Sakura terbangun dengan perasaan hampa. Tubuhnya terasa linu di semua bagian. Sudah tujuh hari menjelang sejak pertengkaran mereka. Sakura menatap dengan pandangan kosong. Itu tandanya, sudah tujuh hari pula ia terkurung di dalam kamarnya dan dipaksa melayani kebutuhan Itachi setiap hari.
Sakura menatap memar biru yang tercetak hampir di seluruh tubuhnya. Itachi benar-benar keji. Tidak ada kelembutan sama sekali dalam setiap aksinya. Jika Sakura memberontak, permainan panas yang mereka lakukan akan semakin kasar. Sakura bahkan bergidik ngilu setiap membayangkan hal tersebut.
Demi Tuhan. Sakura ingin keluar dari rumah ini. Ia sudah merasa kotor. Perlakuan Itachi padanya bahkan lebih rendah daripada wanita penghibur, perlakuan yang tidak seharusnya dialamatkan untuk seorang istri.
Sakura menahan tangisnya sekuat tenaga. Ia masih meringkuk di kasurnya tanpa berniat membersihkan diri. Percuma, Sakura kembali membatin, ia bahkan sudah terlanjur kotor.
Suara pintu terbuka membuat lamunan Sakura terhenti. Ia memejamkan matanya dengan cepat, tidak sudi untuk memandang sosok suami yang sudah begitu menorehkan luka padanya.
Tubuh Sakura merinding saat tangan besar Itachi mengelus punggung telanjangnya. Sakura merasakan laki-laki tersebut tengah duduk di ranjang tempatnya berbaring. "Aku tahu kau sudah bangun. Bagaimana? Sebesar apa rasa penyesalanmu kini?"
Pertanyaan Itachi seolah meledek Sakura. Dengan suara parau, Sakura menjawab dengan nada penuh amarah, "Aku membencimu, Itachi Uchiha. Aku sangat membencimu."
Itachi terdiam sejenak sebelum tertawa keras. Suaranya tampak semakin mengejek di telinga Sakura. Ia menurunkan tubuhnya sebelum mengecup punggung telanjang Sakura. Jelas saja Sakura segera beringsut menjauh.
Wanita itu membalikkan badannya yang semula membelakangi Itachi. Ia bangkit dari tidurnya sembari memeluk erat selimut di dadanya. "Bajingan. Mati saja kau!"
Kemarahan Itachi kembali bergelora. Namun kabut nafsu juga dapat Sakura lihat di kedua matanya. Sakura paham bahwa ia kembali terancam. Tepat saat ia hendak kabur dari ranjang, Itachi berhasil menarik dan memaksanya berbaring.
Tubuh Sakura kembali berada di bawah kungkungan Itachi. Pria itu terkekeh. "Bagaimana rasanya berhubungan badan dengan laki-laki yang katanya kau benci ini?"
Sakura mengepalkan tangan sebelum menampar pipi Itachi. Tamparannya cukup keras, terbukti dari telapak Sakura yang memerah dengan cepat. Namun bagi Itachi, tamparan tersebut ibarat penanda awal bahwa pertempuran mereka siap dimulai.
Untuk kesekian kali, jerit kesakitan Sakura kembali terdengar. Kisame yang memang berjaga di depan pintu kamar, menghela nafas. Itachi memang sudah gila. Kisame bahkan tidak tahu apa yang ada di dalam tempurung bebal tersebut.
Kisame yakin jika Itachi mencintai Sakura. Namun sebab perkara bahwa ibu Sakura yang telah membuat seluruh keluarganya meninggal, Itachi segera membenci istrinya tanpa ampun. Apapun akan dilakukan Itachi asal istrinya merasa hancur.
Jika Sakura mengatakan bahwa ia membencinya, Itachi justru akan semakin melakukan hal buruk pada istrinya tersebut. Dengan harapan, Sakura muak pada dirinya sendiri atas ketidakberdayaan melawan Itachi. Semakin hancur Sakura, semakin lebar senyum Itachi. Itachi jelas ingin membuat Sakura merasakan rasa putus asa seperti yang dulu pernah dirasakannya.
Setidaknya itulah yang Itachi paksa lakukan, menurut sudut pandang Kisame. Pria itu sudah membohongi dirinya sendiri. Setelah menyetubuhi Sakura dengan paksa, Itachi pasti akan berdiam diri di ruang kerja hingga pagi menjelang. Terkadang ia melamun. Terkadang ia memandang bingkai foto keluarganya. Pernah juga Kisame memergoki pria itu memainkan cincin kawinnya dengan ekspresi sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING✓
Fanfiction"Jangan kau pikir pernikahan ini akan berakhir bahagia," adalah komentar Itachi saat memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. Sakura tidak pernah tahu mengapa Itachi begitu membencinya. Pria itu berubah hanya dalam hitungan detik setelah mereka...