus untuk janin. Sepertinya wanitamu juga tidak sadar bahwa ia sedang hamil selama minum obat tersebut," keluh Naruto.
Keheningan merambat cukup lama hingga suara Jun Woo kembali terdengar. "Kau bilang bahwa ia mengalami benturan pada perut? Apa itu penyebab utamanya?"
"Seperti yang aku katakan, kandungannya memang sudah lemah karena sepertinya ia mengalami depresi berat sebelumnya. Benturan ringan tersebut ibarat klimaks yang memperparah kondisi kehamilannya," Naruto masih berusaha menjelaskan dengan sabar. Bagaimanapun juga Jun Woo merupakan ayah dari janin tersebut. Naruto berpikir bahwa Jun Woo harus mengetahui kondisinya secara detail.
Jun Woo termenung. Selama penyadapnya terpasang, Jun Woo hanya tahu bahwa Sakura pernah mencoba bunuh diri satu kali. Namun keceriaan yang ditampilkan Sakura selama bersamanya, membuktikan seakan Sakura baik-baik saja. Sakura tidak seperti orang yang sedang depresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING✓
Fanfic"Jangan kau pikir pernikahan ini akan berakhir bahagia," adalah komentar Itachi saat memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. Sakura tidak pernah tahu mengapa Itachi begitu membencinya. Pria itu berubah hanya dalam hitungan detik setelah mereka...