Sakura bangun dengan linglung. Tidak ada sosok Itachi yang tadi pagi bersamanya. Berpikir bahwa kejadian sebelumnya hanya mimpi membuat Sakura menghela nafas kecewa. Ia mendudukkan dirinya di kasur sebelum menyadari bahwa tubuhnya dalam keadaan polos dan penuh bercak kemerahan.
Wajah Sakura menghangat. Ia tidak bermimpi. Itachi benar-benar melakukannya dengan lembut tadi pagi. Mengulum senyum, Sakura memutuskan untuk bangkit dari tidurnya. Ia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh.
Baru selesai mandi, Sakura berniat mencari Itachi sebelum dering ponselnya berbunyi. Layar ponselnya menampilkan nama Sasori di sana.
"Sakura, bagaimana kalau menginap nanti malam?" Yang terdengar adalah suara ramah Hinata.
Sakura meringis, membayangkan sosok Itachi yang akan murka jika mengetahui ia berniat menginap di rumah Sasori. "Kurasa tidak bisa, kak. Itachi sepertinya tidak akan mengizinkan."
Hinata mendengus kesal. "Baiklah. Bagaimana jika hari ini kita pergi berdua? Tidak masalah asalkan tidak menginap, bukan? Besok pagi kami sudah harus kembali ke Jepang."
Ajakan Hinata terdengar menggoda. Sayangnya Sakura tidak bisa segera menyetujui meskipun ingin. Ia menggigit bibir bawahnya sebelum berkata, "Akan aku usahakan. Aku harus bertanya dulu. Nanti aku akan hubungi kakak lagi, bagaimana?"
Suara Hinata yang menyatakan setuju menjadi penutup percakapan. Sakura menghela nafas, membayangkan apa yang akan menjadi reaksi Itachi jika ia mengatakan hendak pergi bersama Hinata. Suaminya jelas terlihat tidak menyukai tunangan kakaknya tersebut.
Sakura melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Biasanya Kisame sudah mengantarkan sarapan pagi untuknya ke kamar. Namun hari ini Sakura mendapati meja nakasnya dalam keadaan kosong. Mungkin karena ia bangun lebih pagi dari biasanya.
Langkah Sakura terhenti saat menemukan sosok Itachi yang duduk tiga meter dari tempatnya berdiri tengah menyantap sarapan pagi. Kisame yang menyadari kehadiran Sakura mendadak panik. "Ini masih jam tujuh pagi. Tidak biasanya nyonya sudah bangun. Apa nyonya kelaparan karena kemarin tidak dibangunkan saat jam makan malam?"
Pertanyaan Kisame membuat mata Itachi memicing tajam. "Kenapa kau tidak makan?"
"Eh?" Sakura terkesiap saat Itachi melempar pertanyaan padanya. Ia menggaruk pipinya dengan telunjuk sebelum menjawab, "Aku tidak lapar?"
Entah mengapa jawaban Sakura lebih terkesan bertanya. Sakura tersenyum kaku sebelum memilih duduk di meja yang sama dengan Itachi. Hidungnya mencium aroma yang tidak berselera dalam sekejap.
Sakura merasa perutnya bergejolak. Tiba-tiba saja ia bangkit dan berlari menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur. Itachi jelas terkejut dengan gerakan Sakura yang mendadak. Sakura belum makan apapun namun sudah memuntahkan seluruh isi perutnya. Itachi yang memilih mengikuti Sakura, berdiri di belakang istrinya yang tengah menunduk di wastafel.
"Itu karena kau tidak makan kemarin," Itachi mengeluhkan sikap Sakura. Meski begitu, ia memijat tengkuk istrinya dengan lambat.
Sakura tidak mengindahkan kata-kata suaminya. Ia masih berusaha mengeluarkan isi perutnya karena perasaan tidak nyaman itu masih terasa.
Teriakan Itachi yang memerintahkan Kisame untuk menyuruh asisten rumah tangga membuat minuman hangat, tidak diperhatikan Sakura. Ia baru sadar ketika sebuah cangkir diarahkan kepadanya.
"Minum dulu," ucap Itachi.
Sakura masih merasa mual. Meski begitu tidak ada lagi yang bisa dikeluarkan dari lambungnya. Ia memilih menerima cangkir yang diberikan untuknya. "Terima kasih," ucapnya pelan sebelum menyesap lambat-lambat isi minumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING✓
Fiksi Penggemar"Jangan kau pikir pernikahan ini akan berakhir bahagia," adalah komentar Itachi saat memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. Sakura tidak pernah tahu mengapa Itachi begitu membencinya. Pria itu berubah hanya dalam hitungan detik setelah mereka...