Siang itu, Itachi tengah sibuk membaca berkas-berkas penting yang akan digunakan untuk meeting. Pintu kantornya terbuka tanpa ada suara ketukan terlebih dulu. Tidak perlu mendongak, Itachi tahu bahwa hanya kakeknya yang akan bertingkah seperti itu.
“Kamu tidak mengajak Sakura makan siang sejak kemarin,” protes kakeknya. Pria itu menduduki kursi yang berada di hadapan Itachi.
“Aku sibuk, kakek. Ada begitu banyak jadwal yang bahkan menyita waktu makan siangku,” meski Itachi menjelaskan, matanya tidak berhenti menatap file yang berada di tangannya.
Hashirama mendengus kesal. “Karena kau beralasan seperti itu, mulai besok aku akan menyuruh Sakura untuk ke kantor.”
Itachi mengernyitkan kening. Ia mendongakkan kepalanya untuk menatap Hashirama. “Untuk apa?”
“Tentu saja untuk menemanimu makan siang. Aku akan katakan pada Sakura bahwa kau terlalu gila kerja hingga lupa waktu makan,” begitulah putus Hashirama.
Itachi menggelengkan kepalanya. “Kasihan bila Sakura harus ke kantorku setiap hari. Jaraknya lumayan jauh.”
“Tidak apa. Kakek akan siapkan supir untuk mengantar dan menjemput Sakura setiap jam makan siang. Kakek akan hubungi Chiyo dulu,” ucap Hashirama sebelum mengambil ponsel dan menelpon nenek Sakura.
Itachi hanya diam mendengarkan kalimat kakeknya. Pria itu paham bila ia tidak mungkin membantah kata-kata Hashirama. Oleh karena itu, ia membiarkan kakeknya berbincang di telepon sementara ia kembali membaca file yang menjadi penentu menang atau tidaknya perusahaan atas tender nanti sore.
Hashirama tersenyum sangat lebar. “Mulai besok Sakura akan kesini. Chiyo juga mengatakan bahwa Sakura akan memasak dan membawa makan siang untukmu. Memang calon istri terbaik,” ucap kakek Itachi sebelum tertawa senang.
“Makanannya bisa dimakan, kan?” Pertanyaan Itachi hanya bertujuan untuk menggoda kakeknya yang tampak senang berlebihan.
“Tidak sopan!” Keluh Hashirama. Meski begitu, pria itu tampak berpikir sejenak. “Kuharap ia tidak hanya bisa makan, namun bisa memasak juga. Jika benar ia pandai memasak, Sakura akan menjadi calon istri terbaik untukmu. Kau harus mengucapkan banyak terima kasih untuk kakek.”
Itachi tertawa kecil. “Aku bertaruh kalau Sakura pandai memasak.”
“Kenapa bisa seyakin itu?” Hashirama mengernyit bingung dengan keyakinan cucunya.
Senyum lebar Itachi menampakkan bahwa ia sangat bahagia. “Karena aku adalah calon suaminya.”
Hashirama turut tersenyum lebar. “Katakan pada kakek bahwa kau mulai memiliki perasaan pada Sakura. Benar, kan?”
“Bukan hal sulit untuk jatuh cinta pada Sakura.”
Jawaban Itachi jelas membawa kehebohan bagi Hashirama siang itu. Meski Itachi mengusirnya paksa dari ruangan dengan alasan harus membaca file penting untuk rapat, Hashirama tidak kesal. Pria itu keluar ruangan dengan senyum yang sangat sumringah.
“Kuharap mereka cepat punya cucu,” ucapnya dengan perasaan bahagia.
.
Sakura menatap ponselnya dengan raut kecewa. Itachi baru saja menghubunginya dan mengatakan bahwa ia tidak bisa menjemputnya. Gadis itu melangkahkan kakinya keluar dari lobi kantor dengan gurat kekecewaan yang kentara.
“Sakura.”
Panggilan itu menghentikan langkah Sakura yang tengah berjalan menuju halte bus. Gadis itu mendapati sosok kakak sepupunya sedang tersenyum tipis di dekat motor yang ia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING✓
Fiksi Penggemar"Jangan kau pikir pernikahan ini akan berakhir bahagia," adalah komentar Itachi saat memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. Sakura tidak pernah tahu mengapa Itachi begitu membencinya. Pria itu berubah hanya dalam hitungan detik setelah mereka...