Lio duduk dengan gelisah di apartemennya. Sudah hampir jam 11 malam tapi Mia belum juga pulang.
Tadi sore dia dan Mia tidak pulang bersama. Mia bilang lebih dulu pulang. Tapi sesampainya di apartemen laki-laki itu tidak menenukan Mia.
Ketika dihubungi, Mia hanya bilang sedang ada urusan sebentar. Entah, apa urusannya hingga hampir tengah malam dia belum pulang.
Telepon dan chat yang Lio kirim tidak ada yang dijawab.
Lio takut terjadi sesuatu pada Mia.
Lio sempat bertanya pada Niko apakah ada agenda yang mengharuskan Mia pergi, jawaban dari Niko semakin membuat Lio frustasi. Mia tidak ada jadwal lapangan apapun.
Mimi juga tidak membantu, perempuan itu mengaku terakhir bertemu saat makan siang di restoran, tempatnya dia makan dan meeting dengan Jihan.
Lio: yang dimana?
Lio: kamu dimana? Cepet pulang
Lio: kok ga bales, kamu dimana?
Lio: jangan bikin aku khawatir
Dan puluhan chat lainnya yang hampir sama, intinya menanyakan dimana dan sedang apa Mia sekarang.
.
.
Sementara itu, di salah satu kedai kopi. Mia duduk sendirian di kursi bagian luar, dengan kedua telinga menggunakan earphone dan tangannya memegang rokok.
Dia butuh waktu sendiri, memikirkan suatu keputusan yang besar, baginya.
Suara milik Brendon Urie bernyanyi ditelinganya. Perempuan itu sudah berada di tempat ini sejak pukul 18.00. Tanpa beranjak dan hanya menikmati kopi, musik, dan rokok.
Kebiasaan yang sudah lama tidak ia lakukan. Dia hanya butuh merenung. Dia hanya butuh sendiri untuk fokus pada keputusannya.
Bukan tidak tahu bahwa Lio mencarinya dari tadi, tapi Mia memilih mengabaikannya. Biar, dia akan menjelaskan nanti. Setelah dia merasa puas menyendiri.
. .
Pukul 2 pagi, Mia baru sampai di apartemen. Dia pulang karena hampir ketiduran tadi di kafe.
Masuk ke dalam apartemen, dilihatnya Lio menatapnya kaget bercampur khawatir.
Laki-laki itu langsung menghampiri dan memeriksa Mia.
"Kamu gpp kan? Kamu dari mana aja? Kamu udah makan?" tanya Lio khawatir.
Mia kaget dengan reaksi Lio, dia berpikir kekasihnya ini akan marah karena sudah menghilang lama tanpa kabar.
"A...aku gak pp kok," jawab Mia.
Wajah Lio tampak lega, dia lalu memeluk Mia.
"Jangan pergi tanpa kabar lagi, aku takut kamu kenapa-napa," ucap Lio sambil mengeratkan pelukannya.
. .
Mia sudah berada di pelukan Lio di atas ranjang, sedari tadi Lio memang tidak mau melepaskannya. Dia takut Mia pergi lagi.
Mia berusaha tidur sembari merasakan usapan di punggungnya. Lio masih terjaga dan menatap perempuannya.
"Kamu belum tidur?" tanya Mia saat membuka matanya.
"Belum," jawab Lio dengan suara serak.
Mia lalu mengecup bibir Lio sekilas, membuat laki-laki itu tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arms Open
General FictionKenangan buruk di masa lalu, membuat Mia dan Lio tidak percaya apa itu cinta. Kedekatan keduanya karena pekerjaan membuat Mia membongkar rahasianya yang sudah dia tutup rapat selama ini. Bagaimana Lio dan Mia menyelesaikan traumanya?