Itachi menatap ponsel yang berada dalam genggamannya. Dua hari di Korea membuat pikirannya semrawut. Pada akhirnya, setelah bicara dengan Sakura membuat Itachi merasa sedikit tenang.
Itachi menghela nafasnya dengan kasar. Suasana hiruk-pikuk bandara tidak membuatnya berhenti memikirkan penyebab ia datang ke Korea.
Ia memang tidak berhasil menemui wanita yang sudah membunuh keluarganya. Namun Itachi mengetahui bahwa orang yang menyembunyikan wanita tersebut memang benar berasal dari kalangan penting.
Berbekal nama yang didapatkannya, Itachi menghabiskan waktunya untuk mencari informasi detail orang tersebut. Sejauh ini, Itachi hanya bisa bertemu dengan bawahannya. Itulah sebab Itachi merasa frustasi.
Pundaknya kembali ditepuk. Isyarat itu membuatnya paham bahwa kali ini ia harus benar-benar pulang. Meski enggan meninggalkan masalah ini menggantung, Itachi tetap tidak mau membuat pernikahannya batal dikarenakan ia tidak hadir.
Dengan langkah berat, Itachi berjalan pulang.
.
Pagi ini begitu meriah. Sakura sudah didandani dengan cantik. Kini ia tengah duduk di depan meja rias, mematut wajah yang sudah dipoles mempesona. Sakura tersenyum, tidak menyangka bila akhirnya ia akan menikah dengan Itachi.
Ketukan pintu terdengar. Sakura tidak sempat menjawab dikarenakan pintunya terbuka lebih dulu. Sosok Sasori berdiri disana. Pria itu menatapnya terperangah sebelum tersenyum tipis.
“Ternyata adikku bisa secantik ini,” komentar Sasori setelah menghampiri Sakura dan berdiri di sebelahnya. Tangan pria itu mengelus pundak Sakura.
“Aku memang cantik kak,” balasnya sambil memeletkan lidah. Tidak tersinggung karena ia tahu Sasori hanya bercanda.
Tawa lepas terdengar dari sepupu Sakura. Ia menatap Sakura sebelum mengelus pipi adiknya, “Kau sudah siap? Acaranya akan dimulai sebentar lagi.”
Sakura mengangguk. Ia memeluk Sasori sebelum berkata, “Terima kasih, kak, sudah menemuiku. Sejujurnya aku begitu gugup hari ini,” tawa terdengar di sela-sela ucapannya. Hanya sebentar sebelum suara Sakura berubah muram, “Aku bahkan tidak punya ayah yang akan mengantarkan aku ke altar.”
Tangan besar Sasori mengelus punggung adiknya. “Meski begitu, kau masih memiliki ayahku sebagai pamanmu. Kau juga punya kakak yang tampan dan selalu siap membantumu.”
“Dasar narsis,” Sakura mengeluh. Meski begitu ia tersenyum. Sakura melepas pelukannya. “Kakak benar. Aku beruntung memiliki kalian semua meski tidak ada sosok ayah di sampingku.”
Sasori tahu bahwa Sakura menahan pedih. Ia mengalihkan pembicaraan, “Sudah waktunya. Kau mau turun atau kubawa kabur dari pernikahanmu?”
Gadis itu tertawa. “Kalau harus kabur, aku lebih memilih kabur bersama kak Itachi dibanding dengan kakak.”
Terkekeh menjadi balasan Sasori. Setelah itu mereka berdua lekas keluar dari kamar Sakura dan bersiap. Pernikahan diadakan di gereja kecil dekat rumah Sakura.
Sakura menatap pamannya yang tersenyum hangat. Pria itu memberikan lengannya untuk Sakura gandeng.
“Paman, kumohon tangkap aku bila jatuh,” pinta Sakura sebelum melangkahkan kakinya.
Paman Sakura mengelus punggung tangan keponakannya. “Aku tidak akan membiarkanmu jatuh,” ucapnya penuh kasih sayang. “Sakura, hiduplah bahagia. Maafkan aku karena gagal melindungi ibumu. Kali ini, bila kau butuh penopang, datanglah padaku. Aku tidak ingin menemui Mebuki dengan rasa malu karena telah gagal menepati janji untuk menjagamu dengan baik.”
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING✓
Fanfiction"Jangan kau pikir pernikahan ini akan berakhir bahagia," adalah komentar Itachi saat memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. Sakura tidak pernah tahu mengapa Itachi begitu membencinya. Pria itu berubah hanya dalam hitungan detik setelah mereka...