Setelah memoles lipstik pink di bibir, Sakura merapikan kemeja kerja yang di pakainya. Ia mematut diri di hadapan cermin sejenak. Merasa sudah siap, gadis itu keluar dari kamar menuju ruang makan.
Biasanya Sakura dan neneknya hanya makan berdua. Maka dari itu, Sakura begitu heran saat mendengar suara percakapan dari arah ruang makan. Suara neneknya dan suara laki-laki. Bola mata Sakura membulat. Meski baru bertemu, Sakura hafal suara tersebut.
Suara Itachi. Calon suaminya.
Langkah Sakura berubah cepat. Ia harus mendengar apa yang mereka bicarakan. Sakura jelas takut bila Itachi mengadukan hal kemarin pada neneknya. Meski pria tersebut sudah berjanji untuk merahasiakannya, Sakura tidak segera mempercayai kata-katanya.
Chiyo menghentikan kalimatnya saat melihat Sakura datang dengan wajah pucat. “Kamu kenapa, Sakura?”
Gadis itu menggeleng. Ia jelas tidak bisa mengatakan alasannya karena neneknya akan murka. Mata hijau Sakura memandang Itachi yang tengah tersenyum tipis. “Kak Itachi kenapa disini?”
Chiyo mendelik tidak suka. “Bicara yang sopan dengan calon suamimu, Sakura.”
“Tidak apa, nek. Kurasa Sakura terkejut dengan kedatanganku,” ucap Itachi sambil tertawa kecil. “Aku tidak mengatakan pada Sakura bahwa aku akan mengantarnya ke kantor.”
“Kakak mau mengantarku?” Sakura menatap Itachi lekat-lekat, seolah tidak menyangka bahwa pria tersebut akan repot-repot datang ke rumahnya demi menjemput dan mengantarnya bekerja.
“Aku harus memperbanyak waktuku dengan calon istriku, bukan?”
Chiyo tertawa senang. “Memang tidak salah aku menjodohkan Sakura denganmu, Itachi,” komentar nenek Sakura.
Sakura merengut. Ia jelas tahu bahwa Itachi tengah menggodanya di depan neneknya dengan memanggilnya calon istri. Ia lebih memilih duduk di kursi makan setelah berdiri cukup lama. “Nenek aku ambilkan nasi dan lauk, ya?” Sakura berucap sambil mengambil sebuah piring dan mengisinya.
Chiyo menatap Sakura dengan pandangan penuh terima kasih. Namun mata wanita tersebut menyipit saat Sakura telah mengambil piring lain, mengisinya, dan bersiap menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. “Itachi tidak sekalian diambilkan?”
Sendok makan Sakura berhenti di udara. Giok hijau gadis itu mendapati tatapan tajam neneknya dan senyum geli di wajah Itachi. “Aku harus ambilkan buat kak Itachi?”
Pertanyaan Sakura dijawab dengan pelototan tajam neneknya. Sakura meringis. Neneknya memang tegas. Meski begitu, Sakura tahu bahwa neneknya sangat menyayanginya.
Dengan malas, Sakura mengambil sebuah piring lagi. Ia mengisi dengan berbagai lauk yang terhidang sebelum menyerahkan piring tersebut kepada Itachi yang duduk di hadapannya.
Itachi masih tersenyum geli. “Terima kasih, calon istriku,” ucapnya dengan nada yang kembali menggoda Sakura.
Kening Sakura semakin berkerut. Tidak menyangka bahwa sosok dingin tersebut senang sekali menggodanya.
Chiyo sendiri sudah tersenyum lebar melihat interaksi Itachi terhadap cucunya. Sakura jelas merupakan cucu kesayangan Chiyo meski wanita tua tersebut sangat membenci ibu Sakura.
“Makan yang banyak, Itachi. Jika kurang, minta Sakura untuk mengambilkannya lagi,” ucap Chiyo.
Sakura yang tengah mengunyah makanan, merengut. “Kak Itachi bisa ambil sendiri, nek. Yang pertama kan sudah aku ambilkan,” protesnya.
“Kamu itu calon istri Itachi. Jadi kamu harus mulai terbiasa melayani Itachi,” nada suara Chiyo terdengar tidak menerima bantahan dari Sakura.
Gadis itu hanya bisa menghela nafasnya. Ia mengabaikan kata-kata neneknya dan lebih memilih fokus pada piringnya sendiri. Meski merasa kesal, selera makan Sakura tetap tidak berkurang. Ia makan dengan lahap. Membuat Itachi tidak berhenti memandangi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING✓
Fanfiction"Jangan kau pikir pernikahan ini akan berakhir bahagia," adalah komentar Itachi saat memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. Sakura tidak pernah tahu mengapa Itachi begitu membencinya. Pria itu berubah hanya dalam hitungan detik setelah mereka...