Sakura memberengut kesal ketika Jun Woo menyebutkan bahwa ia pemakan besar meski memiliki tubuh yang kecil. Biasanya Sakura akan tertawa. Namun kali ini ia malah bersikap seperti seorang anak yang bertingkah manja.
Jun Woo terkekeh melihatnya. "Adik kecilku manis sekali," ucapnya di sela kekehan.
Kepala Sakura dimiringkan. "Adik?"
Tawa Jun Woo terhenti sekejap. Ia merutuki bibir yang tidak sengaja melantunkan kata-kata tersebut. Dengan wajah setenang mungkin Jun Woo menjawab, "Ketika bersamamu aku merasa seperti memiliki seorang adik perempuan. Boleh aku menganggapmu begitu?"
Ekspresi Sakura merekah dengan cepat. Memiliki keluarga adalah salah satu impiannya. "Tentu saja boleh, kak Jun Woo."
Sebutan kakak bagai membawa efek dramatis dalam hati Jun Woo. Ia merasa bahagia mendengar Sakura benar-benar memanggilnya dengan imbuhan kakak. Senyum tipis penuh ketulusan segera tercetak di wajah gagahnya.
"Kak, aku ingin es krim."
Permintaan Sakura yang tiba-tiba, membuat kening Jun Woo berkerut. Masalahnya adalah Sakura baru saja menghabiskan sepiring bibimbap, semangkuk ramyun, dan memakan tiga buah oden. Bagaimana bisa ia masih belum merasa kenyang?
"Aku ingin sekali, kak. Namun aku tidak tahu dimana toko es krim di sekitar," ucap Sakura sambil memainkan rambutnya dengan jari telunjuk. "Aku ingin es krim vanilla."
Tingkah Sakura tampak begitu manja di mata Jun Woo. Ia merasa bahwa adiknya begitu manis dan seperti bergantung penuh padanya. Jun Woo tersenyum sebelum mengacak puncak rambut Sakura.
Keluhan Sakura terdengar, "Jangan acak rambutku, kak. Aku jadi terlihat berantakan."
"Kita cari es krim bersama," ucap Jun Woo sambil berdiri dari duduknya. Ia mengulurkan tangan, meminta Sakura menyambutnya.
Sakura tersenyum manis. Ia memberikan tangannya untuk digenggam Jun Woo. Tidak ada hal negatif yang Sakura pikirkan dari laki-laki yang tengah menggenggam erat tangannya kini. Hanya ada perasaan hangat yang melingkupi hati. Seolah genggaman tangan Jun Woo merupakan hal yang selalu dinantikan.
Mereka menuju kasir setelah Sakura memaksa akan membayar makanannya. Jun Woo menolak, membuat perdebatan kecil terjadi. Namun ia mengalah dengan cepat saat Sakura mengancam tidak akan mau pergi dengannya untuk mencari es krim.
Sakura tersenyum senang. Ia merogoh dompet untuk membayar makanannya sebelum mengikuti langkah Jun Woo menuju lobi restoran.
"Aku membawa kendaraan. Tidak usah panggil taksi," ucap Jun Woo melihat Sakura yang hendak meminta tolong untuk dicarikan taksi.
Sakura mengangguk patuh. Ia melangkahkan kaki beriringan dengan Jun Woo menuju sebuah sedan hitam yang terparkir di sana.
Di dalam mobil, Jun Woo melepas topinya dan membuat Sakura terpekik. "Kakak mengecat rambut kakak lagi?"
Jun Woo menyalakan mobil sebelum menjalankannya. Pertanyaan Sakura disambutnya dengan ekspresi bingung.
Sakura menjelaskan dengan segera setelah melihat raut wajah Jun Woo. "Sebelumnya kakak mengecat rambut kakak dengan warna merah muda, kan? Sekarang kakak mengubahnya menjadi warna hitam."
Jun Woo tertawa kecil mendengarnya. Jadi, Sakura menganggap bahwa rambut merah mudanya hasil cat. Wajar jika Sakura berasumsi, pasalnya hampir seperempat orang yang Sakura perhatikan di sepanjang jalan memiliki warna rambut beragam. Asumsi yang sering membuat orang lain juga menyangka bahwa Sakura mengecat rambutnya.
"Bagaimana dengan rambut baruku? Aku tampan, kan?" Jun Woo bertanya dengan senyum lebar. Ia mengabaikan perkataan yang sebelumnya dilemparkan Sakura. Lagi pula tujuannya untuk mengubah warna rambut agar ia tidak terlihat mencolok di keramaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING✓
Fanfic"Jangan kau pikir pernikahan ini akan berakhir bahagia," adalah komentar Itachi saat memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. Sakura tidak pernah tahu mengapa Itachi begitu membencinya. Pria itu berubah hanya dalam hitungan detik setelah mereka...