Sakura bangun dalam keadaan tidak berpakaian. Tubuhnya menggigil merasakan dinginnya ruangan. Mata gadis itu menatap sosok Itachi yang berbaring damai di sebelahnya, seolah kebejatan yang ia lakukan tidak pernah terjadi.
Sakura menggerakkan tubuhnya sebelum meringis. Seluruh tubuhnya, terutama bagian bawahnya, terasa ngilu dan perih. Meski begitu, ia tetap memaksakan tubuh telanjangnya untuk beranjak menuju kamar mandi.
Dengan langkah tertatih, Sakura berhasil mencapai pintu kamar mandi dalam waktu tujuh menit. Ia masuk dalam kamar mandi sebelum menyalakan kran bathub.
Sakura menceburkan dirinya ke dalam bathub yang sudah terisi setengahnya. Ia menatap tubuhnya yang penuh dengan bekas kemerahan. Sakura mengusap tubuhnya sambil terisak lirih.
Demi Tuhan! Sakura memang sudah memiliki rasa cinta untuk Itachi. Namun bukan berarti ia setuju dipaksa melayani suami yang selalu ringan tangan padanya.
Sakura merasa hancur saat kepercayaan yang ia alamatkan pada Itachi berbuah pilu. Tidak hanya fisiknya yang terluka, mentalnya pun ikut tersakiti.
Sakura bisa saja mengajukan perceraian meski pernikahan mereka baru berumur tiga hari. Namun neneknya pasti akan sangat sedih. Sakura menggigit bibir bawahnya.
Nenek Chiyo sangat mempercayai Itachi. Apa yang akan terjadi bila ia mengetahui cucu perempuannya mengalami kekerasan dalam rumah tangga? Sakura yakin bila neneknya akan sangat terpukul. Pasalnya perjodohan ini merupakan ide neneknya sendiri dengan kakek Itachi.
Namun bila harus bertahan, sampai kapan? Sakura bertanya-tanya dalam hati. Apakah sepuluh tahun? Dua puluh tahun? Ataukah selamanya? Apakah Sakura sekuat itu untuk menahan segalanya?
Sakura terisak. Ia tidak bodoh untuk terus mempertahankan laki-laki yang sudah menyakiti fisik dan mentalnya. Namun Sakura juga tidak sebodoh itu untuk bercerai dalam waktu singkat. Ada banyak hal yang berada dalam pikirannya.
Bila Sakura kembali mengacau dengan kasus perceraiannya, keluarga besar akan semakin mengutuknya. Neneknya akan kesusahan demi membela nama baik Sakura.
"Kau tidak berpikir untuk bercerai di saat kita baru saja menikah kan, istriku?"
Suara berat Itachi membuat lamunan Sakura terputus. Ia mendongak menatap suaminya yang berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Kau sengaja tidak mengunci pintu untuk mengundangku masuk? Begitu, bukan?" Itachi bertanya dengan nada sinis. "Kau memang perempuan murahan rupanya."
Sakura menggeleng. Ia lupa mengunci karena tubuhnya terasa ngilu. Yang Sakura pikirkan dalam kepalanya hanya satu, berendam membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.
Itachi melangkahkan kaki mendekati bathub tempat Sakura menceburkan tubuhnya. Ia duduk di tepi bathub sambil menatap Sakura yang kini menundukkan kepala.
"Bagaimana rasanya? Menyenangkan, bukan?" Itachi tersenyum miring. "Sudah berapa laki-laki yang tidur denganmu?"
Sakura mendongak. Matanya menatap Itachi dengan ekspresi marah.
"Ah, istriku tercinta marah rupanya," komentarnya sambil terkekeh kecil. Seolah kemarahan Sakura bukanlah hal yang perlu ia takutkan.
"Kau bajingan tidak tahu malu, Itachi," Sakura mengucapkan kata-katanya dengan penuh amarah.
Itachi mengernyit. "Sudah berhenti memanggilku kakak, sayang?"
"Aku tidak perlu menghormatimu dengan panggilan kakak. Tidak ada yang pantas untuk kuhormati dari laki-laki sepertimu," Sakura menyahut dengan pedas.
Itachi memasang pose berpikir. "Begitu rupanya. Jadi istriku kini sedang menampilkan cakarnya, ya?" Ia bertanya sambil menyipitkan mata.
Sakura diam. Tidak menjawab. Namun raut wajahnya kental akan ekspresi marah. Sorot matanya pun memandang Itachi dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING✓
Fanfiction"Jangan kau pikir pernikahan ini akan berakhir bahagia," adalah komentar Itachi saat memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. Sakura tidak pernah tahu mengapa Itachi begitu membencinya. Pria itu berubah hanya dalam hitungan detik setelah mereka...