Mia baru saja meletakkan sendok dan garpunya di atas piring, tanda selesai makan.
Siang ini dia sedang sendirian makan siang di warung prasmanan. Setelah berkutat dengan laptop beberapa hari ini, Mia merasa bosan berada di kamar. Dia memutuskan untuk keluar apartemen dan menghirup udara segar.
Baru akan beranjak, Mia terkejut melihat dua orang yang dikenalnya sekaligus ingin ia hindari, Mama dan ayah tirinya, Selvi dan Johan.
Beruntung Mia membawa buff, secepat mungkin dia memakai untuk menutup sebagian wajahnya.
Ia lalu mengambil kunci motor dan mengenakan jaketnya. Berdiri dan beranjak menuju kasir untuk membayar.
Tanpa melirik kedua orang dikenalnya yang sedang memilih makanan, Mia buru-buru mengeluarkan uang untuk membayar makanannya. Selesai membayar, perempuan itu langsung keluar dari warung dan mengendarai motor kesayangannya untuk kembali ke apartemen.
Sepanjang perjalanan, Mia terus saja mengumpat. Menurutnya, siang ini menjadi hari yang sial. Tapi sedikit beruntung karena dua orang yang tak ingin ditemuinya itu tidak melihatnya.
..
Sesampainya di apartemen, Mia dikagetkan dengan suara dering telpon dari ponselnya.
Mimi calling....
"Halo Mi, lo tau ga gue ketemu siapa?" belum Mimi menjawab, Mia langsung curhat.
Mimi di seberang sana pasti kaget.
"Siapa Mia?" tanya Mimi bingung.
"Nyokap sama si kampret di sini!" ucap Mia dengan nada kesal.
Terdengar suara kaget Mimi.
"Gue bisa minta tolong ga Mi?"
"Apa Mi?"
"Tolong dong lo awasin rumah nyokap gue, kalau dia udah pulang kabarin gue dong. Gue ogah ketemu dia di sini. Kayaknya gue bakal di apartemen terus nih selama nyokap di Bali," Mia memilih duduk di sofa.
"Mi, kayaknya nyokap lo bakal nemuin lo deh di sana," ucap Mimi.
"Ya makanya biar gue ga ketemu sama dia, gue ngumpet aja di apartemen gue kan," Mia melepas sepatunya.
"Yang ada nyokap lo bakal ke apartemen Mi, dia tahu alamat apartemen lo."
"HAH?! Ko bisa? Dia nanya sama lo?" Mia kaget bukan main.
"Bu...bukan gue Mi, tapi Lio," ucap Mimi hati-hati.
"Setan emang dia! Gue ke Jakarta Mi, ntar lo jemput gue!" perintah Mia lalu menutup telponnya.
Mia langsung kembali memakai sepatunya sambil terus mengumpat. Menyebutkan segala macam binatang yang ia tujukan untuk Lio.
Dengan tergesa-gesa dia langsung mengambil ransel dan kopernya, buru-buru memasukkan segala macam baju dan benda-benda penting yang akan dibawanya entah berapa lama dia bakal di Jakarta.
*****
Di Jakarta.
Mimi menatap ponselnya sambil menggigit bibirnya, ada rasa tidak enak campur panik mendengar ucapan Mia. Dia tahu bagaimana nggak maunya Mia bertemu dengan mamanya apalagi ayah tirinya. Yang Mimi tahu, Mia memang tidak suka Selvi menikah lagi.
"Kenapa lo?" tanya Lio yang berjalan menuju mejanya.
Mimi menatap tajam Lio, membuat laki-laki itu ciut nyalinya.
"Gara-gara elo nih," dengus Mimi.
Lio jadi bingung, dia baru aja sampai kantor setelah meeting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arms Open
General FictionKenangan buruk di masa lalu, membuat Mia dan Lio tidak percaya apa itu cinta. Kedekatan keduanya karena pekerjaan membuat Mia membongkar rahasianya yang sudah dia tutup rapat selama ini. Bagaimana Lio dan Mia menyelesaikan traumanya?