29. Marah

380 64 5
                                    

Mia memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Setelah dipulangkan oleh Lio di apartemen, dia langsung mengambil kunci motornya dan pergi.

Tadi, Lio sendiri memilih tidak turun dari mobil dan langsung pergi setelah Mia turun dari mobilnya.

Setelah pertengkarannya bersama Lio, Mia merasa ingin melampiaskan marahnya. Hanya saja dia tak ingin menyayat tangannya, dia ingin menghabiskan waktunya dengan menghirup udara yang banyak.

Mia berhenti di salah satu minimarket. Dia mengambil beberapa makanan dan minuman dan memasukkan ke keranjang. Melihat rak alat mandi, dia mengambil sabun dan sampo.

Dirasa cukup, dia menuju kasir untuk membayarnya.

"Mbak rokok 2, ah.. Mild," tunjuknya pada salah satu rokok di rak belakang kasir.

Setelah membayar belanjaannya, Mia berbalik namun langkahnya terhenti karena menabrak seseorang.

"Ah maaf, maaf," Mia mengangkat wajahnya dan terkejut.

Laki-laki di depannya tersenyum.

"O...om," ucap Mia.

****

Lio masuk ke dalam rumah dan melihat Agnes duduk di sofa sedang menonton tv.

"Mah," sapa Lio lalu mencium pipi Agnes dan duduk di sampingnya.

"Eh anak mama," balas Agnes riang.

Dia senang jika anaknya pulang.

"Papa mana?" tanya Lio sambil menoleh ke kanan dan kiri.

"Lagi pergi, ke bengkel kayaknya," ucap Agnes.

Lio hanya manggut-manggut.

"Kenapa mukanya kusut gitu?" tanya Agnes menatap Lio seksama.

Lio hanya menggeleng.

"Mana calon mantu mama? Katanya mau ngenalin," ucap Agnes sambil mencolek lengan Lio.

Lio berdecak,"udah ga ada."

"Hah? Ga ada gimana? Maksudnya...itu, mening.."

"Bukan! Bukan! Ga gitu, masih hidup, masih sehat segar bugar," bantah Lio setelah sadar mamanya salah paham.

Agnes tampak lega.

"Kamu sih ngomongnya udah ga ada ya mama mikirnya ke sana dong, terus maksud kamu apa?"

Lio mendesah, dia teringat pertengkarannya dengan Mia di dalam mobil.

"Ada masalah?" tanya Agnes lagi karena tak mendapatkan jawaban dari Lio.

Laki-laki itu hanya mengangguk.

"Mau cerita sama mama?"

Lio menatap mamanya lalu menyandarkan kepalanya di pundak Agnes.

"Dia ga mau nikah mah," ucap Lio dengan suara sarat akan kesedihan.

"Kenapa begitu?"

Lio mendesah,"dia takut."

"Sama kayak kamu dong," ucap Agnes sambil mengusap kepala anaknya.

Arms OpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang