Mia merintih saat air dari shower membasahi tubuh telanjangnya. Tepatnya pada tangan kiri dan kedua pahanya.
Ingatannya kembali pada kejadian tadi malam, saat mamanya, Selvi, menghubungi dan memberikan kabar padanya. Dia akan memiliki adik, diusianya yang sudah hampir 26 tahun. Mungkin dia lebih cocok memiliki anak dibanding adik.
Selesai mandi, Mia keluar dari kamar mandi hanya dengan pakaian dalamnya. Dia memang tinggal sendirian di Bali. Apartemen minimalis di daerah Seminyak ini sudah hampir dua tahun ia tempati sendirian.
Di Bali, Mia memang tinggal sendirian. Bisa dibilang dia keluar dari rumah setelah ia menyelesaikan kuliahnya 2 tahun lalu. Ibu dan ayahnya memilih menikah lagi, sedang kakak laki-lakinya, Dev, sudah berkeluarga dan tinggal jauh dari keluarganya di Singapura.
Hubungan Mia dengan keluarganya bisa dibilang dingin, tidak ada kehangatan seperti dulu ketika keluarganya masih utuh. Mia sudah akrab sama sendirian yang membuatnya nyaman.
Mia baru saja selesai mengenakan kaus oblonk warna putihnya saat mendengar notifikasi pesan masuk. Dilihatnya nama 'Lio' muncul di layarnya.
Lio:
Jangan lupa Mi jam 10 di Ingka
Mia tersenyum, dia hanya membalas singkat pesan dari teman lamanya ini.
Lio sengaja datang dari Jakarta untuk bertemu dengannya, teman lamanya itu meminta bantuan Mia untuk ikut andil di film terbarunya. Lio punya PH dimana Mia selalu diajakin buat ikut andil sebagai penulis cerita.
Mia memilih membuat sarapan, roti bakar dengan selai kacang, favoritnya. Dinyalakannya aplikasi musik dan menekan asal list lagu. Terdengar suara merdu Danny O'Donoghue menyanyikan lagu Arms Open. Grub band favorit Mia, lumayan bikin dia semangat hari ini dan lupa sama buruknya dia semalam.
Sudah jam setengah 10, Mia dengan santai mengganti pakaiannya. Celana jeans hitam dan kaus putih dipadukan dengan kemeja kebesarannya.
Selesai dengan dandanan yang ala kadarnya, Mia turun ke basement untuk mengambil motornya. Mengendarai Triump Bonneville miliknya, Mia menuju Ingka Bali.
Ga butuh waktu lama, Mia sudah sampai di Ingka. Begitu masuk, Mia langsung mencari temannya. Pas, Lio menelponnya dan mengabarkan nomor mejanya.
"Lama lo," ucap Lio kesal.
Mia melihat jam tangannya,"Yaelah 15 menit doang, belum dua jam."
"Gue cubit kalau sampai telat dua jam," kesal Lio.
Mia hanya tertawa mendengarnya, dia lalu melihat menu yang dibawa pramusaji. Keduanya memesan beberapa makanan dan minuman.
"Lo udah bikin kerangka ceritanya?" tanya Mia saat melihat Lio membuka laptopnya.
Laki-laki itu mengangguk, dia tampak serius menatap laptopnya dan entah mencari apa di sana. Mia mengangguk saat pelayan mengantarkan beberapa pesanannya.
"Dikit sih, konfliknya ga serem-serem amat lah ya, klise, orang ketiga," Lio sedikit menerangkan.
Setelah menemukan apa yang ia cari, Lio langsung merubah posisi laptopnya agar Mia bisa melihatnya.
"Gue bikin kasarnya gini sih, karakternya juga kayak gini," terang Lio.
Mia membacanya dengan teliti. Keduanya berdiskusi soal pengembangan cerita yang udah dibuat sama Lio.
****
"Lo masih sama ya Mi," ucapan Lio membuat Mia menghentikan kegiatan mengambil cemilan di counter minimarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arms Open
General FictionKenangan buruk di masa lalu, membuat Mia dan Lio tidak percaya apa itu cinta. Kedekatan keduanya karena pekerjaan membuat Mia membongkar rahasianya yang sudah dia tutup rapat selama ini. Bagaimana Lio dan Mia menyelesaikan traumanya?